Liburan dan Pekerjaan Rumah Tangga
Selasa, 04 Juli 2017
12 Komentar
Liburan
panjang itu menyenangkan. Karena disaat seperti inilah semua anak berkumpul.
Suami juga libur (cuti bersama), jadi bisa berkumpul di rumah. Dan hari Senin
ini mulai berangkat bekerja.
Baca juga rumah berantakan.
Ketika sedang traveling memang tidak terasa pekerjaan rumah tangga. Anggap saja lupa. Tapi begitu tiba di rumah, koper dan tas dibuka lalu terkejut dengan cucian yang menumpuk.
Ketika sedang traveling memang tidak terasa pekerjaan rumah tangga. Anggap saja lupa. Tapi begitu tiba di rumah, koper dan tas dibuka lalu terkejut dengan cucian yang menumpuk.
Ketika
menginjakkan kaki di rumah, ah rasanya baru sebentar pergi tapi kok ya kotor.
Iya sih, walaupun tidak ditempati, rumah tetap kotor. Ada debu-debu nakal yang
memaksa masuk.
Lalu
tanaman-tanaman, andai bisa menjerit pastinya sudah minta minum. Beberapa
tanaman di pot layu. Ya, saya telah menelantarkannya. Sementara pohon belimbing
dan jambu masih berdiri kokoh. Cepat-cepat disiram semuanya.
Masalah
pekerjaan rumah tangga, kalau ada suami saya tidak terlalu ribut. Seperti biasa
suami tidak pernah memaksa saya untuk melakukan semua pekerjaan tersebut. Kita
sudah saling mengerti. Kalau saya diam saja artinya saya sedang capek banget
bahkan sakit. Harap maklum.
Dalam
keluarga saya, pekerjaan rumah tangga menjadi tanggung jawab bersama (suami dan
istri). Tidak ada saling iri karena kesadaran bersama. Meskipun suami sudah
bekerja, tapi kalau di rumah tidak ada si mbak ART tetap membantu. Sebisanya
saja.
Saya
yakin setiap pasangan suami istri memiliki caranya sendiri. Dan yang saya
lakukan mungkin berbeda, karena situasi dan lainnya. Tapi semuanya demi
keberlangsungan bahtera rumah tangga.
Anak-anak
sudah mulai besar, sudah banyak membantu. Paling tidak sudah bisa mengurus
dirinya sendiri. Meskipun si bungsu kadang masih suka manja dan mencari
perhatian.
Kadang
sesama saudara ada perasaan iri. “Kok adek kerjaannya dikit?”
Kemampuan
anak kecil tentu berbeda dengan yang besar. Kadang juga bertengkar, bukannya
membantu malah bikin rusuh. Namanya juga anak-anak. Tidak seratus persen pesan
terlaksana. Tapi sedikit demi sedikit merekapun mengenal pekerjaan rumah yang
tidak ada habisnya.
Saya
berulang-ulang mengatakan kepada anak-anak untuk memahami pekerjaan rumah
tangga. Karena pada akhirnya mereka akan hidup mandiri. Dan saya tidak
selamanya menemani mereka. Seperti si sulung yang sudah sekolah diluar kota.
Jadi,
libur lebaran itu kita tidak memiliki pembagian tugas yang pasti. Tapi kalau
ada pekerjaan rumah menumpuk, barulah saling bantu. Seperti suami yang mencuci
baju lalu si sulung yang menjemur. Atau ketika saya memasak, dua anak
bergantian mencuci piring. Kalau semuanya sedang capek, lebih baik membeli
makan saja. Itu adalah pilihan yang praktis tanpa paksaan.
Tapi
lebaran lalu, kita banyak makan di luar. Maksudnya ketika silaturahim ke rumah
kerabat, kita dijamu dengan makan-makan. Sejenak melupakan lemak di tubuh. Apalagi
banyak warung yang tutup.
Tips mengurus
pekerjaan rumah tangga:
1. Saling pengertian
Kalau
sedang capek ya istirahat. Suami dan istri mengurus pekerjaan rumah, semampunya
saja. Biarlah rumah berantakan yang penting penghuninya sehat dan bahagia.
Anak-anak
sejak kecil saya biasakan dengan pekerjaan rumah tangga. Meskipun saya memiliki
ART, tapi tidak setiap waktu ada untuk mereka. Disaat seperti itulah mereka
harus bisa mengerti tanggung jawabnya.
Tidak
perlu memaksakan diri untuk melakukan semua pekerjaan rumah tangga yang
mengakibatkan lelah fisik. Untuk pekerjaan rumah bagi anak-anak juga sesuai
dengan kemampuan. Si bungsu bisa menyapu rumah meski tak bersih adalah suatu
prestasi.
Kadang
terbersit keinginan untuk memiliki rumah yang rapi tapi kemudian saya merasa
aneh saja. Pasti tidak ada anak kecil. Tidak ada barang/perabot yang berpindah
tempat. Disaat seperti itu saya jadi ingat rumah-rumah yang penghuninya sudah
sepuh, yang anak-anaknya sudah merantau kemana-mana.
Rumah
yang berantakanpun terasa “hidup”. Ada kegiatan
yang tak usai. Anak-anak yang aktif dan orang tua yang sibuk berberes rumah. Seperti
apapun rumah ini, kita tetap nyaman. Karena inilah rumah kita, rumah tempat
menyandarkan raga. Tempat untuk menikmati moment kebersamaan.
Setelah
si mbak ART masuk, beberapa pekerjaan rumah menjadi lebih ringan. Tapi bukan
berarti semua pekerjaan rumah dilimpahkan kepadanya. Saya sangat berterima
kasih kepada si mbak. Adapun kekurangannya tetap bisa saya maklumi. Jadi hubungan
kita tetap harmonis selama bertahun-tahun. Semoga.
^_^
Pekerjaan RT dicicil setiap hari sejak pulang dari mudik nih karena saya gak punya ART hehe... Dibawa santai aja.
BalasHapusSaya selalu salut sama ibu-ibu yang bisa melakukan pekerjaan RT tanpa si mbak ART. Kudu santai, biar nggak terbebani.
HapusAnak-anakku sudah remaja, 2 orang, tapi beuh masih males aja, kalau nggak direwelin susah nyuruhnya :D
BalasHapusTapi daku pun ngerjain rumah santai saja, capek kalau dipikirin.
Anak-anakku 3, kadang ada yang nggak mau. Tapi minimal urusan dia bisa dibereskan sendiri. Bener kalau dipikie nggak ada selesainya, capek.
HapusBener mbak, kalau bisa mengerjakan pekerjaan rumah tangga itu saling berbagi tugas dan membantu.
BalasHapusCapek diangkut bersama deh..wkwk...
HapusKerjaan di rumah nggak ada habisnya, yaa, ngalir ajaa semua dikerjain
BalasHapusDikerjakan dikit-dikit, lama-lama habis, lalu numpuk lagi. Santai aja ya mba.
HapusAlhamdulillah suami nggak harus yg gimana-mana, sebisanya aja, yang penting kegiatan kami jalan semua. Kalau anak2 ya spt diatas, saling iri pdhl sudah besar2 heheheee.... Biasalah banding2in kerjaan, padahal kalau salah satu nggak dirumah juga bete saling nyariin.
BalasHapusBersyukur suami pengertian ya.
HapusMeski capek, tapi aku malah bisa menikmati rasanya jadi fulltime mom selama si mbak libur, karena aku juga working mom. Pekerjaan rumah tangga dibikin enjoy. Capek sih, tapi rasanya seneng juga kok hehe. Sekaligus pembelajaran diriku bahwa menjadi ibu rumah tangga itu gampang-gampang capek *eh. Tapi hepi. Yeaayy :)
BalasHapusCapek tapi hepi, yes!
Hapus