Nak, buanglah Sampah Pada Tempatnya
Selasa, 21 Maret 2017
12 Komentar
Assalamualaikum
moms,
Saya
suka gemes kalau melihat sampah yang
berserakan di dalam rumah. Ini jelas tanggung jawab saya. Di rumah sendiri. Pelakunya
adalah anak-anak yang sejak mulai mengenal apa itu sampah sudah saya ajarkan
untuk membuang ke tempatnya.
Oke,
sampah itu ada dimana saja. Kali ini saya hanya membahas sampah di rumah. Karena bermula dari rumahlah moms bisa mengajarkan kebersihan. Juga sebagai self reminder agar saya berusaha mengajak anak-anak manjaga kebersihan.
Masalah sampah di dalam rumah itu kadang tidak ada seorangpun yang mau mengakui. Padahal terlihat dengan jelas ada bungkus permen, snack, kertas , sobekan, dsb. Lalu, siapa dong?
Masalah sampah di dalam rumah itu kadang tidak ada seorangpun yang mau mengakui. Padahal terlihat dengan jelas ada bungkus permen, snack, kertas , sobekan, dsb. Lalu, siapa dong?
“Bukan
aku,” kata si kakak.
“Lalu,
siapa dong, yang tidak mau membuang sampah di tempatnya?”
Si
bungsu senyum-senyum. Seperti ada “sesuatu” yang disembunyikan. Maka, saya
mendekatinya. Dengan suara lirih, dia mangakui kalau “lupa” membuang sampah.
Nah, loh!
Siapa
sih yang tidak mau memiliki rumah yang rapi, bersih dari tumpukan sampah? Faktanya,
anak-anak membuat kacau saja.
Kadang
mereka sengaja tidak mau membuang sampah. Dimana mereka duduk, disitulah sampah
bekas mainan dan snack. Diminta membuang sampahnya, eh dibilang “iya”. Saya
tunggu tidak ada reaksi. Kembali pada peringatan selanjutnya. Bagaimana ini?
“Nanti,
dulu,” jawabnya.
“Belum
selesai mainan,” alasannya lagi. “Masih mau dipakai lagi.”
Aduh,
anak-anak mempunyai banyak alasan untuk mengelak. Padahal sampah yang terserak
adalah hasil perbuatan mereka. Jelas mereka yang melakukan, tapi tetap minta
perpanjangan waktu.
Saya
pernah menemukan pembungkus snack yang disembunyikan di lipatan tempat tidur. Ada
juga di kolong sofa dan tempat tidur. Atau kalau sedang makan di ruang tamu,
sampahnya juga disitu. Apalagi kalau sudah di kamarnya, sampah ada diantara
tumpukan buku.
Mending
kalau sampah bekas snack yang tersembunyi bisa ditemukan. Kalau seminggu
kemudian baru ketemu, bagaimana? Lalu, datang semut-semut yang minta jatah
makanan. Iiih...jangan dong!
Dari
ngobrol santai bersama anak-anak, saya mulai mengerti mengapa mereka tidak
segera membuang sampah di tempatnya. Sambil elus dada, ya moms. Yang penting jangan menyalahkan dulu. Saya ingin mencari pokok masalahnya sehingga bisa membuat solusi.
Berikut ini adalah alasan yang menyebabkan anak-anak enggan membuang sampah:
Berikut ini adalah alasan yang menyebabkan anak-anak enggan membuang sampah:
- Malas bergerak. Padahal tinggal berjalan beberapa langkah saja menuju ke tempat sampah. Apa susahnya berdiri lalu berjalan sebentar.
- Lupa. Ya, lupa kalau ada sampah dari snack yang sudah dimakan. Ketika makan sih enak saja. Giliran buang sampahnya dibilang lupa!
- Capek. Badan yang capek setelah beraktivitas menyebabkan mereka tidak mau bergerak. Ya, sampah yang dihasilkan anak-anak masih di tempatnya.
- Lagi asyik bermain dan nonton film. Misalnya begini nih, anak-anak sedang nonton film sambil ngemil. Nah, sampahnya disitu juga. Tidak mau bergerak untuk membuang sampah karena takut terlewatkan adegan filmnya.
- Belum memiliki tanggung jawab. Bahwa kebersihan rumah adalah tanggung seluruh anggota keluarga. Termasuk anak-anak. Saya tidak mau membiarkan anak-anak seenaknya menaruh sampah mereka. Perbuatan yang terlihat sederhana ini adalah tanggung jawab mereka. Mereka ikut dalam menjaga kebersihan rumah.
Tips
agar anak-anak mau membuang sampah di tempatnya:
- Diingatkan. Jangan segan untuk selalu mengingatkan anak-anak. Meskipun kadang bosan, tetaplah untuk membiasakannya. Semoga moms selalu dilimpahi kesabaran ekstra.
- Letakkan tempat sampah di tempat yang terjangkau semua anggota keluarga. Bisa dengan menempatkan tempat sampah kecil yang sudah dilapisi kresek. Kalau sudah penuh tinggal dibuang.
- Memberikan contoh. Kalau orang tua biasa memberikan contoh nyata, insyaAllah anak-anak mudah mengikuti.
- Mengajarkan kebersihan. Sampah artinya kotoran. Tidak alasan untuk menimbun, menyembunyikan apalagi membiarkannya.
Kadang
anak-anak benar-benar menolak. Kalau sudah seperti ini, saya akan menawarkan
bantuan. Biasanya kalau sampahnya banyak dan berceceran. Si anak tetap membuang sebagian sampahnya. Lainnya saya yang
membereskan. Sebagai hadiah dari
perbuatan baik ini saya ucapkan terima kasih.
“Makasih
ya, dek! Semoga adik selalu menjaga kebersihan.”
Well,
sebenarnya bisa saja orang tua langsung mengambil alih tanggung jawab ini. Lalu,
mengambil sampah yang berceceran. Dan beres Tapi...bagi saya, anak-anak harus
belajar bertanggung jawab. Dari hal-hal yang mudah. Dari urusan mereka sendiri.
Kalau setelah bermain kertas, ya dibereskan. Kalau setelah makan kue,
bungkusnya ya dibuang. So simple!
Aturannya
memang demikian. Namun tak selamanya anak-anak setia dengan aturan. Ada saat
tertentu ketika mereka bahkan tidak peduli lagi. Kalau sudah seperti ini, saya
akan menawarkan bantuan. Si anak tetap membuang sebagian sampahnya. Lainnya
saya ikut membereskan.
Saya
berharap kalau sejak kecil dibiasakan bertanggung jawab seperti ini anak-anak mudah
melakukannya. Membuang sampah pada tempatnya sudah menjadi kebiasaan saja. Tidak
perlu menunggu perintah dari orang tua.
Sampah
adalah sisa barang ataupun cairan yang sudah tak terpakai. Seperti kemarin
ketika bermain air dengan pewarna. Setelah selesai harusnya dibuang saja. Tapi
si anak tetap tidak mau. Masih menunggu sampai besok. Masih sayang untuk
dibuang.
Sampah
itu bisa menyebabkan pemandangan tidak nyaman di rumah. Rumah terasa sumpek. Lalu, aroma tak sedap, dsb. Nah, kalau sudah bersih, yuk main-main lagi!
Mari
biasakan membuang sampah pada tempatnya! Mulai dari keluarga kita. Mulai dari
hal yang sederhana. Semoga!
Happy
family!
^_^
Baca ini saya jadi inget temen SMP di asrama dulu mbak. Berhari-hari nyium bau nggak sedap, sumbernya dimana. Eh, ternyata di lemarinya teman saya itu, ada buah melon (atau semangka) yang membusuk. Pdhl di dlm rak atasnya (masih di lemari sama), ada tumpukan bajunya.
BalasHapusEmang ya, kalo ortunya nggak ngajari soal kebersihan terutama soal tanggung jawabnya, pas hidup sendiri di asrama jadinya malah begini. :)
Kalau anak-anakku pernah nih, kue di dalam tasnya sampai berhari-hari. Karena besoknya libur, jadi lupa mengeluarkan.
HapusHi...pasti bau ya!
ish jorok bangeeet Mbaaa.. risih ya pasti?
HapusAku yang risih, tapi anaknya kok cuek, pake ngeles pula.
Hapusmengajari anak-anak untuk buang sampah di tempatnya memang harus sejak dini diupayakan. suami saya paling keras soal ini. kalau pas di rumah makan, jangan sampai buang sampah di kolong meja. eeuuuh, risih. kalau lagi jalan, mending dikantongi dulu atau dimasukkan ke dalam tas. baru kalau ketemu tempat sampah, sampahnya dibuang disana.
BalasHapusKalau pas jalan dan gak nemu tempat sampah, aku yang mesti ngantongi, masukkan ke dalam tas.
HapusHarusnya dimana-mana ada tempat sampah ya.
Aku pun dari anak masih kecil udah ngajarin buang sampah di tempatnya mba. Eh tapi skrg2 anakku udah kenal kata "tolong" jadi dia suka bilang minta tolong Buu buangin sampahnya.. Aaakkk gemeees jadinya kan.. :D
BalasHapusKadang si bungsu suka begitu, minta tolong.
HapusBener banget bunda. Kita harus ngajarin anak2 kita untuk membuang sampah pada tempatnya. Biar mereka juga ga termasuk orang kebanyakan yang suka buang sampah sembarangan
BalasHapusBelajar kebersihan dimulai dari keluarga masing-masing.
Hapusanakku masih bayi, pastinya mau diterapkan seperti ini sedari dia bayi, biar terbiasa sampai dewasa ^_^
BalasHapusDikasih contoh ya. Semoga dimudahkan.
Hapus