Fenomena Pengemis di Bulan Ramadhan




Bicara tentang pengemis memang tak ada habisnya. Satu datang disusul teman-temannya. Mereka kompak mengabarkan tempat-tempat yang bisa menghasilkan uang.

Dimana saja?

Di bulan Ramadhan ini mereka lebih melebarkan wilayah operasinya. Kalau biasanya dari rumah ke rumah, toko, pasar, masjid sekarang semua tempat yang ada manusianya siap menjadi incaran mereka. Jadi di setiap keramaian pasti ada mereka.

Seperti sore itu. Saya sedang berada di sebuah bank. Melihat kedatangan saya, langsung saja seorang pengemis merengek. Dengan wajah yang nampak perlu dikasihani maka saya mengulurkan uang. Apalagi melihat si pengemis ini menggendong anaknya yang rewel.
Bertemu teman. Mengabarkan wilayah operasionalnya.

Tak lama kemudian, datang beberapa temannya. Mereka ini satu kampung, jadi sudah saling kenal biasanya. Yang sudah berhasil mendapatkan uang, akan mengajak teman-temannya. Begitu seterusnya sehingga menjadi kebiasaan.

Bulan ini jumlah pengemis meningkat. Benar, tidak hanya pengemis yang sudah menjadi langganan, melainkan juga pengemis dadakan. Alias muncul di momen Ramadhan dan hari raya. Bukan lagi orang yang sudah tua, namun seringkali saya menjumpai mas-mas yang masih sehat, segar bugar. Mereka tidak malu menengadahkan tangannya, meminta-minta.

Alasannya sederhana saja, ini bulan Ramadhan, orang-orang biasanya sangat dermawan. Apalagi ada kewajiban zakat. “Bu, zakate, bu!” itu teriakan mereka di bulan Ramadhan.

Masalah zakat ini saya yakin mereka tidak paham. Mereka sekedar berteriak saja. Saya tanya apakah minta zakat beras. Saya katakan kalau banyak masjid dan lembaga amil zakat yang menerima zakat. Mereka bisa mendapatkannya disana. Tapi mereka menolak Lalu apa? Pastinya uang yang lebih gedhe jumlahnya.

Pengemis ini ngeyel banget. Sudah dikasih uang bukannya pergi eh, masih nego, minta ini itu. Namanya nglunjak. Pengen dapat uang tapi tidak mau bekerja.

Yang menarik adalah ada sebuah kampung di kota saya, Tuban, Jawa Timur yang menghasilkan pengemis dalam jumlah banyak (Maaf, tidak saya sebut nama kampungnya). Selain bulan Ramadhan mereka rajin berkeliling rumah pada hari Jum’at. Nah, yang begini biasa beroperasi seminggu sekali. Ada yang sebulan sekali, ada yang tiap hari dan ada pula yang harinya tak tentu.

Mengemis itu bukan keterpaksaan, tapi malas. Coba lihat postur tubuh mereka yang masih muda. Andai mereka mau melakukan pekerjaan serabutan, yang penting halal, tidak akan seperti ini.

Mengemis ini sudah mendarah daging. Bagaimana tidak! seorang ibu yang mengemis itu menggendong bayinya, membawa anak balita, dan anak lainnya yang seharusnya masih duduk di bangku SD.

Mengemis merupakan adalah ajaran orang tuanya, yang malas untuk berusaha. Anak-anak kecil secara langsung melihat dan melakukan tindakan seperti orang tuanya.

Terbersit rasa jengkel ketika mengulurkan uang kepada pemuda-pemuda pengemis. Mereka bukannya berterima kasih tapi bahkan meminta lebih. Ya Allah, ada apa dengan mereka?

Saya rasa mindset pengemis seperti ini, daripada susah payah bekerja dan hasilnya sedikit, mendingan mengemis. Tanpa banyak mengeluarkan keringat sudah dapat uang. Modal nekad saja.

Kalau kata si mbak begini, “Pengemis sekarang jual mahal. Dikasih uang receh tidak mau. Mendingan pengamen, dikasih receh diterima.”

Iya, seperti itulah keadaan pengemis yang sering saya temui. Kalau kata teman, mental mereka sudah malas, jadi disuruh apa saja enggan.

Iseng saya jalan-jalan di masjid Agung Tuban. Biasanya tempat ini dipakai sebagai tempat berkumpulnya para pengemis dari segala penjuru. Tapi saya lihat disana sepi. Tak ada seorangpun yang duduk-duduk manis memohon belas kasih. Yang ada satu mobil patroli satpol PP yang siap mengamankan wilayah tersebut.

So, bagaimana di tempat Anda? Apakah pengemisnya meningkat pesat ataukan biasa saja? Sharing yuk!
Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

4 Komentar untuk "Fenomena Pengemis di Bulan Ramadhan"

  1. Kalau di jalanan dekat rumah ku memang banyak yang jual takjil gitu, tapi seminggu sebelum kebaran ini loh kok jadi ada dan banyak pengemis yang mangkal? Aku gak kasih, gak kasihan juga. Bukannya dilarang MUI ya mba ngasih tukang minta minta gitu, apalagi mendadak ngemis gitu. Bisa jadi mereka di kampung udah punya ferrari aaiihhh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dilema banget nih pengemis. Ada loh yang mau pergi sampai dikasih uang...

      Hapus
  2. Duuuh pengemis ya -_- kadang miris sih liat perkembangan pengemis yang kayaknya semakin menjamur aja -_- aku sih lebih mending ke pengamen dari pada ke pengemis -_- pengemis itu nggak ada usaha dan habis itu kadang memaksa -_-

    Duuuh, tauk deh ah. Miris :'

    BalasHapus
    Balasan
    1. Paling sebel kan kalau mereka maksa.Bahkan ada juga yang berani masuk ke dalam halaman dan ketok2 pintu. Sementara saya, demi keamanan mending dikasih. Trus pergi. Lalu pintu rumah aku kunci saja.

      Hapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel