Berkarya dengan Batik Gedog
Kamis, 14 Juli 2016
2 Komentar
Sejak
ibu meninggal tiga tahun yang lalu, saya mulai ikut mengurus usaha keluarga
yang bergerak di bidang jasa dan perdagangan. Untuk jahitan baju dipegang oleh
bapak saya. Dibantu sekitar 20 orang karyawan, kami menerima pesanan semua
model baju khusus laki-laki. Karyawan tersebut terbagi menjadi dua macam yaitu
karyawan yang bekerja di tempat kami dan yang mengerjakan di rumah
masing-masing.
Jujur
saja dengan jumlah karyawan sebanyak itu kami masih tidak sebanding dengan
pekerjaan menjahit. Tapi biasanya pelanggan yang loyal sudah paham. Termasuk jika
ada beberapa karyawan yang tidak masuk atau tidak sanggup mengerjakan di rumah.
Praktis, jadwal antrian molor dari rencana.
![]() |
Kemeja bapak Bupati Tuban (batik gedog warna alam) by Versia. |
Usaha
ini masih berjalan secara konvensional. Dalam arti segala pencatatan arus kas
masih manual. Padahal pelanggan bertambah dari tahun ke tahun. Menjelang puasa
Ramadhan bapak sudah tidak menerima pesanan baju. Pesanan sebelumnya sudah
menumpuk. Daripada memberikan janji tapi tidak bisa ditepati lebih baik
menolak. Tapi ada pula pelanggan-pelanggan yang memaksakan diri. Untuk kasus
semacam ini mereka rela mengantri hingga dua bulan.
Harapan
saya jika memenangkan lomba ini bisa untuk meningkatkan usaha dengan
memperbaiki tempat usaha, menambah
koleksi baju ready to wear dan merapikan pencatatan arus kas. Mungkin terlalu muluk. Tapi harapan sebaiknya mancakup banyak hal untuk masa depan usaha kami.
Dengan harapan tersebut saya akan membagi untuk dua tahap, jangka pendek dan jangka panjang. Seandainya semuanya dilakukan di satu waktu, sangat berat dan butuh modal super banyak. Selama pencapaian harapan tersebut usaha tetap berjalan sebagaimana biasanya. Bagi seorang wirausahawan, esok adalah hasil usaha hari ini. Tidak ada usaha yang instant, semuanya butuh proses panjang. Bahkan terjatuh itu hal yang biasa.
Sebagai bentuk kreativitas tentu kami menginginkan tempat usaha yang menyenangkan, bukan saja untuk pelanggan namun juga untuk para karyawan. Bagaimanapun juga saya ingin semua karyawan betah bekerja disini. Tempat usaha ini sudah beberapa kali direnovasi. Namun untuk menyesuaikan trend tetap saja kami butuh penyegaran dan perbaikan di beberapa bagian.
Dana yang diperlukan untuk perbaikan tempat usaha pastinya sangat besar. Untuk itu saya lebih fokus pada pengembangan usaha, perbaikan kualitas, dan menambah koleksi dagangan. Sebagai
contoh, harga selembar kain batik tulis gedog dasar putih Rp 150.000. Ditambah
dengan ongkos jahit sekitar seratus ribu lebih (tergantung modelnya) akan
memperbanyak ongkos produksi.
Memang
batik semacam ini pasarnya cukup luas. Biasanya digunakan untuk seragam kantor
dan acara-acara resmi lainnya. Jadi untuk stok untuk kain ini cukup banyak, meskipun
motifnya monoton.
Sementara
untuk membuat koleksi pakaian jadi minimal harus menyediakan sekitar sepuluh
potong. Kelihatannya jumlah itu masih sedikit. Tapi saya percaya jika ada yang
laku beberapa potong pakaian bisa untuk membuat pakaian lagi. Begitu seterusnya
sehingga koleksi semakin bertambah.
Di
era digital ini, UKM “wajib” bersahabat dengan “internet ultra cepat” untuk mengenalkan,
mengembangkan dan meningkatkan usaha secara publik. Meski tempat usaha ini
berada di kota kecil saya yakin dengan kehadiran internet ultra cepat, akan
dikenal secara luas. Selain itu, tentunya menunjang kreativitas pelaku usaha
dalam menciptakan dan mengembangkan motif kain batik maupun model baju yang
sedang trend.
Saat ini perkembangan internet sangat pesat. Hampir semua karyawan khususnya yang muda selalu berinteraksi dengan internet melalui medsos. Perkembangan ini sangat menggembirakan karena komunikasi menjadi lebih murah.
Apa
sih yang tidak ada di dunia maya? Saya percaya jika internet digunakan dengan
bijak maka peluang usaha semakin terbuka lebar. Salah satunya dengan membuka
lapak online.
Seperti
halnya berjualan di toko, berjualan secara online membutuhkan strategi jitu
agar usaha kita dipercaya. Dengan demikian calon pelanggan bersedia menjadi
pelanggan karena kepercayaan dan kemudahan yang kita berikan. Bukan hanya janji
di tengah gencarnya olshop-olshop lain.
Barang
yang kami jual adalah barang milik sendiri. Kami menjaga kualitas mulai dari
kain hingga pakaian jadi. Sebagian besar pelanggan kami adalah yang melakukan
pemesanan berulang. Kemudian promosi dari mulut ke mulut yang terbukti sampai
saat ini masih efektif. Hanya saja jangkauannya masih lokal. Berbeda dengan promosi
dari internet, yang bisa menjangkau semua daerah di penjuru dunia.
Sebagaimana
UKM, saya berharap ada campur tangan pemerintah dan swasta untuk memperkenalkan
produk-produk lokal. Sehingga mampu memberdayakan
warga setempat dengan keahlian yang dimiliki. Dengan kerja keras dan keuletan menekuni usaha ini saya ingin memberikan manfaat minimal untuk karyawan. Setidaknya ada peningkatan taraf ekonomi keluarga mereka.
Semoga di masa yang akan datang peran serta masyarakat, pemerintah maupun swasta mampu mendorong perekonomian lokal. Bagi pelaku usaha boleh banget berinteraksi di "ChannelNewsAsia" untuk melihat perkembangan berita di penjuru dunia. Termasuk untuk membaca perkembangan bisnis di dunia.
Kalau aku, aku jualan layangan, soalnya aku kan anak alay (bukan lebay ya ?) alay itu anak layangan (tapi nggak suka nongkrong di pinggir jalan) pokonya alaayyyy banget...hehehehehe...
BalasHapusSemoga sukses jualannya ya.
Hapus