Berkarya dengan Batik Gedog




Sejak ibu meninggal tiga tahun yang lalu, saya mulai ikut mengurus usaha keluarga yang bergerak di bidang jasa dan perdagangan. Untuk jahitan baju dipegang oleh bapak saya. Dibantu sekitar 20 orang karyawan, kami menerima pesanan semua model baju khusus laki-laki. Karyawan tersebut terbagi menjadi dua macam yaitu karyawan yang bekerja di tempat kami dan yang mengerjakan di rumah masing-masing.


Jujur saja dengan jumlah karyawan sebanyak itu kami masih tidak sebanding dengan pekerjaan menjahit. Tapi biasanya pelanggan yang loyal sudah paham. Termasuk jika ada beberapa karyawan yang tidak masuk atau tidak sanggup mengerjakan di rumah. Praktis, jadwal antrian molor dari rencana.
 
Kemeja bapak Bupati Tuban (batik gedog warna alam) by Versia.

Usaha ini masih berjalan secara konvensional. Dalam arti segala pencatatan arus kas masih manual. Padahal pelanggan bertambah dari tahun ke tahun. Menjelang puasa Ramadhan bapak sudah tidak menerima pesanan baju. Pesanan sebelumnya sudah menumpuk. Daripada memberikan janji tapi tidak bisa ditepati lebih baik menolak. Tapi ada pula pelanggan-pelanggan yang memaksakan diri. Untuk kasus semacam ini mereka rela mengantri hingga dua bulan.

Harapan saya jika memenangkan lomba ini bisa untuk meningkatkan usaha dengan memperbaiki tempat usaha,  menambah koleksi baju ready to wear dan merapikan pencatatan arus kas. Mungkin terlalu muluk. Tapi harapan sebaiknya mancakup banyak hal untuk masa depan usaha kami. 

Dengan harapan tersebut saya akan membagi untuk dua tahap, jangka pendek dan jangka panjang. Seandainya semuanya dilakukan di satu waktu, sangat berat dan butuh modal super banyak. Selama pencapaian harapan tersebut usaha tetap berjalan sebagaimana biasanya. Bagi seorang wirausahawan, esok adalah hasil usaha hari ini. Tidak ada usaha yang instant, semuanya butuh proses panjang. Bahkan terjatuh itu hal yang biasa. 

Sebagai bentuk kreativitas tentu kami menginginkan tempat usaha yang menyenangkan, bukan saja untuk pelanggan namun juga untuk para karyawan. Bagaimanapun juga saya ingin semua karyawan betah bekerja disini. Tempat usaha ini sudah beberapa kali direnovasi. Namun untuk menyesuaikan trend tetap saja kami butuh penyegaran dan perbaikan di beberapa bagian.

Dana yang diperlukan untuk perbaikan tempat usaha pastinya sangat besar. Untuk itu saya lebih fokus pada pengembangan usaha, perbaikan kualitas, dan menambah koleksi dagangan. Sebagai contoh, harga selembar kain batik tulis gedog dasar putih Rp 150.000. Ditambah dengan ongkos jahit sekitar seratus ribu lebih (tergantung modelnya) akan memperbanyak ongkos produksi.
 
Menyediakan batik dengan warna alam.
Memang batik semacam ini pasarnya cukup luas. Biasanya digunakan untuk seragam kantor dan acara-acara resmi lainnya. Jadi untuk stok untuk kain ini cukup banyak, meskipun motifnya monoton.
 
Batik gedog colet
Sementara untuk membuat koleksi pakaian jadi minimal harus menyediakan sekitar sepuluh potong. Kelihatannya jumlah itu masih sedikit. Tapi saya percaya jika ada yang laku beberapa potong pakaian bisa untuk membuat pakaian lagi. Begitu seterusnya sehingga koleksi semakin bertambah.
 
Batik gedog kontemporer
Di era digital ini, UKM “wajib” bersahabat dengan “internet ultra cepat” untuk mengenalkan, mengembangkan dan meningkatkan usaha secara publik. Meski tempat usaha ini berada di kota kecil saya yakin dengan kehadiran internet ultra cepat, akan dikenal secara luas. Selain itu, tentunya menunjang kreativitas pelaku usaha dalam menciptakan dan mengembangkan motif kain batik maupun model baju yang sedang trend. 

Saat ini perkembangan internet sangat pesat. Hampir semua karyawan khususnya yang muda selalu berinteraksi dengan internet melalui medsos. Perkembangan ini sangat menggembirakan karena komunikasi menjadi lebih murah.


Apa sih yang tidak ada di dunia maya? Saya percaya jika internet digunakan dengan bijak maka peluang usaha semakin terbuka lebar. Salah satunya dengan membuka lapak online.

Seperti halnya berjualan di toko, berjualan secara online membutuhkan strategi jitu agar usaha kita dipercaya. Dengan demikian calon pelanggan bersedia menjadi pelanggan karena kepercayaan dan kemudahan yang kita berikan. Bukan hanya janji di tengah gencarnya olshop-olshop lain.
 
Menerima pesanan seragam kantor.
Barang yang kami jual adalah barang milik sendiri. Kami menjaga kualitas mulai dari kain hingga pakaian jadi. Sebagian besar pelanggan kami adalah yang melakukan pemesanan berulang. Kemudian promosi dari mulut ke mulut yang terbukti sampai saat ini masih efektif. Hanya saja jangkauannya masih lokal. Berbeda dengan promosi dari internet, yang bisa menjangkau semua daerah di penjuru dunia.

Sebagaimana UKM, saya berharap ada campur tangan pemerintah dan swasta untuk memperkenalkan produk-produk lokal. Sehingga mampu memberdayakan warga setempat dengan keahlian yang dimiliki. Dengan kerja keras dan keuletan menekuni usaha ini saya ingin memberikan manfaat minimal untuk karyawan. Setidaknya ada peningkatan taraf ekonomi keluarga mereka.

Semoga di masa yang akan datang peran serta masyarakat, pemerintah maupun swasta mampu mendorong perekonomian lokal.  Bagi pelaku usaha boleh banget berinteraksi di "ChannelNewsAsia" untuk melihat perkembangan berita di penjuru dunia. Termasuk untuk membaca perkembangan bisnis di dunia.


Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

2 Komentar untuk "Berkarya dengan Batik Gedog"

  1. Kalau aku, aku jualan layangan, soalnya aku kan anak alay (bukan lebay ya ?) alay itu anak layangan (tapi nggak suka nongkrong di pinggir jalan) pokonya alaayyyy banget...hehehehehe...

    BalasHapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel