Ternyata Naluri Pamer Dimulai Sejak Anak-Anak




Si Isam bergegas memakai baju. “Aku sudah siap,” teriaknya lantang. Ada senyum di wajah imutnya.

Aku memandangnya sejenak. “Ok. Kita berangkat sekolah.”

Buku, tempat bekal, minum, tas,... semuanya sudah siap. Tapi..oh.. baju seragamnya kok tidak rapi.
Lah, anak kecil pakai baju sendiri, mana bisa rapi jali. “Sini, dirapikan dulu. Lho, adik kok pakai baju dobel (pakai kaos dalam, kaos oblong, dan seragam baju koko).”



“Iya, biar teman-temanku tahu kalau aku punya baju baru. Nanti mau tak tunjukkan teman-temanku.”

“Oh..gitu.”

"Ini kan baju baru.”

“Tapi nanti adik keringatan lho, panas, nggak enak. Terus kalau gatal-gatal gimana?”

“Ah, nggak.”

“Dicopot aja ya bajunya. Nanti di rumah dipakai lagi.”

“Nggak mau. Nggak apa kok.”

“Nggak enak, dik, pake baju dobel-dobel kayak gitu.”

“Biar teman-temanku tahu!”

Akhirnya, si Isam tetap memakai baju baru dan seragam kokonya. Sepertinya sepele, cuma memamerkan bajunya. Tapi saya kuatir masalah pamer memamerkan akan berlanjut. Mungkin saja teman-temannya seperti itu. Jadi saling menunjukkan barang barunya. Saya yakin dia ingin memperoleh perhatian dan pujian dari teman-temannya.

Setelah mengantar sekolah, saya kabari ustadzahnya. Saya yakin kalau ustadzah yang memberi tahu dia akan patuh. Yang saya kuatirkan adalah ketika dia keringatan akan garuk-garuk badannya. Ha..ha..ha..

Beberapa hari kemudian, seorang gadis cilik teman sekelas Isam berceloteh riang padaku, “Besok aku ke sekolah pakai baju baru. Gambarnya Frozen. Sama jilbabnya.”
“Bagus ya, mbak, bajunya,” kataku menatap matanya yang indah.
“Iya, baru dibelikan mama.”
“Oh..”
***

Sama bukan?

Memiliki barang baru adalah sesuatu yang membanggakan buat anak-anak. Bahkan naluri pamer inipun masih terjadi pada orang dewasa. Namun bedanya, dalam diri anak-anak belum ada rasa sombong seperti orang dewasa.

Irawati Istadi dalam bukunya Mendidik dengan Cinta hal 199-204, mengatakan bahwa tugas orang tua untuk membina dan mengarahkan naluri ini agar tidak melenceng. Dipelihara, kemudian diarahkan ke sisi positif dan dijaga agar tidak melampaui batas.

Trik Mengarahkan

Ada beberapa kiat orang tua  untuk mengarahkan naluri pamer pada anak ke obyek positif.
1.   Motivasi anak untuk memamerkan manfaat, bukan harganya
2.      Memberi respon yang benar
3.      Tumbuhkan empati anak
Anak pun harus diajak bersyukur, karena telah bisa memiliki barang yang tidak bisa terbeli oleh teman lain. Anak juga bisa diajak berdoa agar Allah memberikan barang serupa kepada teman-teman yang belum memilikinya.

Suatu hari saya membelikan sepatu baru buat Isam. Sepatunya sudah bolong, sudah waktunya diganti.

Pelan-pelan Isam bertanya, “Nanti aku boleh kasih tahu teman-temanku kalau sepatuku baru?”

“Nggak usahlah,” jawabku.

“Tapi kalau ada yang tanya gimana? Eh, Sam sepatumu baru ya? Masak aku diam saja.”

“Kalau ada yang nanya, ya bilang iya.”

Semoga mengerti ya, Nak.
Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

Belum ada Komentar untuk "Ternyata Naluri Pamer Dimulai Sejak Anak-Anak"

Posting Komentar

Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel