Sejenak, di Balaikota Among Tani, Batu
Jumat, 08 September 2017
11 Komentar
Minggu
lalu, karena ada long weekend saya
manfaatkan untuk menjenguk si sulung di Malang. Ceritanya ingin jalan-jalan
entah kemana. Tapi anak kok mengeluh capek. Belum lagi melihat waktu yang terus
bergerak. Jadi kami memutuskan untuk mencari tempat buat duduk-duduk cantik
saja.
Di
Malang dan Batu banyak taman yang instagramable. Kali ini saya memilih di Batu.
Rasanya sayang kalau sudah kesini tanpa foto-foto. Saya melihat hampir semua
orang yang datang pasti ingin mengabadikan momen. Entah bersama keluarga,
rombongan, atau teman.
Dengan
mempertimbangkan tempatnya tidak jauh dari tempat menginap, kami memilih bermain-main di halaman kantor
walikota Batu atau biasa disebut balai kota Among Tani yang terletak di Jl. Panglima Sudirman no. 507 Pesanggarahan, Batu.
Menurut Pak Edy Rumpoko, balai kota ini dinamakan Among Tani karena pendirian balaikota ini didanai oleh APBD dari masyarakat Batu yang sebagian besar mata pencahariaannya sebagai petani. (balaikotaamongtani.com)
Maka, tak heran ada ikon dua petani, pria dan wanita dengan sekeranjang hasil kebun di depan gedung
balaikota. Awalnya saya merasa aneh, “Ada patung kok dibungkus plastik.” Jadi tidak
menarik karena tidak terlihat jelas. Bukankah patung itu hiasan seperti
patung-patung pahlawan tanpa nama di dekat ikon kota, apel besar.
Dirundung
penasaran, saya mendekat. Mungkin karena terbuat dari anyaman bambu (CMIIW) dan
tidak tahan terhadap perubahan cuaca sehingga mudah rusak. Kalau gerimis, hujan begini,
tetap aman berdiri. Memang kurang greget meski sudah mendekat. Tapi pengunjung masih
bisa sekedar melihatnya.
Gedung
balai kota Batu ini termasuk bangunan megah yang dilengkapi taman. Kalau lewat
sini rasanya ingin mampir saja. Betapa tidak, bunga-bunga cantik bertebaran di setiap
sudut tamannya. Tempat duduk juga masih ada yang kosong. Yuk, mampir!
Taman ditata rapi dan memanjakan mata para pengunjung. Tempat duduk, dan beberapa hiasan, tempat sampah. Jangan ada alasan lagi buang sampah sembarangan. Disini tempat sampahnya gedhe, dan pasti terlihat jelas.
Kalau
melihat taman cantik seperti ini, mata yang capek karena perjalalanan jauh jadi seger kembali. Ada sepeda yang
dipenuhi dengan sekelompok bunga warna-warni. Juga gerobak yang penuh bunga. Spot seperti ini yang sering dipakai untuk
selfie.
Sementara itu, di sisi sebelah kanan ada gedung serbaguna yang diberi nama Gedung Pancasila. Gedung ini terbuka untuk masyarakat yang ingin memanfaatkannya.
Sementara itu, di sisi sebelah kanan ada gedung serbaguna yang diberi nama Gedung Pancasila. Gedung ini terbuka untuk masyarakat yang ingin memanfaatkannya.
Di
sisi sebelah kiri balai kota ada masjid Brigjen Soegiyono. Di depannya/area
parkir ada beberapa pohon palem besar. Masjid putih berlantai dua ini cukup
menarik. Bukan saja karena bangunannya yang unik. Namun karena letaknya yang
berdampingan dengan balai kota.
Hari
Sabtu, selepas sholah Maghrib berjamaah dilanjutkan tausiah. Dari pengeras suara bisa terdengar sampai di taman. Saya memilih duduk santai di taman, menghadap ke masjid. Melihat orang-orang yang lalu lalang berjalan di taman. Anak-anak yang berlarian. Antara keingian untuk difoto dan bermain. Semua seolah larut dalam kemegahan malam.
Dari taman saya bisa mendengar suara tausiah di masjid. Ya, jalan-jalan seperti inipun bisa multifungsi, bukan?
Seperti disentil oleh sang ustadz, “Berapa waktu yang kita korbankan untuk hape? Tapi kalau diajak duduk di masjid mendengarkan ceramah rasanya susah. Padahal pegang hape berjam-jam kuat. Sementara kalau duduk di masjid, sebentar saja yang sakit pingganglah, yang apa...”
Dari taman saya bisa mendengar suara tausiah di masjid. Ya, jalan-jalan seperti inipun bisa multifungsi, bukan?
Seperti disentil oleh sang ustadz, “Berapa waktu yang kita korbankan untuk hape? Tapi kalau diajak duduk di masjid mendengarkan ceramah rasanya susah. Padahal pegang hape berjam-jam kuat. Sementara kalau duduk di masjid, sebentar saja yang sakit pingganglah, yang apa...”
Iya,
berapa lama saya berteman dengan hape. Tanpa saya sadari hape itu menyita
banyak perhatian. Di WAG yang ramai, di semua akun sosial media, dsb. Kadang
saya juga merasa berlebihan.
Mari
menyusun waktu dengan cermat, karena waktu yang terbuang tak akan pernah
kembali...
***
Jadi
ketika mampir balai kota itu lengkap. Bisa menunaikan kewajiban untuk sholat, mendengarkan tausiah
sekaligus melepas lelah dan bermain.
Kalau
beruntung bisa bermain air mancur di dekat ikon kota batu, apel. Anak-anak
kecil yang berlarian menunggu air mancur dari lubang air. Ada yang sengaja
berbasah-basah. Saya kurang paham kapan air mancurnya menyala. Pernah melihat
siang menyala dan malam tidak.
Atau
bermain catur raksasa? Ehm... bukan hanya anak-anak yang suka memindahkan catur
ini. Banyak orang dewasa yang ikut bermain. Beberapa papan catur sudah rusak. Mungkin
karena ulah kita, para pengunjung yang kurang bisa menjaga benda-benda ini. Bukan
sekedar memindah, tapi kadang catur satu dengan lainnya bertabrakan dan jatuh.
Mulai
sore hingga malam ada penyewaan mobil dan sepeda motor buat anak-anak.
Bentuknya mini karena khusus buat anak-anak kecil. Si bungsu langsung berlari
menuju penyewaan ini. Sepeda motor dan mobil dinaikinya, keliling halaman
balaikota.
Kemudian
Minggu pagi saya kesini lagi sebelum pukul 06.00 ada senam di halaman
balai kota. Ternyata tiap Minggu ada Among Tani Sport and Fun. Ah, ikut saja meski tidak membawa baju olah raga. Berdiri di barisan
belakang seperti tim hore. Mengikuti gerakan yang dipandu oleh instruktur
senamnya. Bergoyang mengikuti irama dan tertawa bersama orang-orang lain. Ampun
deh, bergerak jadi terbatas kalau memakai rok begini.
Agak
siang lagi, makin ramai pengunjung. Yang ikutan senam, ataupun yang sekedar
jalan-jalan. Bisa keliling halaman atau taman. Mungkin semacam car free day. Di dekat area senam ada banyak
yang berjualan makanan, minuman, baju, dsb.
Saya
sekalian saja membeli makanan. Kalau bersama anak-anak (lengkap) persediaan
makanan harus mencukupi. Beruntung kalau di satu tempat urusan kami beres
sekaligus.
Selain
itu banyak orang gowes disini. Entah itu anak-anak ataupun orang dewasa. Sejenak
istirahat sebelum melanjutkan perjalanan berikutnya. Sedangkan anak-anak memang
bermain sepeda disini.
Setelah
bermain, foto-foto, dan membeli makanan sekarang waktunya pulang. Meski senam
belum kelar (padahal saya masih ingin senam), tapi kami memutuskan untuk kembali ke
penginapan dan persiapan untuk pulang ke rumah.
Happy
traveling!
^_^
Saya pas ke malang cuma lewat aja, padahal pingin mampir. Bangunanya instagramable.
BalasHapusDari nama balaikotanya semoga benar2 jadi among/pengasuhnya tani ya mbak
Pinggir jalan, mampir aja. Parkirnya luas. Bawa anak kesini langsung lari-lari.
HapusAamiin.
aah kmrn lewat doang di balai kota waktu ke Batu... ternyata instagramable yaak
BalasHapusIya, mba Ophi. Cakep tempatnya.
HapusMbaa, sayang ya kalau caturnya makin rusak karena ulah tangan iseng. Padahal lucu juga ya kalau bisa berfoto di sana. Hehhehe
BalasHapusAku dan anak-anak senang main-main catur disini. Kalau beneran sih nggak bisa.
HapusSemoga semakin banyak pemerintah daerah ataupun pengusaha yang mengutamakan ruang publik yang indah dan layak keluarga... kaya gambaran Mba Nur, kantor walikotanya aja seru...
BalasHapusCuma mau bilang habis lihat ini aku kangen ke Batu mbak :(
BalasHapusApalagi udah semakin cantik gini huhu
Semoga bisa main-main ke Batu lagi, mba.
Hapuskebetulan aku tinggal di daerah dekat Batu, dan selalu kangen juga buat merasakan hawa dingin dan wisata di Batu yang tidak ada habisnya :D
BalasHapusWah, asyik dong. Iya, wisata di Batu nggak ada habisnya.
Hapus