Perhatikan 5 Hal Sebelum Memutuskan LDM
Jumat, 02 September 2016
14 Komentar
Assalamualaikum,
Tak
mudah ketika pasangan suami istri akhirnya memutuskan untuk Long Distance
Marriage (LDM). Siapapun pasangan itu saya rasa tidak ada yang mau hidup
terpisah. Pastinya semua pasangan ingin hidup normal, setiap hari bertemu dan
berkumpul dalam naungan rumah yang nyaman.
Namun,
apa daya jika keinginan seperti itu harus tertunda oleh suatu hal. Semisal,
suami yang tiba-tiba harus pindah tugas keluar kota/pulau. Padahal baru saja menempati
rumah baru. Anak juga baru masuk sekolah barunya. Rasanya, eman gitu ya.
Dalam
keadaan galau seperti itu tetap harus berdiskusi mencari jalan keluar yang
baik. Membuat perencanaan yang matang sebelum membuat keputusan untuk LDM.
LDM
ini bukanlah keputusan terakhir. Anggap saja sementara. Atau darurat. Karena saya
yakin semua yang LDM pun pasti ingin berkumpul bersama keluarga di rumah. Mendengar
semua keriuhan anak-anak. Walaupun keinginan seperti itu harus dipendam dahulu.
Entah sampai kapan?
Sebelum
memutuskan untuk LDM, ada baiknya menimbang semua kemungkinan baik dan buruk. Cenderung
lebih banyak mana? Lalu membuat keputusan yang bisa diterima dengan hati yang
lapang.
Diskusikan
5 hal ini sebelum memutuskan untuk LDM:
- Keputusan bersama. LDM ini adalah keputusan bersama pasangan. Apapun resikonya tetap didiskusikan dengan kepala dingin. Jangan pernah menyalahkan salah satu pasangan. Jika di kemudian hari terjadi hal-hal diluar rencana, pastikan Anda mampu menyelesaikannya dengan baik. Setiap masalah insyaAllah ada jalan keluarnya. Yakin, bahwa kita pasti sanggup melewatinya.
- Mandiri. Ya, kalau memang sudah niat untuk LDM, ya harus mandiri. Sanggup mengurus diri sendiri. Jangan sebentar-sebentar telepon pasangan kita. “Aduh, ini gimana?” Jadinya mengganggu banget. Sementara pasangan sedang sendiri pula. Sebisa mungkin menyelesaikan masalah sendiri. Kecuali kalau ada masalah dengan pasangan.
- Komunikasi. Yakin untuk LDM? Pastikan anda dan pasangan mempunyai waktu untuk berkomunikasi dengan aman dan nyaman. Sebagai pasangan pastinya anda tahu dong, kapan kita ada waktu, demikian juga sebaliknya. Setidaknya ada komunikasi lancar. Meski jujur, ngobrolnya itu sebatas laporan kegiatan harian, atau ijin ini dan itu.
- Keuangan. Nah, berhubung sudah yakin dengan keputusan untuk LDM, maka Anda harus siap dong dengan membengkaknya biaya pengeluaran rutin. Sebagai contoh, kalau tinggal bersama, artinya dapur cuma satu. Sedangkan tinggal berjauhan dapurnya dua. Disana belanja disini juga. Mending kalau dari perusahaan/kantor suami menyediakan menu makan. Lebih irit karena mendapat gratisan. Kalau tidak, artinya belanja rutinnya dobel. Belum lagi ditambah kebutuhan lainnya. Misalnya tempat tinggal, bisa gratis atau ngekos atau ngontrak, dsb. Jujur nih, sebenarnya berat di ongkos. Tapi bukankah ini sudah diperkirakan. Sehingga semua pengeluaran itu tidak lebih besar dari pendapatan.
- Kepercayaan. Jangan pernah berpikiran macam-macam jika sedang berjauhan. Ingatlah bahwa Allah selalu bersama prasangka hambanya. Jadi gimana dong? Sebentar-sebentar kepikiran pasangan, sedang apa, bersama siapa, mau apa! Jangan deh! Jangan pernah terlintas sedikitpun prasangka yang tidak baik. Karena efeknya luar biasa. Hati kita jadi tidak tenang. Tidak bisa konsentrasi sehingga pekerjaan jadi kacau. Lebih baik dialihkan untuk hal-hal positif sehingga pikiran galau itu segera sirna. Saling mendukung dan mendoakan untuk kebaikan pasangan.
Ketika
awal LDM bisa jadi terasa berat. Namun seiring dengan berjalannya waktu akan
terbiasa juga. Pastikan anak-anak bisa menerima keputusan ini. kecuali kalau
sejak bayi mereka sudah tinggal berjauhan. Dengan sendirinya anak-anak mengerti
keadaan ini.
***
Saya selalu salut bagi pasangan yang bisa memutuskan untuk LDM, saya pribadi belum bisa suami dinas luar kota aza udah kangen pisan hehehe
BalasHapusPaling cuma bisa telepon. Dan menunggu kedatangannya.
HapusBelum siap LDM sepertinya saya ini, kalau ditinggal tugas aja sering banget ngejapri hiihihihi
BalasHapusKalau seperti itu saya juga sering. Kadang juga waktunya tidak tepat, mis ketika kami sama2 sibuk. Tapi tetap komunikasi harus lancar.
HapusKeputusan bersama dan komunikasi memang point penting mba. Komitmen pun demikian ya mba
BalasHapusSalut buat yang komitmen LDR terjaga baik :)
Keputusan bersama, dengan segala resikonya.
HapusDulu pernah semi LDM dengan suami. Alhamdulillah sekarang suami mutasi ke daerah asal, jadi sementara ayem deh he he. Tapi kalau dimutasi ke pusat suami justru ngajak LDMan karena dia sendiri sebenarnya nggak begitu suka tinggal di kota yang sudah padat sekali seperti di Jakarta dan sekitarnya.
BalasHapusSemoga aman dari mutasi ya mbak Heni.
HapusDuuh saya deket aja suka miskom apalagi jauh ya
BalasHapusYang berjauhan juga miskom. Sama deh.
Hapussaya dan suami LDM Mba, dan benar kelima hal itu yang kami lakukan sebelum akhirnya berani mengambil langkah LDM :)
BalasHapusSamaan ya mba Ira! Toss deh.
Hapusada baiknya seorang istri selalu ikut suami. Dibandingkan harus LDM.
BalasHapusSebaiknya, iya. Tapi ada kasus tertentu yang "terpaksa" LDM. Saya rasa setiap pasangan suami istri tidak ada sedikitpun keinginan/tujuan dalam kehidupan berumah tangga untuk melakukan LDM. Semua pasti ingin hidup normal.
Hapus