Semangat Berkarya Dhe Lah
Minggu, 06 Desember 2015
4 Komentar
Namanya Sumilah. Orang-orang sering
memanggilnya Dhe Lah. Berasal dari Tuban, Jawa Timur. Umurnya sekitar 70 tahun lebih. Hidupnya sangat sederhana. Beliau ini adalah tetangga sejak saya masih
kecil. Sehari-hari bekerja sebagai penjual makanan di samping SMU PGRI 1 Tuban.
Ada rujak, kolak, krupuk, keripik dan macam-macam gorengan.
Semua saudaranya telah meninggal dunia. Dhe
Lah tidak berkeluarga. Selama ini dia tinggal bersama keponakan dan suami
keponakannya di sebuah rumah kecil warisan orang tuanya. Meskipun memiliki hak
atas rumah tersebut, tapi dhe Lah selalu merasa menumpang pada keponakannya.
Memang kebutuhan dhe Lah dipenuhi oleh keponakannya. Tapi semangatnya bekerja
tak pernah padam. Sepanjang hidupnya dhe Lah selalu bekerja.
Tak pernah dihiraukan tubuhnya yang kecil
dan membungkuk. Setiap hari dhe Lah tampak sibuk. Pagi hari sudah ke pasar
untuk belanja. Berangkat dengan berjalan kaki sekitar 500 meter dan pulangnya
naik becak. Di usainya yang senja ini, tak sedikitpun mengurangi kebiasaannya semasa muda. Bekerja dan membantu orang lain.
Meski tak fisiknya tak sekuat dulu, dhe Lah senang membantu keponakan, memasak, membantu orang lain membelikan ini itu. Semua yang ada urusan dengan pasar. Dulu, sering "rewang" (membantu) tetangga yang mempunyai hajat. Mulai dari belanja hingga memasak di dapur bersama dengan tetangga-tetangga lain.
Meski tak fisiknya tak sekuat dulu, dhe Lah senang membantu keponakan, memasak, membantu orang lain membelikan ini itu. Semua yang ada urusan dengan pasar. Dulu, sering "rewang" (membantu) tetangga yang mempunyai hajat. Mulai dari belanja hingga memasak di dapur bersama dengan tetangga-tetangga lain.
Saya pernah menitip belanjaan padanya.
Waktu itu saya menitip lontong membuat gado-gado. Lumayan banyak karena untuk
acara pengajian di rumah. Dengan senang hati dicarikan bakul langganannya. Lalu
mengantarkan pesanan saya sampai di rumah.
Dhe Lah dengan senang hati membantu saya.
Dengan senyum yang mengembang berangkat ke pasar. Langkahnya selalu ringan.
Berayun dengan cepat bahkan mungkin lebih cepat dia daripada saya. Dan bisa
juga lebih jauh beliau melangkah daripada saya.
Sebenarnya hasil berjualan makanan itu
tak seberapa. Kadang-kadang masih tersisa.
Tak banyak pelanggannya. Namun satu hal yang saya kagumi adalah keinginannya
untuk tidak mau menyusahkan orang lain, termasuk keponakannya.
Beliau rela berjalan kesana kemari membantu
si keponakan. Membelikan kebutuhan dapur dan memasak menu sehari-hari. Pernah
dalam sehari bisa ke pasar dua kali. Biasanya sih kalau ada barang/belanjaan yang tertinggal.
Dhe Lah tidak mau berpangku tangan.
Setiap hari setelah maghrib mengangkuti makanan yang hendak dijual. Bolak balik dari rumah ke warung. Sendirian mengangkuti dagangan. Kadang
berjualan hingga pukul 23.00. Diterpa hembusan angin malam yang dingin, Dhe Lah tetap bertahan di
warung tanpa dinding. Hanya meja besar untuk menaruh dagangan dan bangku kayu
sebagai teman duduk pelanggannya. Lampu yang remang tak banyak menunjukkan
dagangannya.
Beberapa hari lalu, warungnya mengalami
sedikit kerusakan. Akibat diserempet mobil tak dikenal. Tak ada yang tahu
kejadiannya dan siapa pelakunya. Kerusakan warung baru diketahui setelah seorang tukang becak yang juga tetangga memberitahukan pada
dhe Lah. Alhamdulillah seorang tetangga membantu memperbaikinya. Dhe Lah sudah
bisa berjualan lagi.
Dhe Lah tetap tegar menjalani rutinitas. Tak ada keluh, tak
ada malas. Wajahnya tampak sumringah. Setiap bertemu dengan orang yang dikenal
selalu menyapa ramah seolah tak pernah ada beban dipundaknya.
Dengan berdagang beliau bertemu dengan
para pelanggannya atau deretan tukang becak yang biasa mangkal disana.
Bercerita banyak hal tentang pahit manisnya kehidupan. Itulah hiburannya. Itulah yang membuat kehadirannya dalam
menyediakan makanan tetap bermanfaat.
Jika ada kerabatnya yang berkunjung dhe
Lah suka memberikan uang saku. Itulah salah satu kebahagiaannya, bisa memberi. Meski tak seberapa, yang lebih muda merasa malu
dan sungkan sendiri. Bukankah dhe Lah yang seharusnya diberi uang! Bukankah dhe
Lah seharusnya sudah pensiun melakukan pekerjaan berat dan melelahkan! Bukankah
dhe Lah yang seharusnya duduk-duduk manis di rumah!
Banyak hal yang bisa dicontoh dari dhe Lah.
Semangatnya bekerja di usia senja bukan semata-mata untuk mencari uang
melainkan untuk tetap menjalin hubungan manis dengan para tetangga, kerabat dan
teman. Juga keteguhan memegang prinsip untuk tidak merepotkan orang lain.
Semoga Allah selalu meringankan
langkah-langkah dhe Lah berbuat kebaikan.
***
Sumber: tulisan ini berdasarkan
pengalaman hidup seorang tetangga penulis.
“Tulisan
ini diikutsertakan pada Monilando's Giveaway : Spread The Good
Story"
.
Semoga Allah memberkahi Dhe Lah ya mba... selalu ada inspirasi dari orang yang ada di sekitar kita :)
BalasHapusSalam hangat mba.. Terima kasih atas partisipasinya :)
Iya. Makasih sudah mampir di blog saya. Salam hangat.
Hapusdhe lah sama kayak saya mbak dari tuban juga, cuma saya sudah kelamaan jauh dari kampung halaman agaknya :)
BalasHapussalam kenal mbak
Oh iya. Banyak yang merantau ya. Terima kasih sudah mampir.
Hapus