Baju Ibu Kayak...




Ceritanya saya dan anak-anak ikut suami yang bekerja di luar kota. Sesuai rencana kami akan menginap selama 5-6 hari. Saya kira waktu selama itu sudah cukup.


Tidak ada rencana jalan-jalan. Karena pagi hingga sore suami harus masuk kerja. Dan bulan ini adalah bulan Ramadhan. Hanya ikut saja, agar lebih banyak waktu bersama keluarga.

Saya meminta anak-anak menyiapkan bajunya. Tidak perlu banyak. Yang penting cukup. Karena barang bawaan kami lumayan banyak, maka jumlah baju dibatasi. Untuk pemakaian juga demikian. Saya meminta mereka untuk berhemat baju.

Di dalam ruangan saya memilih memakai daster. Baju ini cocok karena bahannya yang mudah menyerap keringat. Disini saya hanya membawa dua daster pendek. Udara cukup panas. Tinggal baju-baju panjang. Rasanya gerah sekali, kalau berada di ruangan sempit tetap memakai baju itu.

Maka saya punya ide untuk memakai kaos oblong milik suami. Ya, cuma untuk tidur saja, kenapa harus repot. Begitu si kecil melihat saya, dia cemberut. Raut mukanya terlihat tak senang. “Ibu kayak mas-mas,” katanya. Lalu melarang saya memakai kaos itu.

Katanya lagi nih, “Ibu kayak bapak-bapak.”

Semua tertawa mendengarnya.

Sudah lama saya tidak pernah lagi memakai kaos seperti ini. Saya pikir ini tidak masalah. Lha, saya kehabisan daster.

Anak-anak tidak pernah melihat saya memakai kaos oblong. Mungkin terlihat aneh saja. Kakaknya yang masih SD ikut-ikutan membully saya, “Ibu menyerupai laki-laki.”

“Apa?!”

Dari kejadian ini anak-anak paham mana baju untuk laki-laki dan wanita. Jelas berbeda. Tapi mereka belum mengerti kondisi saya. Huf! Ini cuma memakai kaos oblong. Bukan baju laki-laki. Apalagi bertingkah selayaknya laki-laki.

Jujur saja, dulu bahkan saya tidak memiliki koleksi rok, gamis. Tapi sudahlah. Saya sudah insyaf.

Anak-anak sangat perhatian kepada saya. Hal-hal yang saya pikir sepele tapi bagi anak-anak tidak. Dari sini akhirnya saya membuka diskusi yang hangat bersama mereka. Membuat pembeda mana yang baju laki-laki dan mana yang wanita. Jelas! Laki-laki dan wanita berbeda. Semua berjalan sesuai kodratnya. Semua ada manfaatnya.

Masalahnya adalah mana yang memiliki arti “menyerupai”. Ketika saya memakai kaos itu karena kepepet, tidak berarti saya menginginkannya. Menurut saya sih, untuk kaos masih wajar. Bisa untuk laki-laki dan wanita. Tapi bagi anak-anak, kaos ayah ya milik ayahnya atau bisa dipinjam kakak. Semuanya laki-laki. Tapi tidak untuk ibu.

Seperti halnya tayangan televisi yang biasa menampilkan laki-laki tapi memakai baju wanita. Lalu para waria yang mengamen di jalan-jalan. Dengan contoh yang nyata seperti ini saya berharap mereka bisa mengerti dan bisa mengambil hikmahnya. Tidak mudah. Tetapi tidak ada yang tidak mungkin kalau kita selalu mendampingi dan membentengi anak-anak dengan nilai-nilai Islam.

Sungguh indah semua aturan dalam Islam.

Wallahu a’lam.



Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

Belum ada Komentar untuk "Baju Ibu Kayak..."

Posting Komentar

Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel