Asyiknya Piknik Ramai-Ramai



            Piknik oh piknik! Siapapun, saya jamin pasti senang piknik. Apalagi kalau gratis. Aduh... tidak terbayang bagaimana rasanya... Mau! Seru!
Dari bisnis keluarga saya, alhamdulillah bisa mengajak para karyawan dan keluarganya mengunjungi Selecta di kota Batu. Alasan saya sederhana. Saya yakin bertahun-tahun para karyawan ini tidak pernah bepergian jauh, apalagi mengenal istilah piknik. Kebanyakan mereka berasal dari desa. Kehidupan mereka hanya seputar rumah dan kerja. Terlalu mahal untuk membayangkan acara senang-senang semacam piknik.
Para karyawan adalah orang-orang yang hidup sederhana, bekerja mencari kehidupan yang lebih baik untuk masa depan. Uang yang ada untuk memenuhi kebutuhan hidup. Yang masih bujangan ya untuk membantu keluarganya dan persiapan menikah nanti. Sedangkan yang sudah menikah... tentu banyak pula kebutuhannya. Masalah kebutuhan hidup tidak akan pernah habis dibahas. Satu selesai, muncul yang lainnya. Seperti itulah kehidupan manusia, selalu berjalan terus.
Para karyawan berseru girang ketika saya mengumumkan acara piknik ini. Mereka akan diajak pergi ke Batu. Tidak perlu menginap. Perjalanan lumayan jauh. Dari Tuban ke Batu butuh sekitar 4 sampai 5 jam perjalanan. Itu jika tidak macet.
Saya mencari tempat piknik yang terjangkau dengan kondisi keuangan kami. Satu bus sudah cukup untuk membawa sekitar 50 orang. Tidak berdesakan. Mengingat kami membawa orang banyak, kami harus bertanggung jawab terhadap kenyamanannya.
Perjalanan dimulai pada pukul 05.00. Sebenarnya saya meminta berangkat lebih pagi lagi. Namun seperti biasa, jam disini, berubah menjadi jam karet. Akibatnya ada beberapa karyawan yang jengkel dan marah karena tidak segera berangkat. Padahal sebelum subuh sudah ada yang datang. Sholat dilakukan di masjid dekat toko. Beberapa orang bahkan harus ditelefon agar segera datang.
Di Surabaya kami berhenti lalu menjemput adik saya dan keluarganya, mengunjungi masjid agung Surabaya yang berdiri kokoh. Bus sempat kesulitan melewati jalanan di sekitar masjid. Hari itu Minggu, saat banyak pedagang sedang menggelar dangangannya di sekitar masjid dan para pengunjung yang menikmati olah raga pagi.
Sepanjang perjalanan, orang-orang ramai membicarakan kesempatan piknik ini. Bahkan ada yang semalaman susah tidur karena membayangkan seperti apa tempatnya, bagaimana perjalanannya. Wah, jadinya si mas ini diolok-olok teman-temannya. Ada pula yang tidak biasa naik kendaraan. Baru berangkat sudah mengeluh pusing. Obat-obatan sudah lengkap dibawanya. Yang paling parah adalah si mbak yang duduk di samping pak sopir. Segala macam cara sudah dicoba agar tidak mabuk. Minum obat anti mabuk, pakai minyak kayu putih, jamu. Bahkan tidak makan sekalipun. Tetap saja mabuk. Setumpuk tas kresek dipegangnya erat-erat. Wajahnya pucat. Perjalanan menjadi tidak menyenangkan, tapi begitu turun dari bus, si mbak sudah sehat, hilang sudah mabuknya. Senyum ceria mengembang di bibirnya.
Riuh suara penumpang begitu turun dari bus. Mereka berhamburan. Yang saya yakin mereka belum tahu tempat yang dituju. “Hei... tunggu dulu!” teriak saya menghentikan mereka.
Saya mewakili bapak memberikan pengumuman, “Silakan jalan-jalan, main-main, belanja, nanti kita akan berkumpul 3 jam lagi. Untuk makan siang. Jangan lupa. Disini ya. Jangan sampai tersesat.”
Mereka setuju. Ada yang langsung belanja. Tempat parkir bus berdekatan dengan pusat oleh-oleh dan tanaman-tanaman. Segala macam tanaman bunga dan buah dijual disini dengan harga yang murah. Ingat, murah bagi yang bisa menawar. Ada pula yang berlarian mencari toilet, karena sudah tidak bisa menahan panggilan alam. Ada yang sudah lapar, bergegas mencari warung bakso. Yang terakhir, jalan-jalan sesuai kata hati.
Sebelum berangkat saya sudah berpesan untuk membawa baju ganti. Mungkin diantara kita ada yang ingin berenang, atau terjadi sesuatu sehingga baju kotor, basah dan lainnya.  Apalagi ada anak-anak yang masih kecil.
Saya sudah pernah mengunjungi tempat ini, jadi lumayan hafal tempat-tempatnya. Anak-anak saya ajak naik kuda, flying fox dan berenang. Wah, yang yang terakhir ini yang menyebabkan mereka tidak mau berhenti. Padahal di Malang hawanya dingin bukan main.  
Si mas-mas karyawan bapak saya beberapa kali mondar-mandir di depan kolam renang. Ingin berenang tapi ragu. Banyak orang dewasa yang menikmati dinginnya air kolam. Saya yakin kolam seluas itu masih sanggup menerima mereka. Teman-temannya terus saja menggoda. Ah, mereka biasa berenang di sungai desa.
Tepat pukul 14.00 saya meminta para karyawan dan keluarganya berkumpul dan melanjutkan perjalanan pulang. Kami masih akan mampir ke Surabaya mengantarkan adik pulang. Sekalian beristirahat sejenak di masjid agung Surabaya yang tadi pagi tidak sempat.