Ada Gerbong Maut di Museum Brawijaya
Jumat, 06 Oktober 2017
8 Komentar
Assalamualaikum,
Berkunjung ke museum? Ah, paling begitu-begitu saja! Tidak menarik. Sejujurnya pengunjung museum tidak sebanyak wisata-wisata kekinian. Di hari-hari biasa sepi. Berbeda jika di hari libur sekolah, bisa dikatakan cukup banyak keluarga yang mengajak berlibur disini.
Mungkin ya... karena museum itu tidak instagramable. Tidak ada play ground yang asyik buat anak-anak. Namun, berkunjung ke museum adalah salah satu cara untuk memperkenalkan sejarah perjuangan bangsa ini kepada anak-anak.
Ketika berkunjung ke museum Brawijaya, anak-anak saya lebih tertarik dengan kendaraan-kendaraan perang di halaman museum. Ada tank-tank yang masih berdiri dengan gagah. Beberapa anak kecil memilih berfoto hingga bermain-main disini. Bahkan anak saya berhasil seluncuran. Dimanapun adalah tempat bermain.
Museum Brawijaya terdiri dari dua ruang yang bisa dikunjungi. Ruang pertama berisi benda-benda bersejarah. Ada sebuah mobil kuno, senjata (mulai dari pistol hingga meriam), kliping surat kabar yang berisi perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan. Bahkan ada contoh peralatan kedokteran dari Mayor dr. Handiyono yang digunakan selama bertugas. Lalu, pPakaian Panglima Jendral Soedirman dan pejuang lainnya, beserta semua pernak-perniknya. Selain itu kita bisa melihat contoh uang kertas Jepang yang sempat beredar di Indonesia.
Membawa anak-anak ke ruang pajang benda-benda sejarah ini mesti hati-hati. Anak-anak bisa saja penasaran dan tiba-tiba memegang benda yang dipajang. Padahal sudah jelas ada tulisan yang melarang pengunjung untuk memegangnya.
Di dinding ruangan ini ada banyak quote dari jendral Soedirman. Kata-katanya penuh semangat dan masih relevan hingga sekarang. Contohnya seperti ini:
Di dinding ruangan ini ada banyak quote dari jendral Soedirman. Kata-katanya penuh semangat dan masih relevan hingga sekarang. Contohnya seperti ini:
Kemewahan adalah permulaan keruntuhan, kesenangan melupakan tujuan. Iri hati merusak persatuan. Keangkaramurkaan menghilangkan kejujuran.
Setelah puas berkeliling ruang pertama, selanjutnya kami menjelajahi ruang kedua yang terletak di depan ruang pertama ini.
Di ruangan ini lebih banyak dipajang piala, piagam penghargaan dan tanda kenang-kenangan yang pernah diterima museum Brawijaya. Ada pula kliping bangunan-bangunan bersejarah di kota Malang. Melihat kliping ini saya jadi tahu kalau Hotel Pelangi termasuk bangunan bersejarah. Pantas saja jika bentuk bangunan klasik ini tetap dipertahankan, meskipun sudah direnovasi.
Oh ya, kliping disini berasal dari surat kabar dan ada pula yang sudah dicopy.
Di museum ini fasilitasnya kurang terawat. Seperti bangku-bangku yang ada di taman, diantara gerbong maut dan miniatur perahu. Lalu dilantai atas, bisa dijangkau dengan menaiki tangga. Tidak ada apa-apa disini alias kosong. Namun, kita bisa melihat pemadangan di sekitar museum.
Semoga di masa mendatang, pihak museum melengkapi fasilitas umumnya dengan lebih baik. Minimal agar para pengunjung betah ketika menjelajahi museum sebagai wisata edukasi.
Gerbong Maut
Bicara tentang gerbong maut? Mengerikan! Itulah faktanya.
Foto diatas adalah gerbong maut. Gerbong bercat abu-abu dan hitam ini terlihat masih terawat dengan baik. Rangka terbuat dari besi masih kokoh. Ukurannya tidaklah luas, jika dibandingakan dengan jumlah orang yang dipaksa masuk ke dalam.
Dibalik bentuk gerbong yang masih kokoh ini tersimpan kisah sedih. Bagaimana mungkin kita bisa melupakan perjuangan dalam melawan penjajah Belanda. Gerbong inilah yang dipakai Belanda mengangkut tawanan, para pejuang Indonesia pada tahun 1947.
Berikut ini cuplikan tulisan yang dipasang gerbong:
Salah satu diantara 3 gebong maut yang pernah digunakan oleh militer Belanda untuk mengangkut 100 orang tawanan pejuang Indonesia dari penjara Bondowoso pindah ke tahanan Bubutan, surabaya. Tanggal 23-11-1947. Karena di perjalanan, pintu-pintu ditutup/dikunci mengakibatkan:Meninggal: 46Sakit parah: 11Sakit: 31Sehat: 12
Bisa dibayangkan betapa horornya orang-orang yang berada berada di gerbong maut ini. Bagaimana para pejuang Indonesia berusaha tetap bertahan hidup. Berdesakan, berhimpit, bagaimana mereka bisa bernafas disini dalam keadaan pintu tertutup rapat? Belanda memiliki rencana untuk membunuh para pejuang. Perlahan. Korban jiwa tak bisa dielakkan.
Lokasi: Jl. Ijen no 25 A, Klojen, Malang, Jawa Timur.
Tiket:
Rp 3.000
Jam berkunjung:
Pukul 07.30 sampai dengan pukul 15.00
Happy traveling!
Wa'alaikumsalam..Paling suka nih kalau jalan-jalan ke museum, selain bisa tahu dalamnya, aku juga serasa ikut belajar. Pengen deh bisa datang langsung, terus ngabadiin foto deh..hehe
BalasHapusMesti dilanjutkan nih jalan-jalan ke museumnya.
HapusNgeri uy membayangkan para tawanan disekap di gerbong maut pada masa itu
BalasHapusIya, ngeri.
Hapusmuseum itu tempat wisata yang selalu aku cari saat traveling. Sedih kalo liat museum di Indo yang memang kurang terawat, dan masih blm banyak orang2 tertarik untuk melihat ya mba.. padahl di LN, museum rata2 selalu menarik, dan rame dikunjungi. kalo pinter memanage nya, ini kan bisa jd objek wisata untuk para wisatawan. Aku selalu nekanin ke anak2, mau asyik belajar sejarah, ya ke museum sebenernya :)
BalasHapusMenunggu... kapan museum di negeri ini menarik ya.
HapusGerbongnya gak besar ya, mb. Kebayang deh sempitnya orang yang naik itu dulu
BalasHapusSumpek, susah bernafas dalam keadaan seperti ini.
Hapus