Dukung Masjid Ramah Anak
Kamis, 22 September 2016
6 Komentar
Moms,
pernahkah melihat anak-anak yang ditegur oleh jamaah masjid? Atau mendengar
pengaduan mereka?
Buat
yang memiliki anak kecil yang super aktif mungkin pernah merasakan hal ini.
Termasuk anak-anak saya. Gara-gara bikin keributan di masjid. Yeah, namanya
juga anak kecil, dimana-mana dianggap tempat bermain saja, tak peduli di masjid dan sedang
berhadapan dengan siapa.
Dengan
ditegur anak-anak biasanya sudah tahu kalau perbuatan mereka kurang berkenan
buat orang lain. Intinya mereka tahu tapi tidak bisa meninggalkan dunia
bermainnya. Aduh gimana ya?
Lalu
mereka menganggap atau mengadu habis dimarahi. Sebenarnya tidak sepenuhnya
marah, namun di hati anak-anak yang sudah kadung sensitif karena acara bermain
terganggu menjadi tak suka. Akhirnya bikin laporan kepada orang tua bahwa ada
bapak (biasanya yang sudah sepuh) yang memperingatkan untuk tidak bikin
keramaian (teriak, lari, tertawa, berantem) pada saat sholat.
Mengajak
anak kecil di masjid untuk patuh kepada kita itu susah-susah gampang. Duduk
sebentar saja sudah tidak betah. Kata bapak saya, anak-anak sekarang tidak
takut sama orang. Lari kesana kemari pada saat sholat itu sangat mengganggu.
Bagi jamaah yang tak terbiasa melihat pemandangan seperti ini pasti tak suka.
“Itu anaknya siapa sih?” Nah, orang tua kena juga.
Jika
si anak bertemu dengan teman sebaya bisa bertambah ramai suasana masjid. Ada
yang cekikikan, menjahili temannya, lalu membalas. Begitu seterusnya. Bahkan
ada yang berlari-lari diantara shaf. Lalu menyenggol pembatas hingga hampir
roboh. Untung saja ada seorang ibu yang berada di belakangnya berusaha
memegangi pembatas itu. Si anak tidak apa-apa. Hanya saja beberapa jamaah yang
berada di sekitarnya merasa terkejut dan was-was.
Bagi anak-anak, setelah
sholat adalah waktu terbaik untuk bermain. Masjid yang luas pasti sangat
menyenangkan. Padahal orang tua masih sibuk berdoa, dsb, sementara mereka
sudah kabur.
Bagi
anak-anak, jatuh di area masjid adalah hal yang sangat biasa. Yang cemas orang tuanya. Kejadian
berulang saja. Tapi anak-anak tidak kapok. Masih kejar-kejaran, bercanda lalu
terjadilah hal-hal yang tidak diinginkan.
Nah,
bagaimana dengan anak kita, Moms?
Semoga
menjadi anak sholih/sholihah ya. Orang tua pasti berharap anak-anak akan patuh bahkan
ketika kita sedang sholat. Tapi kenyataannya tidak demikian. Ada saja hal-hal
sepele yang membuat mereka tertawa. Padahal sebelumnya sudah diberitahu untuk
tetap tenang.
Lalu
seusai sholat ada jamaah yang merasa terganggu dan menghampiri mereka. Tiba-tiba
mereka diam. Tak ada huru hara lagi. Ada juga yang langsung menegur si anak,
“Jangan berisik!”
Apakah
dengan begitu masalah keributan anak-anak sudah berakhir?
Merasa
terganggu, anak-anak berhenti dan mematuhi perintahnya. Meski sebenarnya mereka
tak suka. Pernah juga anak saya menangis. Biasalah, si anak terlalu sensitif.
Akhirnya dia bilang begini, “Aku nggak mau sholat disitu lagi!”
Kalau
sampai begini bisa gawat. Apa yang kami perjuangkan untuk anak-anak bisa kacau.
Padahal tidak semua masjid/musholla seperti itu. Sementara si anak sudah
trauma. Diingat-ingat kejadian itu lalu ketakutan tiba-tiba muncul.
Saya
rasa sebaiknya ada pengertian baik dari jamaah masjid maupun orang tua yang
membawa anak-anak. Memang tak mudah. Tapi saya yakin dengan usaha terus menerus
untuk mendekatkan anak dengan masjid insyaAllah ada jalan keluarnya.
Saya
dan suami sepakat bahwa anak-anak sejak kecil harus dibiasakan dekat dengan
masjid. Agar mereka mudah dan ringan mengayun langkah ke masjid. Apalagi ketiga
anak saya laki-laki semua.
Ada
terobosan yang dilakukan oleh sebuah masjid dengan menggandeng anak saya. Ya,
anak saya diminta untuk iqomah. Pertimbangannya karena anak-anak inilah
generasi penerus para pejuang masjid. Maka masjid yang didominasi oleh jamaah
berusia lanjut harus akrab dengan anak-anak.
Dengan
memberikan kesempatan kepada anak-anak, diharapkan mereka semakin akrab dan
dekat dengan masjid. Tidak takut lagi. Hingga makin banyak anak-anak yang ikut
memakmurkan masjid.
Dia
senang sekali diberi tanggung jawab ini. Meskipun dalam satu hari biasanya cuma
sekali, tapi cukuplah untuk membuatnya merasa dibutuhkan dan membutuhkan. Yeah,
dia butuh tempat untuk mengasah rasa percaya diri dengan segala kemampuannya. Sementara
pihak masjid butuh anak-anak sebagai penerusnya.
Biasanya
dia kalau mau berangkat ke masjid suka molor jadi lebih awal. Kalau sudah
mendengar suara adzan dia bergegas pergi ke masjid. “Aku mau iqomah.” Saya juga
senang karena dia mulai mengerti tanggung jawabnya.
Yang
perlu diperhatikan orang tua :
- Dampingi anak-anak. Buat anak-anak di bawah lima tahun sebaiknya bersama orang tua, atau orang lain (dewasa).
- Sebelum sholat dimulai sebaiknya dinasihati dulu. Jangan bosan untuk mengulang-ulang nasihat. Meskipun sebenarnya si anak sudah hafal tapi ya tetap ngomong lagi.
- Selalu berdekatan dengan anak agar terpantau keberadaannya. Kalaupun membutuhkan sesuatu mudah menanganinya. Dengan duduk berdampingan, anak akan merasa aman dan nyaman. Misalnya anak tiba-tiba ingin pipis, bisa langsung membawanya ke kamar kecil. Tidak mengompol di tempat.
- Anak dalam keadaan senang ketika diajak ke masjid. Sangat penting untuk memperhatikan mood si anak agar pembelajaran ibadah wajib tidak terasa dipaksa. Anak dalam keadaan senang dan tenang akan mudah diatur.
- Sudah BAK dan BAB. Jadi ketika berada di masjid si anak tidak rewel.
Tapi ya namanya anak-anak, sebelum berangkat diantisipasi dengan bertanya kepada si anak, “Pipis dulu ya?”
Jawabannya,
“Aku tidak kebelet pipis."
Tapi
apa yang terjadi disana, “Aku mau pipis!” Padahal sedang sholat.
Benar-benar
kacau!
Seiring
dengan bertambahnya usia, anak-anak mulai belajar, mencontoh, bertindak tenang
dan akhirnya merasa nyaman. Semoga.
^_^
iya niiiih... dukung pake banget saya. Sedih liat anak di larang masuk masjid, tapi juga sebel liat ortu yang gak peka buat bilangin anaknya yang berisik. eh tapi rata2 yang aku perhatiin, mereka yang ribut adalah mereka yang solat sendiri. Ortunya gak pernah ke masjid hehehe
BalasHapusJadinya si anak seenaknya di masjid ya. Kan gak ada ortunya...hehe..
Hapusaku termasuk yang terganggu jika lagi datang ke pengajian lalu ada orang tua (ibu2) yang bawa anak dan dia GAGAL membuat anaknya tidak menggganggu peserta pengajian lain. duh.. jadi nggak bisa denger ceramaha ustadnya sama sekali. kesel banget. Maksudku, ikut pengajian boleh, tapi orang tua harus berkaca juga sih... kalo anaknya emang tipe pengganggu dan perusuh mending didik anaknya agar jadi anak yang anteng dan nggak ganggu orang lain dulu deh di rumah daripada bikin kesel orang lain. itu menurutku.
BalasHapusKalau ada yang ramai biasanya ustadznya mengingatkan, mba.
HapusMungkin orang tuanya nggak merasa terganggu dengan ulah anaknya atau memang sudah terbiasa begitu, padahal orang lain terganggu...
Aku kalo pas lebaran , kudu bawak anak ke amsjid yang gede dan jauh dari rumah suapay gakda fitnah, saat anak2ku berisik. krn tdk semua org paham. malah banyak tetanggaku yg punya anak kecil, gak salat ke msjid meski lebaran
BalasHapusAnak-anak masih belajar, berproses, jadi mesti maklum ya.
Hapus