Mojosemi Forest Park
Jumat, 11 Agustus 2017
8 Komentar
Assalamualaikum,
Apa yang menarik dengan wisata alam? Menikmati pemandangannya? Atau sekedar untuk refreshing, mencari suasana baru yang berbeda dengan rutinitas?
Baca juga Telaga Sarangan....
Ada banyak alasan ketika kita memutuskan untuk memilih wisata alam. Seperti keluarga kami yang ingin back to nature dan family time. Lalu, ketika kami memilih Magetan.... rasanya kok kurang familiar dengan destinasi wisatanya.
Ops, jangan salah! Seorang kerabat bahkan mewanti-wanti kami agar lebih hati-hati karena biasanya jalanan menuju Sarangan padat ketika musim liburan tiba. Wah, sudah terlanjur pengen kesini, masak harus pulang.
Sebenarnya penting untuk membaca situasi ketika hendak ke tempat baru. Tapi kami kesini bukan untuk pertama kali. Ya, sudah, berangkat saja. Alhamdulillah perjalanan lancar. Yang ramai itu jalan di sekitar ke Sarangan.
Beberapa kali saya berpapasan dengan anak-anak muda yang ngevlog sambil naik motor. Sesekali si pengendara dicolek-colek, diajak menghadap kamera handphone. Saya melihatnya kok jadi takut sendiri. Entahlah! Lalu mobil-mobil yang berhenti di pinggir jalan, hanya sekedar untuk foto-foto. Memang pemandangan disini menyejukkan mata, meski jalannya berkelok-kelok dengan tikungan tajam.
Kabupaten Magetan, Jawa Timur semakin banyak menarik wisatawan dengan destinasi wisata alam di lereng gunung Lawu. Selain Telaga Sarangan ada wisata Mojosemi Forest Park. Wisata ini termasuk taman wisata yang mengusung konsep ekowisata hutan alami. Masih tergolong baru di Magetan. Dibuka sekitar akhir tahun 2016. Terletak di daerah wisata yaitu Sarangan. Tepatnya 2 km sebelah barat Telaga Sarangan. Sepertinya kawasan wisata Magetan terpusat disini. Tak heran jika pengunjungnya ramai. Karena sekali jalan bisa mampir beberapa tempat wisata. Berdekatan pula.
Ketika menulis traveling di Mojosemi, rasanya saya ingin mengulang kesempatan berada disini. Belum puas berkeliling Mojosemi apalagi melihat air terjunnya. Belum! Menurut petugasnya, kita bisa melihat Telaga Sarangan dari air terjun. Benarkah? Sayang, saya datang sudah siang mendekati sore. Waktu yang tersisa tak banyak.
Baca juga Telaga Sarangan....
Ada banyak alasan ketika kita memutuskan untuk memilih wisata alam. Seperti keluarga kami yang ingin back to nature dan family time. Lalu, ketika kami memilih Magetan.... rasanya kok kurang familiar dengan destinasi wisatanya.
Ops, jangan salah! Seorang kerabat bahkan mewanti-wanti kami agar lebih hati-hati karena biasanya jalanan menuju Sarangan padat ketika musim liburan tiba. Wah, sudah terlanjur pengen kesini, masak harus pulang.
Sebenarnya penting untuk membaca situasi ketika hendak ke tempat baru. Tapi kami kesini bukan untuk pertama kali. Ya, sudah, berangkat saja. Alhamdulillah perjalanan lancar. Yang ramai itu jalan di sekitar ke Sarangan.
Beberapa kali saya berpapasan dengan anak-anak muda yang ngevlog sambil naik motor. Sesekali si pengendara dicolek-colek, diajak menghadap kamera handphone. Saya melihatnya kok jadi takut sendiri. Entahlah! Lalu mobil-mobil yang berhenti di pinggir jalan, hanya sekedar untuk foto-foto. Memang pemandangan disini menyejukkan mata, meski jalannya berkelok-kelok dengan tikungan tajam.
Kabupaten Magetan, Jawa Timur semakin banyak menarik wisatawan dengan destinasi wisata alam di lereng gunung Lawu. Selain Telaga Sarangan ada wisata Mojosemi Forest Park. Wisata ini termasuk taman wisata yang mengusung konsep ekowisata hutan alami. Masih tergolong baru di Magetan. Dibuka sekitar akhir tahun 2016. Terletak di daerah wisata yaitu Sarangan. Tepatnya 2 km sebelah barat Telaga Sarangan. Sepertinya kawasan wisata Magetan terpusat disini. Tak heran jika pengunjungnya ramai. Karena sekali jalan bisa mampir beberapa tempat wisata. Berdekatan pula.
Ketika menulis traveling di Mojosemi, rasanya saya ingin mengulang kesempatan berada disini. Belum puas berkeliling Mojosemi apalagi melihat air terjunnya. Belum! Menurut petugasnya, kita bisa melihat Telaga Sarangan dari air terjun. Benarkah? Sayang, saya datang sudah siang mendekati sore. Waktu yang tersisa tak banyak.
Anak-anak
sudah capek untuk sekedar menunggu saya dan suami berburu foto. Mau memaksakan
diri melihat air terjun ternyata sudah sepi. Yang tersisa hanya petugasnya. Meski
katanya tidak apa-apa, tapi kami berpikir ulang dan memutuskan untuk
mengurungkan niat tersebut. Cukup di Mojosemi saja.
Mirip dengan tempat wisata lainnya, disini banyak menggunakan payung. Mungkin lagi musim payung warna-warni ya. Lalu ornamen capung atau kupu-kupu yang digantung seperti payung. Juga ada spot love untuk foto selfie. Ini juga lagi ramai.
Mirip dengan tempat wisata lainnya, disini banyak menggunakan payung. Mungkin lagi musim payung warna-warni ya. Lalu ornamen capung atau kupu-kupu yang digantung seperti payung. Juga ada spot love untuk foto selfie. Ini juga lagi ramai.
Kita bisa mendapatkan banyak hal di sini, mulai dari wahana permainan yang menguji adrenalin dan melatih ketangkasan, spot foto selfie hingga penginapan. Lengkap. Suasana hutan yang menyenangkan, udara yang sejuk. Rasanya puas menghirup udara segar tanpa tercemar polusi. Tarik nafas dalam-dalam, hembuskan. Kok jadi seperti mau mengakhiri senam.
Melihat pohon-pohon yang menjulang dan tanaman lainnya, aih subur ya. Daerah pegunungan tentu berbeda dengan pesisir seperti daerah saya. Menyusuri jalan-jalan disini sampai berkeringatpun masih sejuk. Udara pegunungan dan karena pohon-pohon yang rindang.
Melihat pohon-pohon yang menjulang dan tanaman lainnya, aih subur ya. Daerah pegunungan tentu berbeda dengan pesisir seperti daerah saya. Menyusuri jalan-jalan disini sampai berkeringatpun masih sejuk. Udara pegunungan dan karena pohon-pohon yang rindang.
Sebaiknya
kalau ke sini pagi saja. Apalagi kalau tujuan kita hendak mengelilingi semua
kawasan wisata ini. Ada petanya. Lumayan luas! Jadi ada waktu longgar untuk
jalan-jalan dan bersantai.
Yang menyenangkan, disini itu banyak bangku. Ada keluarga yang membawa orang tua, sebentar-sebentar berhenti. Atau yang membawa anak-anak kecil. Seringnya minta digendong. Ah, anak bungsu saya kadang juga masih begitu. Capek jalan lalu mogok. Nah, bangku-bangku disini itu penyelamat banget buat pengunjung yang kecapekan. Sambil duduk-duduk cantik sekalian selfie.
Selain banyak bangku, sepanjang jalan disediakan tempat sampah dan ornamen dengan bahan dasar kayu. Menarik juga. Tidak ada alasan buat pengunjung untuk membuang sampah sembarangan. Sampah itu merusak pemandangan. Kalau sudah ada tempatnya, beda lagi. Yuk, jaga kebersihan alam, dimanapun kita berada.
Kalau ada yang melihat sampah disini ya tumpukan daun-daun kering. Tapi ini bukan masalah. Ada sih sampah botol minum, tissue tapi sedikit. Sejauh ini saya melihat cukup bersih, cukup terjaga. Petugasnya siaga.
Pandangan mata tidak hanya disuguhi pepohonan. Mungkin perlu ditambahkan lebih banyak bunga lagi agar lebih berwarna. Di beberapa pohon dihias dengan lampu dan topeng. Lampu-lampu ini mulai menyala sore hari.
Kalau ada yang melihat sampah disini ya tumpukan daun-daun kering. Tapi ini bukan masalah. Ada sih sampah botol minum, tissue tapi sedikit. Sejauh ini saya melihat cukup bersih, cukup terjaga. Petugasnya siaga.
Pandangan mata tidak hanya disuguhi pepohonan. Mungkin perlu ditambahkan lebih banyak bunga lagi agar lebih berwarna. Di beberapa pohon dihias dengan lampu dan topeng. Lampu-lampu ini mulai menyala sore hari.
Dilengkapi
dengan glamping (glamour camping) yang pastinya sangat nyaman. Ada kamar yang
memanfaatkan kontainer dan tenda. Semuanya dilengkapi dengan kamar mandi. Kalau
yang tenda, disampingnya ada kamar mandi dan meja kursi untuk bersantai.
Sekilas
saya melihat tempatnya memang nyaman sekali. Hotel rasa hutan. Para petugas
hilir mudik mengurus glamping. Jadi sampai malampun suasana disini tidak gelap
gulita karena banyak lampu dimana-mana.
Banyak
spot yang bisa dipakai untuk selfie. Secara umum, fasilitas di Mojosemi sudah
lengkap. Yang mau sekedar foto-foto bisa. Atau pengen makan-makan cantik juga.
Sekaligus yang penasaran dengan glamping.
Mojosemi
Forest Park atau disingkat MFP ini termasuk wilayah Perhutani yang cukup terjaga kelestariannya. Kita
bisa menjumpai aneka pohon yang berumur ratusan tahun. Bahkan ada yang ditanam sejak zaman Belanda. Wow! Jenis pohonnya antara lain, pinus (pinus sp),
Puspa (Schiima Wallicii), Jamuju (Podocarpus Imbricatus), Ekaliptus (Eucalyptus
sp), dll. Berada disini seolah berada di tengah hutan. Ehm...bukan
sebenar-benarnya hutan. Namun hutan yang ramah, terjaga dan lengkap
fasilitasnya.
Fasilitas:
Mojosemi
menawarkan pengalaman yang mengesankan dengan adanya glamour camping, camping
ground, air terjun tirto mojo, outbound, flying fox, skywalk, ATV, High Rope
Adventure, Ekalipstus Resto dan Cafe, Airsoftgun Zone, Archery Zone, dll.
Kami
tidak sempat mencoba wahana-wahana tersebut
selain tiduran di hammock. Yeah, sudah kesorean. Tapi karena jarang
main-main di hammock jadi makin penasaran. Sekalinya ketemu yang 5 tingkat warna-warni, saya segera
mengajak anak-anak buat menikmati pengalaman seru. Hanya sampai di tingkat 4.
Itupun si sulung sudah mati gaya! Padahal ada si mas penjaganya di bawah. Dia ini yang
membantu pengunjung main-main di hammock. Yang belum terbiasa seperti kami,
masih merasa susah naik dan turun hammock.
Selain hammock yang susun 5, ada juga yang susun 2. Kalau yang seperti ini anak-anak bisa naik turun dengan gembira. Bahkan saling berebut, tarik-menarik dan menjatuhkan.
Selain hammock yang susun 5, ada juga yang susun 2. Kalau yang seperti ini anak-anak bisa naik turun dengan gembira. Bahkan saling berebut, tarik-menarik dan menjatuhkan.
Saya
cukup memilih hammock paling bawah. Lalu suami bagian foto-foto. Sayang foto
disini banyak yang blur karena ada yang ingin uji coba. Ya, sayang bukan. Kapan
bisa mengulang kesini!
Untuk menikmati keseruan wahana disini, kita perlu mengeluarkan uang lagi. Atau buat yang capek jalan, bisa naik kuda saja. Harga tiket ditulis di papan gedhe di depan musholla.
Makan
siang
Karena
kami belum makan siang, jadinya mampir di salah satu resto. Lumayan lama
menunggu makanan datang. Saya tinggal keliling area glamping bersama suami. Sedangkan
tiga anak duduk dengan damai menunggu makanan datang. Eh, sampai saya kembali
lagi, makanan juga belum tiba. Aduh...
Bangku-bangku di resto terbuat dari kayu utuh dan halus. Melimpah. jadi kita tetap bisa duduk cantik meski tak pesan makanan. Ya, dimana-mana kayu! Resto outdoor seperti ini memungkinkan saya tetap bisa menghirup udara segar.
Bangku-bangku di resto terbuat dari kayu utuh dan halus. Melimpah. jadi kita tetap bisa duduk cantik meski tak pesan makanan. Ya, dimana-mana kayu! Resto outdoor seperti ini memungkinkan saya tetap bisa menghirup udara segar.
Untuk
harga, relatif ya. Bisa dikatakan diatas rata-rata karena disini bukan semata-mata menjual
makanan dan minuman, namun tempat. Namun jika kita merasa puas, harga bukan masalah lagi. Iya, menikmati makan siang yang kesorean
ditengah hutan dengan udara yang sejuk.
Selain
resto ada beberapa penjual makanan dan minuman yang menggunakan gerobak. Yang ini
tidak perlu antre lama. Tinggal pesan dan tunggu. Untuk tempat duduk, tetap sama nyamannya. Tinggal pilih bangku-bangku kayu di depannya.
Meski
jalan-jalan jangan lupa untuk tetap menunaikan ibadah wajib. Ada mushola yang
cukup luas. Saya katakan luas, karena selama ini saya sering melihat musholla
yang tidak layak dan nyempil diantara fasilitas wisata lainnya. Tapi disini
tidak. Musholla dibuat terbuka. Ada mukena, sarung dan sajadah. Air untuk wudhu
disamping musholla. Dingin banget.
Meski di musholla ini tidak ada pembatas antara pria dan wanita, tapi cukup lega, kok. Musholla ini dilengkapi dengan beberapa colokan. Jadi selama sholat saya bisa mencharge baterai handphone dan kamera. Selain itu saya memanfaatkan musholla ini untuk duduk selonjoran.
Untuk toilet, terbuat dari kontainer yang terbagi menjadi beberapa ruang. Airnya cukup bersih dan dingin. Semoga saja tetap terjaga kebersihannya.
Tiket:
Sayangnya
saya berkunjung di saat libur lebaran, jadi ada tambahan harga tiket. Lha
tiketnya ada dua. Satu tiket hari biasa, lainnya special edisi lebaran.
Dewasa
(harga normal) Rp 10.000, lebaran plus
Rp 15.000
Anak
(harga normal) Rp 3.000, lebaran plus Rp 5.000
Glamping di Lawu Forest Camp ini tempatnya nyaman. Tidak berbeda dengan hotel. Kita bisa menikmati fasilitas seperti king size bed, LED TV, kamar mandi plus air hangat.
Untuk
harga glamping di libur lebaran juga mengalami kenaikan. Yang saya tahu dari petugas di area
glamping mulai Rp.900.000 sampai Rp 2.000.000. Hari biasa, Rp 550.000 atau silakan dicek di
webnya.
https://mojosemiforestpark.com/
Happy traveling!
Tempatnya tertata banget, bersih dan perpaduan wisata alam dan buatan yg indah banget
BalasHapusTempatnya memang menyenangkan, bersih.
HapusNyesel saya nyasar disini huhuhuhu
BalasHapusItu tempatnya keren pake banget. Saya jadi penasaran, pingin ke sana :D
Eh..tp bener mba, saya juga suka gereget sama org yg bikin vlog di kendaraan kaya motor. Duuh itu bahaya
Ayo mba, adyh viewnya bener deh bikin hati adem.
HapusSkarang makin banyak ya hutan yang dikembangkan menjadi tempat wisata dan menyediakan glamping. Pasti seru euy
BalasHapusBelum pernah nyoba glamping. Tapi beneran kalau hari biasa nggak pakai mahal, mau dong kesini.
Hapuswaah bagusnya mojosemi
BalasHapusaku suka lihat pohon pohon besar seperti itu
hammock nya juga asyik banget tuh
Yuk main-main ke sini!
Hapus