Jangan Salahkan Kemah
Sabtu, 10 September 2016
12 Komentar
Minggu
lalu anak saya mengikuti kemah pramuka selama tiga hari (Perjusami). Saya
melepasnya dengan damai. Saya yakin para ustadz dan ustadzah membimbing
anak-anak dengan baik.
Saya
gembira sekali ketika tiba hari kepulangannya (Minggu). Dalam surat
pemberitahuan, orang tua diminta menjemput anak di lokasi kemah. Aih, paling
senang deh saat-saat seperti ini. Tiga puluh menit menjelang waktu pulang, para
orang tua sudah memenuhi lokasi kemah. Sama seperti saya, ingin segera berjumpa
dengan si anak untuk melepas rindu.
Saat
itu anak-anak masih upacara. Saya mencari si anak diantara anak-anak berseragam
pramuka. Pandangan mata saya sudah mengitari seluruh anak. Sayangnya tidak
menjangkau anak saya. Ya sudah, sambil menunggu, saya berdiri bersama ibu-ibu
lain, bercerita banyak hal.
Kami
sepakat bahwa selepas kemah, anak-anak harus diberi waktu untuk beristirahat.
Lama! Selama mereka masih capek, keadaan psikisnya kurang baik. Dampaknya jadi
mudah marah dan abai terhadap kewajiban. Nah, peran orang tua sangat penting
untuk mengingatkan mereka.
Tiba-tiba
dari arah depan, saya melihat anak saya dibimbing seorang ustadz, baru saja
keluar dari sebuah kamar (Ada bangunan di depan lokasi perkemahan). Ibu-ibu ikut
memandang anak saya. Heran!
Ibu-ibu
bertanya, “Kenapa?”
Saya
tidak tahu. Saya bergegas mendekati si anak. Saya melihat tubuhnya letih,
wajahnya sayu. Ditanya tidak mau menjawab, bahkan rewel. Saya makin bingung
juga.
Saya
buru-buru memanggil suami untuk mengurus si anak. Sedangkan saya mencari semua
barang-barangnya. Untungnya ada seorang ibu yang membantu saya. Anaknya satu kelompok
dengan anak saya. Jadi tahu barang-barang milik anak saya.
Ternyata
anak saya sakit.
Pada
hari Senin, keadaannya tidak kunjung membaik. Segera saya bawa ke dokter
langganan. Untuk kedua kalinya setelah mengikuti kemah pramuka, si anak selalu
datang ke dokter ini untuk berobat.
Sambil
bercakap-cakap dengan pak dokter, saya mengeluhkan keadaan anak saya. Tidak
mungkin dia seperti ini terus. Bukankah nantinya juga akan ada kemah. Masak harus
bolak-balik ke dokter. Ah, harus bagaimana agar tidak terulang lagi.
Kemah!!!
Mengapa setelah kemah selalu datang ke dokter lagi. Tak tega saya melihatnya
tepar seperti ini. Semua anak yang ikut kemah pasti capek luar biasa. Dalam keadaan
normal capek bisa hilang setelah beristirahat dengan cukup.
Waktu
yang dibutuhkan setiap anak untuk beristirahat/tidur tentu tidak sama. Tergantung
kebiasaan dan kondisi tubuh. Awalnya saya berharap dengan tidur saja bisa
mengembalikan kondisi tubuh. Ternyata dugaan saya salah.
Sebelum
berangkat kemah saya sudah mengingatkan banyak hal. Terutama masalah makan.
Karena disana pasti butuh energi besar maka, makan harus diperhatikan. Dalam
keadaan seperti ini tidak usah pilih-pilih makan. Apa yang disediakan dari
sekolah sebaiknya dimakan saja.
Kalau
disana masih lapar, gampang saja. Saya sudah membawakan snack. Di lokasi kemah
itu banyak kios yang menjual makanan dan minuman. Pedagang keliling juga
banyak. Saya yakin si anak tidak akan bingung masalah makan. Hanya saja saya cukup
khawatir jika dia jajan sembarangan.
Ketika
saya tanyakan apakah dia makan sembarangan, katanya tidak. Mungkin kondisi
tubuhnya kurang bagus atau bagaimana sehingga dia jatuh sakit seperti ini. Entahlah,
saya tidak tahu penyebab sakitnya. Saya hanya jengkel saja, karena keadaan
seperti ini terulang lagi.
Sebagai
orang tua saya yakin semuanya pasti berharap anak kita selalu sehat meski dalam
keadaan secapek ini. Tapi ketahanan tubuh setiap anak itu berbeda. Juga daya
adaptasinya terhadap alam. Bisa jadi si anak kurang nyaman. Ya, namanya saja
kemah, pasti berbeda dengan berada di rumah.
Penyakit
yang biasa diderita anak pada saat kemah ataupun setelahnya adalah demam, flu,
diare. Sebagai langkah antisipasi jika sewaktu-waktu anak sakit, orang tua
harus menyiapkan obat-obatan pribadi untuk anak. Ditaruh di bagian tas yang
mudah diambil. Jadi jika dibutuhkan gampang mencarinya.
Seperti
kita ketahui bahwa kemah pramuka bermanfaat untuk melatih kedisplinan, kerja
sama, keberanian, kemandirian, kecintaan terhadap alam, dsb. Justru dengan
manfaat ini harusnya si anak gembira, bukan mengeluh apalagi jatuh sakit. Seharusnya
si anak menikmati kegiatan-kegiatan seru bersama teman-teman dan kakak-kakak
pembina.
Lalu
saya berpikir, sebenarnya anak saya mendapatkan manfaat dari kemah ataukah
tidak?
Bapak
dokter tertawa, lalu berkata, “Jangan salahkan kemah!”
Menurut
bapak dokter, bukan kemah ini yang menyebabkan si anak sakit. Kemah itu tidak
salah! Hanya saja, kadang ada anak yang secara fisik tidak kuat. Bisa juga karena jajan sembarangan.
Saran
dokter
Dokter
memberi saran bahwa sebelum berangkat kemah, sebaiknya si anak diperiksa dulu.
Apakah dia sehat atau tidak. Jika tubuhnya kurang sehat tidak perlu ikut. Nanti
bisa dibuatkan surat dokter. Jika sehat ayolah ikut.
Keadaan
seperti ini bagi saya diluar perkiraan. Sebelum berangkat si anak kelihatan
baik-baik saja. Tapi ketika mengikuti serangkaian kegiatan disana, tubuh
lelahnya tidak bisa diajak kompromi ya harus istirahat.
Semoga
saja di waktu mendatang, anak-anak bisa berkemah dengan asyik.
^_^
kemah memang capek bgt sih mbak.. dulu ngerasain pas masih jaman sekolah, ikutan pramuka.. :) Itupun aku cuma sekali doang ikutan dan selanjutnya absen krn ga kuat ;p hihihihi... wajarlah kalo anak kecil jg ada yg gatahan...
BalasHapusPas masuk sekolah keesokan harinya, lumayan banyak yang tidak masuk, karena sakit. Banyak anak yang nggak kuat juga.
HapusMungkin pas lagi kemah pas kondisinya lagi drop kali ya mbak. Moga selanjutnya sehat2 terus ya anaknya :)
BalasHapuskeluargahamsa(dot)com
Bisa jadi begitu. Apalagi kegiatannya banyak dan terus menerus. Sedangkan untuk tidur, dia nggak nyaman.
HapusHihi, iya mbak. Betul kata dokter, jangan salahin kemah. Justru ini jadi cara untuk menguji mentalnya, mbak. Biar dia lebih tangguh lagi. Meski sakit, nggak apa-apa karena dia justru dapat banyak manfaat dari kemah. :)
BalasHapusIya, justru ketika kemah dia memiliki pengalaman seru.
HapusMbaa, kadang anak pun merasa sehat kalau mau kemping dan apalagi kalau bareng teman-teman ya. hihii
BalasHapusTapi memang sebaiknya di cek ya kesehatan anak sebelum kemah :)
Iya, mba. Anaknya merasa sehat bukan berarti sehat benar ya.
HapusAku pingin kemah. Belum pernah keturutan
BalasHapusAyo, mba. Kemah di rumah sama anak-anak....hihi.
Hapusikut kemah memang membutuhkan fisik yang kuat dan persiapan yang matang yah Mba, apalagi kan sebagian besar perkemahan itu selalu dilakukan di alam terbuka
BalasHapusBenar mba Ira. Ini di pinggir laut.
Hapus