Belajar dari Alam

Masjid Agung Tuban
Setelah si nomor dua sakit disusul si sulung, rasanya hari-hari berikutnya saya fokus pada kesembuhan dan kesehatan keluarga. Belum ada rencana untuk travelling keluar kota. Kalaupun ada undangan keluar kota, kami usahakan sesegera mungkin tiba di rumah. Tidak perlu menginap atau jalan-jalan.

Puncaknya adalah ketika si sulung positif sakit Demam Berdarah dan harus rawat inap selama seminggu di RSUD R. Koesma Tuban. Saya memboyong ketiga anak di sana.

Alhamdulillah suami bisa mengajukan cuti. Bisa bersama-sama merawat si sulung. Saya banyak menghabiskan waktu di dalam kamar. Dengan pemandangan utama selang infus. Kadang-kadang merasa begitu jenuh menunggu perkembangan kesehatan anak yang lambat. Resah dan sedih melihat wajahnya yang layu.

Keadaan si sulung mulai membaik pada hari keenam. Maka, ketika pulang ke rumah untuk mengambil baju dan barang-barang lainnya saya sempatkan untuk mengambil kamera.

Di sisi lain saya sangat bersyukur. Ada dua buah jendela yang membuat kedua mata saya berpetualang menjelajahi sisi-sisi lain rumah sakit dan lebih jauh lagi. Sejauh lensa kamera ini sanggup menjangkaunya. Saya menemukan sebuah oase disini. Setiap pagi ketika menjelang matahari terbit saya melihat pemandangan dari jendela. Seperti sebuah rutinitas, saya dan suami saling mengingatkan untuk melihatnya.

Kami berada di lantai V Graha R.Koesma. Saat disana, bangunan baru yang belum diresmikan. Juga bangunan tertinggi saat ini. Beruntung sekali disini saya bisa melihat pemandangan kota dengan leluasa. Semuanya tampak kecil.
Kota Tuban menghadap ke laut. Hamparan laut tampak dari jendela kamar 506 ini. Antara laut dan langit seolah terpisah garis semu. Memandangi perlahan, mengagumi dan menikmati warna-warni alam. Segala gundah sirna sejenak. Maha Suci Allah dengan segala ciptaanNya.
Matahari terbit.

Ada banyak momen indah dari balik jendela yang sayang kalau dilewatkan begitu saja. Ada banyak kejadian alam yang bisa didiskusikan dan dipelajari bersama anak-anak.

Ketika saya ajak anak-anak (minus si sulung ya) untuk melihat laut, mereka takjub. Kami memang orang pesisir yang sejak kecil bersahabat dengan laut. Gambaran laut sudah tertanam dengan utuh dan sangat jelas di kepala. Tak akan berubah. Tapi begitulah, kalau ada sesuatu yang baru dilihat jadi terkagum-kagum.
Laut dan langit.

Mengapa air laut tidak tumpah, padahal kami melihatnya lebih tinggi dari daratan. Mengapa burung-burung yang terbang selalu membentuk suatu formasi. Banyak hal yang bisa dipelajari. Tidak melulu tentang science tapi lebih pada siapa designer hebat dibalik alam semesta. Akhirnya banyak muncul pertanyaan dari anak-anak. Saya mencoba menjawabnya secara sederhana (yang mudah dimengerti untuk usia mereka). Juga mengajarkan tauhid.

Anak-anak lebih mudah belajar dari peristiwa dan keadaan seperti ini. Secara teori banyak buku-buku yang mendukung. Tapi dengan melihat secara langsung akan terbentuk memori yang indah. Bagaimana mungkin matahari bisa muncul begitu saja dari arah timur. Semburat warnanya, merah, jingga, orange, kuning, menyingkap gelap menjadi terang. Tidak ada yang kebetulan di muka bumi ini. Semua bergerak, berputar pada sumbunya, semua bersujud dan patuh padaNya.

Wallahu’alam.

Tampak kecil.
Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

Belum ada Komentar untuk "Belajar dari Alam"

Posting Komentar

Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel