Mari Mengolah Makanan Sisa! Eman Segone!
Rabu, 06 September 2017
8 Komentar
Eman
segone adalah salah satu gerakan sosial yang digagas sebuah komunitas di Jogya.
Tujuan gerakan ini adalah untuk mengajak masyarakat agar tidak terbiasa
membuang-buang makanan. Eman segone, sayang kalau makanan itu dibuang-buang.
Mungkin seperti itu artinya.
Tulisan
dari mak Siti Hairul Dayah dalam #KEBloggingCollab ini sungguh menggugah perhatian kita
untuk melakukan gerakan yang sama di daerah masing-masing. Silakan membaca Eman Segone! Habiskan Makananmu.
Bagaimana
dengan kita?
Kadang, saya sendiri tidak bisa menghindari makanan sisa. Ada saja yang tersisa meski tidak tiap hari. Begini, kalau sehari-hari
saya memasak sesuai dengan kebutuhan keluarga saja. Dibikin pas biar irit dan tidak sisa. Namun, ada kalanya saya mendapat
rejeki, seperti nasi kotak, nasi bungkus, nasi berkat (bancaan), atau apapun
namanya. Masak sih, saya menolak dengan alasan sudah ada makanan di rumah.
Maka,
ketika masakan di rumah terkalahkan dengan nasi tersebut, akhirnya saya
memiliki sisa makanan. Eman segone! Sayang sekali saya sudah belanja, capek
memasak, tapi sia-sia. Hmmm...keadaan seperti ini tidak bisa dibiarkan.
Saya
sendiri bukan termasuk orang yang doyan makanan. Bagi saya makan itu sesuai dengan kebutuhan kita. Jadi mengambil makanan itu sambil berpikir, "Kira-kira segini cukup, ya." Jangan sampai berlebihan dengan maksud lagi makan makanan enak.
Kalau perut sudah terasa kenyang, ya sudah. Berhenti makan. Perut kekenyangan itu tidak sehat lho. Mau bergerak susah. Mau tidur tidak nyaman. Bahkan bisa jadi sakit perut.
Kalau perut sudah terasa kenyang, ya sudah. Berhenti makan. Perut kekenyangan itu tidak sehat lho. Mau bergerak susah. Mau tidur tidak nyaman. Bahkan bisa jadi sakit perut.
Anak-anak
saya itu makannya tidak banyak dan lama. Kadang butuh waktu sampai setengah
jam. Tapi ketika mereka sudah mulai memasuki masa pra remaja, kebutuhan pasti
meningkat. Di saat itulah mereka mulai banyak makan.
Tapi
tetap ada syaratnya ketika nafsu makan anak-anak meningkat. Makan sesuai dengan
kesanggupan menghabiskannya. Jika ingin menambah harus habis dulu.
Masalahnya
ketika membeli nasi bungkus itu kadang tidak sesuai dengan porsi makan kita.
Biasanya sih kita merasa kebanyakan saja. Jadi, saya mengantisipasinya dengan
makan sebungkus berdua. Ini cukup menghemat pengeluaran juga.
Saya
sering melihat banyak makanan sisa ketika ada undangan walimah. Jujur, sedih
melihat banyaknya tumpukan makanan sisa. Sementara saudara kita di belahan bumi
lain sedang berjuang demi sesuap nasi. Eman segone!
Mengapa
tidak mengambil makanan sesuai dengan porsi kita saja. Tidak perlu berlebihan. Bukan karena aji
mumpung. Mumpung banyak makanan. Mumpung makanannya enak. Dan mumpung lainnya..
Tips mengolah makanan
sisa
- Jika yang tersisa adalah nasi, disimpan untuk dimakan besok atau dibuat nasi goreng. Memang nasi goreng sudah mainstream ya, tapi dengan membuat variasi seperti nasi goreng seafood, nasi goreng jamur, nasi goreng keju, dsb menjadi lebih menarik.
- Jika yang tersisa adalah lauk, bisa dihangatkan atau diolah menjadi menu lain dan dimakan besok. Contohnya ikan goreng, bisa diolah lagi menjadi acar ikan, ikan bumbu merah, dsb. Tinggal kreatifitas kita mengolah menjadi menu baru yang menggugah selera.
- Jika yang tersisa adalah sayur, jujur tidak bisa ya dihangatkan berkali-kali. Di keluarga saya adalah penggemar sayur bening. Jadi kalau sisa, biasanya saya dan anak tetap mau makan sayur. Makan sayur itu tidak bikin kenyang.
- Jika nasi kotak, nasi berkat, dll dan merasa tidak sanggup menikmatinya lebih baik diberikan kepada orang lain.
Jadi
ingat ketika dulu saya merantau, jarang banget dapat nasi berkat. Sampai kangen
rasanya. Sementara kalau di kampung, nasi berkat itu melimpah. Yang namanya
syukuran itu sering banget. Sehari
bahkan bisa dapat dua kali. Lha, bagaimana mau memakannya. Atau dapat satu nasi
berkat tapi satu baskom gedhe. Sama saja ya...
Apalagi
kalau dapatnya ketika malam hari ketika kita sudah kenyang. Jika sekiranya akan
dimakan, ya segera saja dimakan. Atau buat besok dengan menyimpannya ke dalam
kulkas dahulu. Sering juga langsung saya berikan kepada orang lain.
Pernah
suatu hari saya ngobrol dengan seorang pemulung. Dia menunjukkan nasi kotak. “Ini
lho, bu, aku dikasih nasi kotak. Katanya sudah kemarin tapi disimpan di kulkas.
Aku mau, kok.”
Eman
segone! Bener deh, daripada menyia-nyiakan nasi lebih baik diberikan kepada
orang lain. Lihatlah, pemulung itu mau saja dikasih nasi yang baru keluar dari
kulkas.
Namun,
ada kalanya nasi saja yang melimpah. Mau diberikan kepada orang lain kok cuma
nasi. Saya ingat dalam sebuah kajian yang membahas makanan sisa, ustadz
memberikan ide segarnya.
“Kalau nasinya banyak, lauknya sedikit, coba ditambah telor ceplok, bikin sambal lalu kasihkan orang lain, seperti tukang becak, satpam, tukang parkir. Pasti lebih bermanfaat daripada disimpan di kulkas. Mbok ya ibu-ibu itu nggak usah eman-eman.”
Aduh
saya jadi malu. Saya belum sampai pada tahap tersebut. Masih menyimpan dan
mengolahnya untuk kepentingan keluarga. Tapi kalau nasi masih bersisa setelah
dikonsumsi berkali-kali, saya limpahkan ke mbak ART. Si mbak ini memiliki ayam.
Nah, sisa nasi tersebut bisa dipakai sebagai pakan ternak. Termasuk jika ada
nasi kering.
Well,
kalau teman-teman bagaimana mengolah makanan sisa? Sharing yuk!
^_^
saya suka dibikin nasi goreng buat sarapan kalau ada nasi sisa, atau dibikin cireng nasi hehe.
BalasHapusAh baru tahu ada cireng nasi. Kreatif. Ehm...seperti apa ya?
Hapusklo nasi banyak dijemur buat karak atau puli (kerupuk nasi)
BalasHapusWah iya, padahal aku suka kerupuk puli. Tapi beli sih. Belum pernah bikin sendiri.
Hapusaku pun sering begini nih, kebanyaan nasi. Paling aku simpan di kulkas dan paginya aku masak nasi goreng. Yang sering kebanyakan juga lauk, aku masak lauk, suami beli lauk juga, ya udah kadang aku share dengan mbak yang kerja di rumah.
BalasHapusPadahal kita pengennya nggak berlebihan dalam makanan.
HapusTapi asyiknya bisa berbagi dengan si mbak ya.
Baca ini aku jadi inget sama salah satu restoran vegetarian langgananku di Medan ini, Mb. Di setiap meja tempat kita makan. Ada pamflet yaang judulnya " Sebutir nasi, sejuta keringat. Nilai luhur sebutir nasi ". Intinya siy dari sebutir nasi yang kita makan itu ada sejuta keringat para petani disana. Diilustrasikan jika per orang menyisakan 3 butir nasi, maka sehari sampah sampah nasi dari 7 milliar manusia itu sekitar 420 ton. Padahal masih banyak yang kelaparan
BalasHapusWah resto keren. Bukan saja mencari laba namun menunjukkan kepedulian sosial.
HapusGerakan eman segone ini harus menjadi kepedulian kita terhadap saudara yang membutuhkan makan secara layak. Dimulai dari rumah kita.