Fenomena Pengemis di Bulan Ramadhan
Kamis, 30 Juni 2016
4 Komentar
Bicara
tentang pengemis memang tak ada habisnya. Satu datang disusul teman-temannya.
Mereka kompak mengabarkan tempat-tempat yang bisa menghasilkan uang.
Dimana
saja?
Di
bulan Ramadhan ini mereka lebih melebarkan wilayah operasinya. Kalau biasanya
dari rumah ke rumah, toko, pasar, masjid sekarang semua tempat yang ada
manusianya siap menjadi incaran mereka. Jadi di setiap keramaian pasti ada
mereka.
Seperti
sore itu. Saya sedang berada di sebuah bank. Melihat kedatangan saya, langsung
saja seorang pengemis merengek. Dengan wajah yang nampak perlu dikasihani maka
saya mengulurkan uang. Apalagi melihat si pengemis ini menggendong anaknya yang
rewel.
Bertemu teman. Mengabarkan wilayah operasionalnya. |
Tak
lama kemudian, datang beberapa temannya. Mereka ini satu kampung, jadi sudah saling kenal biasanya. Yang sudah berhasil mendapatkan uang, akan mengajak teman-temannya.
Begitu seterusnya sehingga menjadi kebiasaan.
Bulan
ini jumlah pengemis meningkat. Benar, tidak hanya pengemis yang sudah menjadi
langganan, melainkan juga pengemis dadakan. Alias muncul di momen Ramadhan dan
hari raya. Bukan lagi orang yang sudah tua, namun seringkali saya menjumpai
mas-mas yang masih sehat, segar bugar. Mereka tidak malu menengadahkan
tangannya, meminta-minta.
Alasannya
sederhana saja, ini bulan Ramadhan, orang-orang biasanya sangat dermawan.
Apalagi ada kewajiban zakat. “Bu, zakate, bu!” itu teriakan mereka di bulan
Ramadhan.
Masalah
zakat ini saya yakin mereka tidak paham. Mereka sekedar berteriak saja. Saya
tanya apakah minta zakat beras. Saya katakan kalau banyak masjid dan lembaga
amil zakat yang menerima zakat. Mereka bisa mendapatkannya disana. Tapi mereka
menolak Lalu apa? Pastinya uang yang lebih gedhe jumlahnya.
Pengemis
ini ngeyel banget. Sudah dikasih uang bukannya pergi eh, masih nego, minta ini
itu. Namanya nglunjak. Pengen dapat uang tapi tidak mau bekerja.
Yang
menarik adalah ada sebuah kampung di kota saya, Tuban, Jawa Timur yang
menghasilkan pengemis dalam jumlah banyak (Maaf, tidak saya sebut nama
kampungnya). Selain bulan Ramadhan mereka rajin berkeliling rumah pada hari
Jum’at. Nah, yang begini biasa beroperasi seminggu sekali. Ada yang sebulan sekali,
ada yang tiap hari dan ada pula yang harinya tak tentu.
Mengemis
itu bukan keterpaksaan, tapi malas. Coba lihat postur tubuh mereka yang masih
muda. Andai mereka mau melakukan pekerjaan serabutan, yang penting halal, tidak
akan seperti ini.
Mengemis
ini sudah mendarah daging. Bagaimana tidak! seorang ibu yang mengemis itu
menggendong bayinya, membawa anak balita, dan anak lainnya yang seharusnya
masih duduk di bangku SD.
Mengemis
merupakan adalah ajaran orang tuanya, yang malas untuk berusaha. Anak-anak kecil
secara langsung melihat dan melakukan tindakan seperti orang tuanya.
Terbersit
rasa jengkel ketika mengulurkan uang kepada pemuda-pemuda pengemis. Mereka
bukannya berterima kasih tapi bahkan meminta lebih. Ya Allah, ada apa dengan mereka?
Saya
rasa mindset pengemis seperti ini, daripada susah payah bekerja dan hasilnya
sedikit, mendingan mengemis. Tanpa banyak mengeluarkan keringat sudah dapat
uang. Modal nekad saja.
Kalau
kata si mbak begini, “Pengemis sekarang jual mahal. Dikasih uang receh tidak
mau. Mendingan pengamen, dikasih receh diterima.”
Iya,
seperti itulah keadaan pengemis yang sering saya temui. Kalau kata teman,
mental mereka sudah malas, jadi disuruh apa saja enggan.
Iseng
saya jalan-jalan di masjid Agung Tuban. Biasanya tempat ini dipakai sebagai
tempat berkumpulnya para pengemis dari segala penjuru. Tapi saya lihat disana
sepi. Tak ada seorangpun yang duduk-duduk manis memohon belas kasih. Yang ada
satu mobil patroli satpol PP yang siap mengamankan wilayah tersebut.
So,
bagaimana di tempat Anda? Apakah pengemisnya meningkat pesat ataukan biasa
saja? Sharing yuk!
Kalau di jalanan dekat rumah ku memang banyak yang jual takjil gitu, tapi seminggu sebelum kebaran ini loh kok jadi ada dan banyak pengemis yang mangkal? Aku gak kasih, gak kasihan juga. Bukannya dilarang MUI ya mba ngasih tukang minta minta gitu, apalagi mendadak ngemis gitu. Bisa jadi mereka di kampung udah punya ferrari aaiihhh
BalasHapusDilema banget nih pengemis. Ada loh yang mau pergi sampai dikasih uang...
HapusDuuuh pengemis ya -_- kadang miris sih liat perkembangan pengemis yang kayaknya semakin menjamur aja -_- aku sih lebih mending ke pengamen dari pada ke pengemis -_- pengemis itu nggak ada usaha dan habis itu kadang memaksa -_-
BalasHapusDuuuh, tauk deh ah. Miris :'
Paling sebel kan kalau mereka maksa.Bahkan ada juga yang berani masuk ke dalam halaman dan ketok2 pintu. Sementara saya, demi keamanan mending dikasih. Trus pergi. Lalu pintu rumah aku kunci saja.
Hapus