Jangan Salahkan Kemah




Minggu lalu anak saya mengikuti kemah pramuka selama tiga hari (Perjusami). Saya melepasnya dengan damai. Saya yakin para ustadz dan ustadzah membimbing anak-anak dengan baik.

Saya gembira sekali ketika tiba hari kepulangannya (Minggu). Dalam surat pemberitahuan, orang tua diminta menjemput anak di lokasi kemah. Aih, paling senang deh saat-saat seperti ini. Tiga puluh menit menjelang waktu pulang, para orang tua sudah memenuhi lokasi kemah. Sama seperti saya, ingin segera berjumpa dengan si anak untuk melepas rindu.

Saat itu anak-anak masih upacara. Saya mencari si anak diantara anak-anak berseragam pramuka. Pandangan mata saya sudah mengitari seluruh anak. Sayangnya tidak menjangkau anak saya. Ya sudah, sambil menunggu, saya berdiri bersama ibu-ibu lain, bercerita banyak hal.

Kami sepakat bahwa selepas kemah, anak-anak harus diberi waktu untuk beristirahat. Lama! Selama mereka masih capek, keadaan psikisnya kurang baik. Dampaknya jadi mudah marah dan abai terhadap kewajiban. Nah, peran orang tua sangat penting untuk mengingatkan mereka.

Tiba-tiba dari arah depan, saya melihat anak saya dibimbing seorang ustadz, baru saja keluar dari sebuah kamar (Ada bangunan di depan lokasi perkemahan). Ibu-ibu ikut memandang anak saya. Heran!  

Ibu-ibu bertanya, “Kenapa?”

Saya tidak tahu. Saya bergegas mendekati si anak. Saya melihat tubuhnya letih, wajahnya sayu. Ditanya tidak mau menjawab, bahkan rewel. Saya makin bingung juga.

Saya buru-buru memanggil suami untuk mengurus si anak. Sedangkan saya mencari semua barang-barangnya. Untungnya ada seorang ibu yang membantu saya. Anaknya satu kelompok dengan anak saya. Jadi tahu barang-barang milik anak saya.


Ternyata anak saya sakit.

Pada hari Senin, keadaannya tidak kunjung membaik. Segera saya bawa ke dokter langganan. Untuk kedua kalinya setelah mengikuti kemah pramuka, si anak selalu datang ke dokter ini untuk berobat.

Sambil bercakap-cakap dengan pak dokter, saya mengeluhkan keadaan anak saya. Tidak mungkin dia seperti ini terus. Bukankah nantinya juga akan ada kemah. Masak harus bolak-balik ke dokter. Ah, harus bagaimana agar tidak terulang lagi.

Kemah!!! Mengapa setelah kemah selalu datang ke dokter lagi. Tak tega saya melihatnya tepar seperti ini. Semua anak yang ikut kemah pasti capek luar biasa. Dalam keadaan normal capek bisa hilang setelah beristirahat dengan cukup.

Waktu yang dibutuhkan setiap anak untuk beristirahat/tidur tentu tidak sama. Tergantung kebiasaan dan kondisi tubuh. Awalnya saya berharap dengan tidur saja bisa mengembalikan kondisi tubuh. Ternyata dugaan saya salah.

Sebelum berangkat kemah saya sudah mengingatkan banyak hal. Terutama masalah makan. Karena disana pasti butuh energi besar maka, makan harus diperhatikan. Dalam keadaan seperti ini tidak usah pilih-pilih makan. Apa yang disediakan dari sekolah sebaiknya dimakan saja.

Kalau disana masih lapar, gampang saja. Saya sudah membawakan snack. Di lokasi kemah itu banyak kios yang menjual makanan dan minuman. Pedagang keliling juga banyak. Saya yakin si anak tidak akan bingung masalah makan. Hanya saja saya cukup khawatir jika dia jajan sembarangan.

Ketika saya tanyakan apakah dia makan sembarangan, katanya tidak. Mungkin kondisi tubuhnya kurang bagus atau bagaimana sehingga dia jatuh sakit seperti ini. Entahlah, saya tidak tahu penyebab sakitnya. Saya hanya jengkel saja, karena keadaan seperti ini terulang lagi.

Sebagai orang tua saya yakin semuanya pasti berharap anak kita selalu sehat meski dalam keadaan secapek ini. Tapi ketahanan tubuh setiap anak itu berbeda. Juga daya adaptasinya terhadap alam. Bisa jadi si anak kurang nyaman. Ya, namanya saja kemah, pasti berbeda dengan berada di rumah.

Penyakit yang biasa diderita anak pada saat kemah ataupun setelahnya adalah demam, flu, diare. Sebagai langkah antisipasi jika sewaktu-waktu anak sakit, orang tua harus menyiapkan obat-obatan pribadi untuk anak. Ditaruh di bagian tas yang mudah diambil. Jadi jika dibutuhkan gampang mencarinya.

Seperti kita ketahui bahwa kemah pramuka bermanfaat untuk melatih kedisplinan, kerja sama, keberanian, kemandirian, kecintaan terhadap alam, dsb. Justru dengan manfaat ini harusnya si anak gembira, bukan mengeluh apalagi jatuh sakit. Seharusnya si anak menikmati kegiatan-kegiatan seru bersama teman-teman dan kakak-kakak pembina.

Lalu saya berpikir, sebenarnya anak saya mendapatkan manfaat dari kemah ataukah tidak?

Bapak dokter tertawa, lalu berkata, “Jangan salahkan kemah!”

Menurut bapak dokter, bukan kemah ini yang menyebabkan si anak sakit. Kemah itu tidak salah! Hanya saja, kadang ada anak yang secara fisik tidak kuat.  Bisa juga karena jajan sembarangan.

Saran dokter

Dokter memberi saran bahwa sebelum berangkat kemah, sebaiknya si anak diperiksa dulu. Apakah dia sehat atau tidak. Jika tubuhnya kurang sehat tidak perlu ikut. Nanti bisa dibuatkan surat dokter. Jika sehat ayolah ikut.

Keadaan seperti ini bagi saya diluar perkiraan. Sebelum berangkat si anak kelihatan baik-baik saja. Tapi ketika mengikuti serangkaian kegiatan disana, tubuh lelahnya tidak bisa diajak kompromi ya harus istirahat.

Semoga saja di waktu mendatang, anak-anak bisa berkemah dengan asyik. 

^_^
Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

12 Komentar untuk "Jangan Salahkan Kemah"

  1. kemah memang capek bgt sih mbak.. dulu ngerasain pas masih jaman sekolah, ikutan pramuka.. :) Itupun aku cuma sekali doang ikutan dan selanjutnya absen krn ga kuat ;p hihihihi... wajarlah kalo anak kecil jg ada yg gatahan...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pas masuk sekolah keesokan harinya, lumayan banyak yang tidak masuk, karena sakit. Banyak anak yang nggak kuat juga.

      Hapus
  2. Mungkin pas lagi kemah pas kondisinya lagi drop kali ya mbak. Moga selanjutnya sehat2 terus ya anaknya :)

    keluargahamsa(dot)com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa jadi begitu. Apalagi kegiatannya banyak dan terus menerus. Sedangkan untuk tidur, dia nggak nyaman.

      Hapus
  3. Hihi, iya mbak. Betul kata dokter, jangan salahin kemah. Justru ini jadi cara untuk menguji mentalnya, mbak. Biar dia lebih tangguh lagi. Meski sakit, nggak apa-apa karena dia justru dapat banyak manfaat dari kemah. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, justru ketika kemah dia memiliki pengalaman seru.

      Hapus
  4. Mbaa, kadang anak pun merasa sehat kalau mau kemping dan apalagi kalau bareng teman-teman ya. hihii
    Tapi memang sebaiknya di cek ya kesehatan anak sebelum kemah :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, mba. Anaknya merasa sehat bukan berarti sehat benar ya.

      Hapus
  5. Aku pingin kemah. Belum pernah keturutan

    BalasHapus
  6. ikut kemah memang membutuhkan fisik yang kuat dan persiapan yang matang yah Mba, apalagi kan sebagian besar perkemahan itu selalu dilakukan di alam terbuka

    BalasHapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel