Coban Talun (bagian 2): Air Terjun
Jumat, 07 Juli 2017
12 Komentar
Assalamualaikum,
Sebagai
lanjutan dari cerita minggu lalu, kali ini saya menulis air terjunnya. Sebenarnya
awalnya coban Talun hanyalah wisata air terjun. Tapi makin hari yang berkembang
adalah tempat-tempat selfie. Pengunjung ke air terjun tetap banyak. Saya berpapasan
dengan rombongan yang berkemah dan outbond di bumi perkemahan dan beberapa anak
muda pecinta alam. Lainnya memang sengaja datang untuk melihat air terjun.
Baca juga Coban Talun (bagian 1)...
Ada yang mengatakan bahwa area sekitar air terjun sudah tidak sedingin beberapa puluh tahun lalu. Namun bagi saya, daerah di pegunungan tetaplah lebih sejuk daripada daerah saya, pesisir. Makanya orang-orang pesisir suka ngadem di tempat-tempat seperti ini.
Ada yang mengatakan bahwa area sekitar air terjun sudah tidak sedingin beberapa puluh tahun lalu. Namun bagi saya, daerah di pegunungan tetaplah lebih sejuk daripada daerah saya, pesisir. Makanya orang-orang pesisir suka ngadem di tempat-tempat seperti ini.
Jarak
air terjun dengan area parkir cuma 1 km. Saya melihat papan petunjuknya. Saya juga
sudah bertanya kepada petugasnya agar tidak shock mengetahui medannya. Apaan sih!
Oh
ya, dalam perjalanan menuju air terjun kita bakal melewati jembatan dan hutan pinus yang
cukup rindang. Pohon-pohon pinus dihias dan banyak ayunan. Mau duduk-duduk
cantik melepas lelah, disini saja. Banyak bangku. Atau mau minum di warung. Eh, saya
kesini masih kepagian, warungnya masih tutup. Kalau yang di depan (dekat area
parkir) banyak warung dan sudah buka dari tadi.
Katanya
jalan menuju air terjun landai... faktanya... mana ada jalan landai ke air
terjun, yang landai seluruhnya. Ada sih yang tidak butuh perjuangan alias
mendaki. contohnya: Coban Rondo, Coban Sewu dan Coban Kethak. Tapi sebagian besar air terjun itu terletak di tengah hutan, yang kita
ketahui bahwa harus blusukan dan naik turun. Butuh perjuangan. Setiap menempuh perjalanan selalu ada pengalaman seru.
Jadi, air terjun di coban Talun
termasuk yang mana? Karena saya seorang emak yang jarang latihan fisik, lumayan
untuk mencari keringat.
Tentu berbeda dengan para petugas dan warga yang setiap hari mungkin sudah biasa naik turun hutan. Berbeda pula dengan para penjelajah. Tapi saya selalu ingin menikmati berada dekat dengan alam. Mengukur setiap rasa yang ada. Dan saya yakin Allah tidak akan menciptakan sesuatu itu sia-sia. Maka bersahabatlah dengan alam. Menjaga alam mulai dari diri kita. Mulai dari hal-hal kecil, seperti tidak merusak tanaman, dsb.
Lanjut...
Jalan
menuju air terjun masih berupa tanah. Asli kalau hujan, bikin ngeri. Kalau mau
berpegangan, ada ranting-ranting di salah satu tepi tebing. Petunjuknya juga
ada. Bahkan himbauan/peringatan untuk membuang sampah pada tempatnya juga
banyak. Lucu-lucu! Sayang tidak disertai dengan tempat sampahnya, atau minimal
kantong-kantong yang memadai.
Sepanjang
jalan itu ada bekal botol minuman dan snack yang berserakan...
Jalanan
menuju air terjun berada diantara semak-semak. Ada yang landai dan berundak. Tapi
tetap masih berupa tanah. Pada bagian yang curam ada beberapa potong bambu
untuk pegangan. Tapi cuma itu saja. Mestinya lebih banyak tempat yang perlu
diberi pegangan. Lumayan buat menambah kekuatan untuk naik dan turun. Takut terpeleset.
Walaupun
begitu ada juga warga yang naik sepeda motor, ke hutan dan mencari daun-daun
untuk makanan ternaknya. Sepanjang yang saya lihat, semak-semaknya rimbun juga.
Semoga dapat banyak.
Gemericik
air terjun mulai terdengar. Artinya lokasi air terjun sudah dekat. Tarik nafas
dan ayo jalan!
Di
Coban Talun ini banyak bongkahan batu besar. Yang di dekatnya itulah
yang sering dipakai foto para petualang. Diantara batu-batu itu tumbuhlah
lumut. Terasa sejuk ketika tetes air terjun menimpa tubuh kita. Seperti terkena
tetesan air hujan. Segar!
Dari foto diatas saya baru tahu kalau ada tangga yang menempel di bebatuan. Seperti biasa saya hanya fokus pada air terjunnya. Mumpung tidak begitu ramai cepat-cepat mengambil gambar.
Jika
ingin mencuci tangan, dan kaki, bisa memanfaatkan air kran yang bersumber dari
air terjun. Di dekatnya ada sebuah warung. Sayangnya disini tidak ada tempat
duduk, kecuali di warung. Setidaknya kalau ada bangku-bangku kosong, pengunjung
akan betah menatap pemandangan disini. Menikmati derasnya air terjun dan
mencecap sejuknya udara.
Selesai
melihat air terjun, anak-anak berjalan pulang dahulu. Lalu berhenti di sungai
dan bermain air. Beginilah anak-anak. Rasanya belum puas melihat air terjun
kalau tidak sekaligus bermain air. Mengambil batu-batu kali dan melemparnya. Mendengarkan
suara batu yang jatuh ke air dan bersorak.
Happy
traveling!
Note:
Sebenarnya masih ada beberapa tempat yang bisa dikunjungi di Coban Talun seperti Goa Jepang, dsb. Namun karena keterbatasan waktu saya hanya mampu explore empat tempat ini.
(Selesai)
Note:
Sebenarnya masih ada beberapa tempat yang bisa dikunjungi di Coban Talun seperti Goa Jepang, dsb. Namun karena keterbatasan waktu saya hanya mampu explore empat tempat ini.
(Selesai)
^_^
aku ke sini dulu buat diklat, nginep
BalasHapuseh sekarang bagus banget dan belum ke sana lagi...
Berarti camping ya? Bisa explore lebih banyak disini.
Hapusduh mbak, lihat air terjunnya jadi kepingin nyebur
BalasHapusSeger!
HapusWaktu kesini dulu, dari parkiran aku dikagetkan dg sebuah pohon gede yg ga'biasa' sebelum nyeberang sungai kecil itu mbak. Krn pas mendung dan mau hujan serta petir menyambar-nyambar, jadi suasananya agak menyeramkan.
BalasHapusLalu yg agak serem jalan turuna itu kalo kering tanahnya gembur sekali, mudah untuk terperosok.
Aduh, kalau begitu jadi horor dong!
HapusAsiklah ini jalan jalan terus...
BalasHapusYup!
HapusKalo saya liat di foto dan penjelasannya, jalan setapaknya masih tanah, kalo hujan deras pasti licin bukan main dan cukup berbahaya, bisa longsor mungkin ya... Seharusnya lebih diperhatikan lagi oleh pemda setempat, agar para pengunjung merasa nyaman dan aman. Apalagi potensi wisatanya juga bagus banget loh....
BalasHapusNice sharing mba
Kondisi kering saja, tanah sudah licin, mas.
HapusSetahu saya kalau hujan, tempat wisata seperti ini ditutup. Khawatir membahayakan pengunjung. Tapi semua juga tergantung pengelolanya. Saya berharap untuk jalannya dibagun dengan aman dan nyaman.
Thanks.
Wah sejuknya, hijau dan tentram. Bosan dengan tempat wisata ala kota, ke tempat2 seperti ini bs jadi alternatif. Seru
BalasHapusBack to nature, yes!
Hapus