Menjelang Ujian Nasional SD
Selasa, 09 Mei 2017
10 Komentar
Dear
moms,
Yang
memiliki anak menjelang UN, bagaimana rasanya? Namo-nano atau biasa saja. Biarkan
saja, toh dia sudah mempersiapkan belajarnya. Tinggal menunggu hasilnya. Atau mungkin
masih ada yang berjuang keras dengan memasang target tertentu untuk anaknya.
Yang
mau ujian anaknya, tapi orang tua ikut galau. Jadi teringat jaman saya masih
sekolah dulu. Apakah orang tua saya juga ikutan galau seperti ini. Mencari tahu
informasi sebanyak-banyaknya agar hatinya lega. Meminta anak les ini itu agar
selamat nilainya.
Betapa
repotnya orang tua jaman sekarang. Banjir informasi membuat hati emak-emak
makin tak karuan. Tak lagi berbentuk sama. Tidak tuluskan kita memperjuangkan
pendidikan anak-anak? Tapi sudahlah. Persiapan tentu sudah sejak lama. Menjelang
Ujian Nasional, gaungnya pasti sudah terdengar sejak awal masuk kelas 6, jadi
sekarang tinggal menunggu apa?
Anak kedua
saya ini masih sama, santai, sedikit meningkat tanggung jawabnya. (I’m
proud of you). Menjalani hari-hari masih seperti biasa. Sekolah, les, belajar
di rumah, main-main. Masih sama seperti hari-hari kemarin.
Yang
berbeda adalah dia sudah berada di akhir sekolah dasar, tinggal menghitung hari saja.
Untuk
persiapan UN, sebenarnya bukan hanya untuk anaknya saja. Contohnya begini, si
anak sudah memiliki jadwal belajar rutin, sementara saya masih sering
pergi-pergi. Tentu si anak ingin ikut juga. Dan itu membuat jadwal dia menjadi
kacau. Sepulangnya pasti capek, belum lagi kalau mesti ijin kegiatan di
sekolah.
Meskipun
bulan Mei dihujani dengan tanggal merah, alhamdulillah kami baik-baik saja di
rumah. Rencana untuk mengunjungi si sulung yang sekolah di luar kota, ditunda
dulu.
Jadi,
untuk sementara saya tidak acara pergi. Saya ingin memiliki banyak waktu
bersama anak-anak. Saya ingin menemani hari-harinya menjelang UN. Apalagi
beberapa hari ini dia kurang sehat.
Pada
hari Jum’at minggu lalu sebenarnya saya ingin menyusul suami. Ceritanya suami
ada lembur, jadi tidak pulang. Seperti yang dulu-dulu, kalau suami kerja di
hari Sabtu atau hari libur lainnya, saya dan anak-anak biasanya ikut. Nah, saya sudah pesan
sopir, tinggal siap-siap untuk berangkat. Tapi kemudian, ada info bahwa si bungsu ada
tes renang lalu malamnya ada doa bersama untuk anak-anak kelas 6. Hwaa...
Pagi itu saya merasa kacau banget. Saya kok ketinggalan info. Saya baca grup kelasnya. Saya cari lembar pengumuman. Nihil. Sampai akhirnya saya telpon teman-teman, tanya ini itu tentang kegiatannya anak kedua ini. Katanya sudah ada pengumuman beberapa hari lalu. Tapi saya merasa belum menerimanya. Aduh...
Di saat seperti ini saya merasa, jangan-jangan saya selama ini terlalu abai...
Note: pengumuman dari sekolah masih ada di dalam tas sekolah anak saya.
Pagi itu saya merasa kacau banget. Saya kok ketinggalan info. Saya baca grup kelasnya. Saya cari lembar pengumuman. Nihil. Sampai akhirnya saya telpon teman-teman, tanya ini itu tentang kegiatannya anak kedua ini. Katanya sudah ada pengumuman beberapa hari lalu. Tapi saya merasa belum menerimanya. Aduh...
Di saat seperti ini saya merasa, jangan-jangan saya selama ini terlalu abai...
Note: pengumuman dari sekolah masih ada di dalam tas sekolah anak saya.
Bisa
saja saya ikut suami, meski si bungsu tidak ikut tes renang. Bukankah masih
bisa menyusul minggu depan. Toh itu
pelajaran ekstra. Santai saja. Sementara kakaknya, bisa saja saya ijin dengan
alasan ini. Tapi kemudian saya merasa perlu untuk mendahulukan kepentingan
anak-anak.
Kapan
lagi mengikuti kegiatan doa bersama, kapan lagi menyerap ilmu parenting, kapan
lagi berkumpul bersama orang tua murid... Iya, masih ada kesempatan lagi. Tapi kesempatan
seperti ini menurut saya juga penting.
Saya
mulai membuat skala prioritas. Saya ingin ketika si anak UN, benar-benar sudah
siap dan sehat. Makanya saya mengurangi kegiatan yang menguras tenaga. Karena sehat
itu sangat berharga. Semoga diberikan kesehatan terus.
Menjaga komitmen
Beberapa
waktu lalu, ada pertemuan wali murid dan guru yang mengajak untuk menjaga
komitmen bersama. Buat anak-anak, momen seperti ini menjadi pelajaran berharga.
Isi komitmen tersebuat agar anak-anak mengurangi menonton teve dan penggunaan
gawai, mempersiapkan diri dengan mendekatkan diri kepadaNya.
Sudah
bertahun-tahun ini saya memang tidak banyak menonton televisi. Ini lumayan
berpengaruh terhadap anak-anak. Mereka bisa memilih tontonan yang layak itu
seperti apa. Tapi kadang teori seperti ini tidak berlaku juga. Kalau mereka
berada di rumah kerabat, tetap saja bisa menonton sampai puas.
Seperti
kata pembicara dalam doa bersama, tanggung jawab pendidikan anak terletak pada
sang ayah. Meskipun yang datang di acara parenting dan kegiatan sekolah lainnya
adalah sang ibu. Itu hanyalah persoalan lain. Karena dalam Al Qur’an ada banyak
kisah tentang keteladanan orang tua (kisah Luqman, Ibrahim, Ya’kub). Tidak
disebutkan adanya kisah ibu Luqman, dsb yang mengajari anaknya.
Nah,
sebagai ibu, apa yang mesti saya risaukan. Mestinya begitu ya. Justru karena
saya yang sehari-hari bersama anak-anak, saya merasa tahu kemampuan anak seperti
apa. Atau mungkin sok tahu? Atau...jangan-jangan
saya yang underestimate kemampuan
anak. Terlepas dari semua itu, saya percaya nasihat ustadzahnya anak saya, “Percayalah
pada kemampuan anak.”
Mari
membentangkan mimpi. Raih cita-citamu, Nak. Selamat menempuh UN!
^_^
In syaa allah mendapat hasil yang terbaik, dek.
BalasHapusSemangaaaat, mama Rochma.
*jadi kalo ujian, yang semangat malah orang tua nya yaa, mba..^^
Haha...iya, mba. Aku sih tiap hari kayaknya, kasih semangat buat belajar. Tapi kadang anaknya mah cuek kalau lagi libur. Hihi...
HapusSaya berharap UN itu segera di tiadakan bun. Kasian anak2nya, capek2 sekolah bertahun2 tapi bisa ga lulus di ujian UNnya. Tapi saya kurang tau sekarang gimana syarat kelulusan UN tahun ini. Smga Anaknya lulus dengan hasil yang memuaskan ya bun
BalasHapusAamiin. Makasih doanya.
HapusYes. Saya ibu yg santai nih anak UN SD SMP pun dulu yg SMA. Santai dlm arti lbh pd mbuat suasana. Kan klo kmampuan anak kita sdh tahu. Nggak mau mjejali dgn abcd lg apalagi 1mgg mjelang hari H nya. Lebih pada motivasi dan doa
BalasHapusKudu santai ya menghadapi ujiannya anak-anak. Biar hati tenang dan tetap jadi motivatornya anak-anak.
Hapussaya belum ngerasin mba. tapi kalau lihat kaka pas ujian anak2 kayaknya bakal repot bngt. semua diperhatiin banget, mkanan, waktu istirahat, dll.. dan belum lagi dag dig dugnya. hihi
BalasHapussemoga nanti bisa..
Semoga.
HapusHii..rasanya pasti nano2 mba..
BalasHapusAku blm si, masih kelas 4 anakku. Tapi tetep kebayang. Semoga sukses ujian putranya ya mb..jadi orang tua sekarang kayaknya bnr2 menantang.
Atau orang tua sekarang suka tantangan? Hihi...makasih doanya.
Hapus