Mengintip Surga Tersembunyi di Sendang Asmoro Ngino
Jumat, 13 Oktober 2017
8 Komentar
Baru-baru
ini seorang teman blogger mempublikasikan foto-foto wisata Sendang Asmoro
Ngino. Jelas saja ini membuat saya penasaran. Kalau wilayah Semanding, masih
dekat, masih pasti gampang dijangkau. Kemudian disusul review teman-teman lainnya.
Maka,
di hari Minggu, ketika suami libur adalah waktu yang tepat untuk blusukan. Aktivitas
keluar rumah dimulai dari menyusuri pantai. Ceritanya pengen melihat sunrise. Dilanjutkan ke sawah di daerah Mondokan
yang menghijau. Pulang sebentar, kami berangkat ke Semanding.
Baca juga Kemarau di Goa Kancing...
Baca juga Kemarau di Goa Kancing...
Rute:
Tidak
susah untuk mencari sendang Asmoro Ngino ini. Rutenya bisa dimulai dari Jl. Hayam Wuruk (biasa disebut pabrik kapur)
terus saja hingga pertigaan Penambangan. Masuk ke Penambangan hingga masuk desa
Sambongrejo.
Lokasi
sendang Asmoro Ngino ini ada di belakang Balai Desa Ngino, kira-kira 50 meter.
Kita bisa masuk lewat gang Sendangsari RT 01 RW 02.
Bagi
yang membawa mobil bisa parkir di halaman PAUD. Saat ini masih gratis, baik
parkir maupun tiket masuk.
Di
lokasi PAUD ini saya melihat suasana desa seperti desa-desa lain di Tuban. Panas seperti di kota. Tapi beberapa
bibit tanaman terong ungu yang ditanam di polybag menarik perhatian saya. Terong
ungu menggantung dengan damai. Ambil kamera dan langsung jeprat-jepret. Tiba-tiba
dua orang yang sedang mengerjakan bangunan di samping PAUD berteriak.
Agak
kaget, saya berhenti. Saya merasa bersalah. Tiba-tiba datang, mendekati si
terong ungu tanpa permisi. Mungkin tindakan saya mencurigakan. Ya, sudahlah...
Mereka mendekati saya, dan mulailah saya memperkenalkan diri. Saya mulai
bertanya banyak hal tentang wisata Sendang Asmoro yang baru diresmikan oleh ibu
bupati pada tanggal 2 Oktober 2017.
Seorang
ibu yang rumahnya di dekat sini ikut ngobrol...
Intinya
warga cukup senang ketika di wilayahnya ada destinasi wisata. Namun ada
beberapa poin yang sesungguhnya perlu diperhatikan oleh pihak-pihak terkait.
Dari
PAUD ini saya belum bisa membayangkan seperti apa destinasi wisata baru ini. Namun
dari pembicaraan hangat dengan warga, mereka sebenarnya sangat welcome terhadap para pengunjung. Apalagi
melihat saya menenteng kamera. (Note: semoga bisa membeli mirrorless ya, biar
tidak menyolok perhatian warga jika jeprat-jepret suka-suka.)
Suami
dan anak saya sudah pergi ke sendang. Sementara saya masih berdiri, ngobrol
dengan warga yang antusias banget agar wisata ini makin dikenal secara luas dan benar-benar
membawa manfaat bagi mereka.
Si
ibu bercerita bahwa dia sudah menyiapkan meja untuk berjualan makanan. “Tapi, ini kan
masih merintis, jadi jualannya nantilah,” katanya. Sebelum mengakhiri obrolan,
saya berjanji untuk membantu promosi wisata ini. Seperti sebuah hubungan yang
saling menguntungkan, kita, para pengunjung membutuhkan suatu tempat untuk
melepaskan lelah dari sekat-sekat kota yang sesak. Sementara warga desa berharap
mampu mengais rejeki dari kedatangan kita. Bagaimana?
***
Jalan
menuju lokasi wisata ini sudah beraspal, halus. Sedangkan gang (jalan) menuju sendang
adalah jalan beraspal yang sudah mengelupas, menyisakan batu-batu yang tak rata. Warga sudah mengeluhkan akses jalan, namun sepertinya
mereka mesti bersabar. Semoga segera dibenahi oleh pihak terkait.
Tidak
ada gapura megah disini. Sebagai patokan, pengunjung yang baru pertama kali
datang bisa memperhatikan gapura yang terbuat dari bambu. Saya sempat bertanya
kepada warga yang berjualan bakso di depan gang ini. Cukup mudah mengingat
tempatnya.
Wisata
Sendang Asmoro Ngino ini masih baru. Masih dirintis oleh warga desa Ngino. Tapi ibu bupati meminta untuk segera meresmikan. Jadilah, Sendang Asmoro Ngino yang masih natural.
Sebenarnya saya penasaran dengan ide membuat wisata sendang. Jujur, di Tuban saya belum menemukan wisata yang melibatkan warga untuk mengelolanya, seperti wisata desa ini. Ternyata si bapak tadi bercerita bahwa wisata sendang ini merupakan ide kepala desa dan warganya. Good job!
Sebenarnya saya penasaran dengan ide membuat wisata sendang. Jujur, di Tuban saya belum menemukan wisata yang melibatkan warga untuk mengelolanya, seperti wisata desa ini. Ternyata si bapak tadi bercerita bahwa wisata sendang ini merupakan ide kepala desa dan warganya. Good job!
Selesai
ngobrol, saya berjalan menuju sendang. Belum ramai. Mungkin karena masih pagi. Saya
datang sekitar pukul 08.30. Anak-anak kecil
sudah bergerombol di gubuk dekat sendang. Bercengkerama dan bermain bersama dengan akrab. Ada
juga yang duduk-duduk santai di tepi sendang. Sepertinya anak-anak dari sini
saja.
Kemudian
ada beberapa muda-mudi yang mengabadikan momen di dekat sendang yang teduh. Begitu pula
dengan rombongan keluarga. Setelah itu mulai berdatangan pengunjung-pengunjung
lainnya.
Melihat
air sendang yang kehijauan, rasanya adem. Pohon-pohon besar menjadi tempat
berteduh dari teriknya matahari. Bangku-bangku terbuat dari potongan-potongan kayu sudah penuh.
Saya
menunggu orang-orang yang hendak berfoto di pinggir sendang. Tepat saat mereka berdiri
meninggalkan bangku, saya mendekat dan duduk bersama anak. Yes, saya dan si bungsu bisa leluasa menikmati pemandangan sendang.
Semilir
angin berhembus membuat saya lupa. Daerah ini termasuk tandus. Deretan ladang menunggu
musim hujan untuk ditanami benih-benih jagung. Pohon-pohon jati meranggas. Namun,
tidak demikian suasana didekat sendang.
Suasana
di sendang ini jelas berbeda. Air selalu menumbuhkan rasa damai. Duduk di
bangku sambil melihat hijaunya air sendang. Sayang, mengajak anak sama saja
dengan mengajak kaki bergerak-kesana kemari. Melihat ikan, berkeliling taman,
duduk dan jalan lagi. Lalu bangkunya penuh lagi.
Tapi
jangan khawatir, saya melihat ada tukang yang masih membuat entah bangku atau
apalah untuk kenyamanan kita. Ada petugas yang menyirami tanaman ditaman yang dipagar potongan bambu. Pada pagar kecil itu ditempel tanaman bunga yang ditanam dalam gelas-gelas air minum kemasan.
Karena taman ini masih baru, tanaman yang masih bergerombol, sehingga ada petak-petak yang masih kosong. Masih butuh waktu agar tanaman menyatu dan rimbun. Masih butuh kerja keras dan konsistensi agar keindahan itu terwujud.
Karena taman ini masih baru, tanaman yang masih bergerombol, sehingga ada petak-petak yang masih kosong. Masih butuh waktu agar tanaman menyatu dan rimbun. Masih butuh kerja keras dan konsistensi agar keindahan itu terwujud.
Memanfaatkan air
sendang
Air
sendang ini cukup tenang. Ada banyak ikan yang menyembul ke permukaan air ketika
kita memberinya makan. Berebut butir-butir pakan ikan yang mengambang di air. Kemudian
bersembunyi lagi.
Oh
ya, kita bisa membawa atau membeli pakan ikan disini. Harganya cukup murah,
mulai dari Rp 1.000, Rp 2.000 hingga Rp 4.000.
Air
sendang ini berasal dari mata air. Saya tidak sempat melihat mata airnya,
karena lokasinya agak tinggi. Di dekat sendang ini kita bisa melihat banyak
pipa-pipa yang dialirkan ke rumah-rumah penduduk dan ladang-ladang mereka. Airnya
bening dan segar. Pantas saja banyak warga yang memanfaatkan untuk mandi. Jangan
heran jika kita berpapasan dengan mbah-mbah sepuh yang baru saja mandi.
Sejauh
ini, Sendang Asmoro masih natural, seperti suasana desa yang begitu khas dan warganya.
Senyum yang mengembang dari warga ketika berpapasan dengan para pengunjung. Saya
berharap akan seperti ini meski nanti sudah banyak yang mengenal.
Wisata
sendang Asmoro Ngino sudah dilengkapi dengan fasilitas umum seperti toilet. Masih
baru, terlihat dari bangunan dan aroma semen. Ada musholla dan masjid di
dekatnya.
Tempat
sampah juga sudah disediakan. Jadi buat yang berkunjung, please, jangan nyampah sembarangan ya! Termasuk jangan melempar
batu ke dalam sendang.
Note: saat ini sudah ada spot love di sendang. Yuk, yang mau foto-foto cantik!
Note: saat ini sudah ada spot love di sendang. Yuk, yang mau foto-foto cantik!
Happy
traveling!
^_^
Keren..ide dari masyarakat terus direalisasikan pemangku kebijakan..
BalasHapusSemoga makin lengkap sarana dan prasarananya..Terus tetap dijaga kealamiannya:)
Wah, kalo denger kata sendang begini inget jaman dulu. Kalau ke rumah mbah di desa. Cuman karena dekat Merapi jadi daerahnya cukup subur. Inget kalau lagi jalan, liat orang nyuci sama mandi di sendang yang banyak bambu rimbunnya. Tapi sekarang gak lagi deh, udah banyak yang punya kamar mandi sendiri
BalasHapusDi desa masih ada yang mandi di sungai mba. Kalau di sendang ini sudah ada kamar mandi umum tapi tidak ada atapnya. Mudah-mudahan diperbaiki.
Hapuswah airnya bening
BalasHapusaku malah pengen gulung2 di taman bunga
kayak incehs syahirini heuheu
Kasihan bunganya baru ditanam...hihi... mending berenang aja biar seger.
Hapussemakin hari semakin bayak saja tempat tempat bagus yang selama ini luput untukdikembangkan. Ini kalau dikembangkan terus bisa makin bagus dan bisa menjadi sumber penghasilan bagi masyarakat sekitar:)
BalasHapusSepertinya tiap daerah sedang berlomba-lomba untuk membangun destinasi wisata baru :)
BalasHapusSemoga dengan adanya Wisata Sendang Asmoro Nino bisa memunculkan manfaat positif buat warganya :)
Salam kenal!
Salam kenal mba, makasih mba Dee dah mampir.
HapusAamiin.