Sandal yang Tertukar
Senin, 19 Juni 2017
6 Komentar
Malam
itu, seperti biasa saya sholat tarawih di masjid. Usai sholat, saya mencari sandal saya
diantara deretan tak beraturan sandal-sandal jamaah. Mata ini sudah menyisir
deretan sandal wanita.
Saya
masih ingat tadi menaruhnya di sekitar depan tempat sampah. Ketemu deh! Langsung
saya pakai pulang. Tiba di depan rumah, saya segera mencopot sandal... “Kok sandal
ini rasanya beda.”
Mata
ini langsung menangkap kejanggalan sandal. Iya, sandal ini lebih empuk. Enak dipakai.
Usianya masih muda dibandingkan sandal saya. Saya pakai berjalan lagi. Dengan sadar
saya meyakini bahwa ini bukan sandal saya.
Bentuk, warna, size, merk... pokoknya satu model pabrikan dengan sandal saya. Yang berbeda adalah, sandal saya sudah bolong-bolong belakangnya. Lebih jelek dan warnanya sudah pudar. Kode... sudah waktunya ganti yang baru!
Akhirnya
saya memaksa suami untuk mengantar ke masjid. Jamaah sudah bubar dari tadi,
sudah sepi. Yang tertinggal hanya beberapa orang (pengurus masjid) yang sedang
membereskan masjid.
Saya
berkeliling tempat sandal, tapi sandal saya sudah tak ada. Deretan sandal
jamaah tinggal beberapa buah saja. Mungkin termasuk sandal masjid. Lalu, kami
pulang.
Sempat
terpikir untuk bicara saja dengan orang-orang masjid. Tapi saya ragu. Masalah ini terlihat sepele. Sandal yang tertukar, yang hilang adalah hal biasa terjadi di
masjid. Suami maupun anak-anak saya sering mengalaminya. Bahkan sandal yang
baru saja dibeli. Karena sudah masuk waktu sholat, ya mampirlah ke masjid
dengan sandal barunya. Eh, ternyata hilang juga.
Kadang
saya sampai jengkel. Sudah berkali-kali saya katakan pakai sandal jepit yang
super jelek saja kalau ke masjid. Yang penting sandalnya bersih. Agar hati ini
tidak kecewa kalau hilang. Mungkin yang sudah mengalaminya berkali-kali lebih tabah daripada yang baru sekali ini ... Please!
Selain
sandal yang hilang di masjid, adalah jam tangan. Biasanya ketika wudhu ditaruh
saja. Lalu lupa mengambil, jadi diambil orang. Sudah dua kali kejadian seperti
ini. Tapi sekarang kita bicara sandal saja!
Memakai
sandal yang tertukar ini lebih nyaman. Tapi, ini adalah barang yang bukan milik
sendiri, jadi seperti mengkhianati hati. Gelisah!
Besoknya
saya sudah siap untuk datang ke masjid tersebut. Tujuannya selain untuk
beribadah juga untuk mengembalikan sandal yang tertukar. Kenyataannya, karena
saya sibuk mempersiapkan barang bawaan untuk keluar kota, saya tidak jadi ke
masjid tersebut.
Enam
hari kemudian ketika saya sudah pulang ke rumah, saya berjanji akan sholat ke
masjid sekaligus mencari sandal saya. Anak-anak sudah saya persiapkan agar
tidak terlambat. Biasa ya, kalau membawa anak-anak ke masjid, ada saja yang
mengulur waktu. Belum inilah, yang berantem dulu, yang apa, ribut!
Ketika
sholat selesai saya berjalan dari selatan ke utara mencari sandal saya. Tak ada.
Sekali lagi mata ini menyisir deretan sandal. Tetap tidak ada. Akhirnya saya menunggu
di teras, tepat di depan sandal ini. Saya perhatikan orang-orang yang mencari
sandalnya, lalu bergegas pulang. Tapi tak ada yang mengambil sandal saya.
Di
sana saya bertemu dengan seorang teman. Saya berbagi kisah sandal yang tertukar. Dia juga
pernah mengalaminya. Tapi sandalnya lebih bagus tertukar yang lebih jelek. Jadi,
dibiarkan saja. Ikhlas saja. Lha, sudah tidak ketemu!
Bagaimana
dengan saya?
Sampai
pintu-pintu masjid ditutup, saya masih menunggu. Jamaah sudah habis. Akhirnya
saya memutuskan untuk pulang dengan sandal yang tertukar. Ssst...jangan bilang-bilang ya, sandalnya saya pakai kemana-mana!
Teman-teman
pernah mengalami kejadian seperti ini? Yang tertukar maupun yang hilang? Sharing
yuk!
^_^
sering juga aku, Mba Rochma.
BalasHapusSeringnya sih lain sebelah mba. Giliran udah jauh dari rumah baru ngeh deh.
Biasanya gitu ya, pas pakai sandalnya nggak kerasa.
HapusWah bisa dijadikan sinetron, Mba.. kelanjutan dari putri yang tertukar. ^_^
BalasHapusBiasanya memang tetukar dengan yang lebih jelek, tapi ini tertukar dengan yang lebih bagus. Bersyukur Mba, berarti rejeki Mba Rochma lebih bagus dari yang mendapat sandal asli mba. ^_^
Akhirnya aku pakai saja. Masih ke masjid itu sambil lihat-lihat sandal jamaah, barangkali ada sandalku yang butut dan jelek.
HapusHehe, kalau sudah rejeki ya begitu ya bu, tidak akan tertukar karena tertukar. Mungkin sandal bagus itu memang sudah jadi rejekinya ibu :D
BalasHapusMakasih.
Hapus