Ke Yogyakarta, Jangan Lupa Mampir di Malioboro



Malioboro Yogyakarta


Assalamualaikum

Entah magnet seperti apa yang dimiliki Malioboro sehingga para wisatawan yang datang ke Yogyakarta sepertinya “harus/wajib” meluangkan waktu untuk sekedar foto-foto disini. Rasanya memang belum afdol jika berkunjung ke Yogyakarta tanpa mampir ke Malioboro. Walaupun hanya sekedar jalan dan mengambil gambar, Malioboro patut dipertimbangkan. Padahal Malioboro adalah kawasan padat (padat pedagang dan wisatawan).


Awalnya Malioboro bukan termasuk destinasi yang akan saya kunjungi. Tapi kemudian, saya ingin mencari kaos yang ada tulisan Yogyakarta  buat oleh-oleh keponakan. Kalau bisa mau mencari yang murah saja. Tetap kudu hemat. Lupakan yang bermerk dan berkualitas bagus. Waktu saya tak banyak buat hunting seperti itu.

Saya dan si sulung sore itu naik taksi online menuju Malioboro. Tepat ketika liburan, tepat ketika Malioboro penuh sesak. Si sopir mengatakan tak sanggup mengantarkan hingga Jl. Malioboro. Kalau mau ya diturunkan di jalan terdekat. Saya setuju saja, lha bagaimana lagi, sudah terlanjur naik, kok.

Akhirnya kami diturunkan di jalan kecil dekat Jl. Malioboro. Di jalan tersebut sudah penuh sesak. Antara mobil, sepeda motor dan manusia, semuanya berebut jalan. Ya Allah, beginikah suasana liburan! Semua orang sepertinya memiliki kesamaan waktu, tempat dan keinginan untuk menikmati liburan.

Malioboro Yogyakarta


Pak sopir memberi petunjuk arah. Saya mengangguk saja. Langsung berjalan menuju Malioboro. Kemudian galau... sebenarnya kesini mau mencari apa dan dimana? Oke, kami mencari bangku untuk sekedar melepas penat. Tapi susah, karena sedang ramai! Menunggu sebentar ketika ada orang yang mulai berdiri meninggalkan bangku.

Misi selanjutnya adalah membeli kaos. Saya tak peduli apa merknya yang penting dari Yogya atau ada tulisan yang mengandung unsur Yogya. Ingat dompet! Satu lagi, waspada dengan harga yang ditawarkan pedagangnya.

Ternyata kekhawatiran saya akan harga yang melambung tak terbukti. Saya bisa membeli beberapa kaos dengan harga yang tertera di kertas yang dilaminating. Jadi para pembeli bisa bertanya dulu atau mau sekedar membaca harganya biar tidak pingsan. Boleh... boleh.

Kaos lengan panjang saya beli dengan harga Rp 40.000 sedangkan lengan pendek Rp 35.000 untuk ukuran dewasa. Murah atau mahal? Saya tidak tahu. Saya tidak pandai menawar. Saya suka bingung dengan harga pasar.

Tanpa perlu berlama-lama akhirnya urusan baju selesai. Lagipula langit makin mendung. Saya tidak memiliki waktu lama disini. Takut hujan juga. Takut tidak bisa pulang. Aduh... pak sopir saya mesti mencarinya kemana kalau tidak ada yang mau mengantar kami pulang.

Di sepanjang jalan Malioboro banyak tukang becak yang menawarkan jasa. Apa naik becak saja ya? Tapi tempat menginap kami jauh. Ops salah, hanya 5 km dari Malioboro dan pak becak mau mengantarkan kami pulang.

Saya percaya saja dengan omongan sopir taksi tadi. (Dia mengatakan kalau sedang ramai seperti ini taksi online tidak akan mau mengambil penumpang di Malioboro). Saya tidak memesan taksi online melainkan naik becak.

Wah, naik becak ternyata asyik saja. Sambil memandang wajah Yogyakarta dan menikmati angin sepoi-sepoi, becak melaju membelah jalanan yang ramai. Oh ya, saya memilih becak yang dikayuh ya, biar lebih santai. Meski si bapak sudah agak sepuh, namun berhasil meyakinkan kami bahwa dia sudah terbiasa mengantarkan penumpang. Kalau ke tempat yang saya tuju masih tergolong ringan.


0 km


Keesokan harinya, suami mengajak kami jalan-jalan ke Malioboro. Katanya mau foto-foto. Maklum foto saya sore itu masih minim. Tidak lebih dari lima biji. Tujuan sebenarnya bukan hunting foto, melainkan kaos.

Pagi hari kami lebih leluasa untuk mengeksplore Malioboro. Bahkan bisa parkir sembarangan di pinggir jalan. Awalnya memang agak takut. Kami belum bisa membaca situasi disini. Tapi begitu melihat ada satu mobil yang dengan damainya diparkir di pinggir jalan dekat perempatan, kami ikut saja.

Pagi itu geliat para pedagang makanan mulai terlihat di Malioboro. Beberapa warung menyiapkan menu makanan. Membawa belanjaan dan memasak di lokasi. Dan ya, orang-orang yang mampir untuk urusan makan. Atau sekedar menyesap secangkir kopi.


Malioboro Yogyakarta


Di tepi jalan ada satu, dua becak yang ditunggu pemiliknya. Berharap pagi itu disambut wisatawan yang ingin keliling Yogya.

Note:

Jika ingin mengambil gambar di Malioboro sebaiknya pagi saja. Sekitar pukul 06.00, kita bisa foto dengan latar 0 km.

Akhirnya kami bisa mencari bangku kosong dengan leluasa. Foto-foto di Malioboro termasuk tanpa gangguan orang yang hilir-mudik belanja maupun yang sekedar jalan-jalan. Sepi.



Melihat bangku-bangku yang kosong di pedestrian rasanya ingin duduk dengan damai. Santai banget pagi itu. Orang-orang yang bersepeda tinggal menaruh saja sepedanya lalu cekrek. Sementara yang sedang jalan pagi menyempatkan diri untuk sekedar duduk. Mau selonjoran bahkan tiduran di bangku, boleh banget.

Namun foto dengan latar 0 km masih membutuhkan kesabaran. Seru saja ketika kami harus mengantre. Beberapa kali anak saya diminta memotret orang-orang. Semua sudah saling tahu, siapa yang datang dulu, urutan ke berapa. Semua orang sepertinya waspada. Satu (rombongan) orang selesai foto-foto segera saja urutan berikutnya maju. Jadi jangan berharap bisa menyerobot!

Foto disini seperlunya saja. Tiga-lima jepretan sepertinya sudah cukup. Yang penting tidak blur. Tidak enak kalau berkali-kali dan ditunggu banyak orang. Sayang si bungsu tidak fokus. Dia sedang terpana dengan pesawat! Pose natural ya, dek!

Lokasi favorit buat pepotoan adalah di perempatan dengan background gedung BNI. Mumpung sepi dan suasana mendukung. Saya melihat banyak orang juga suka dengan background gedung BNI ini. Bangunan kuno seperti ini terlihat klasik dan begitu khas.

Sayang saya lupa membawa snack dan minuman. Mungkin bagi orang dewasa ini bukan masalah. Sedikit menahan lapar. Toh nanti masih bisa menikmati makan pagi. Tapi tidak bagi anak-anak. Jalan bersama anak-anak seperti ini, orang tua mesti sadar diri. Sebentar saja sudah haus, apalagi sejak keluar dari penginapan tadi belum ngemil apapun. Telinga seperti dikorek terus-menerus dengan rengekan.

Untungnya ada penjual kue (jajan pasar) keliling. Beli kue buat mengganjal perut. Kalau warung-warung di pinggir jalan sudah ada beberapa buka. Minimarket juga ada. Setelah urusan perut beres, saya agak santai menghadapi anak-anak.


gulali


Sebelum mengakhiri jalan-jalan di Malioboro, saya melihat ada penjual gulali. Makanan yang mengandalkan bahan utama gula ini terlihat masih tidak familiar bagi anak-anak saya. Tapi melihat bentuknya yang cantik – bunga dan love – warnanya juga menarik, akhirnya mereka tertarik membeli. Dua gulali. Masing-masing berbentuk love dan bunga.

Rasa manis disesap perlahan. Kadang tidak sabar jadi digigit dan dikunyah saja. Seperti permen, namun gulali hanya menghadirkan rasa manis saja. Meski hidup tak selamanya manis. Eh....

So, kalau teman-teman lagi di Malioboro suka pepotoan dimana? Sharing dong!

Happy traveling!

^_^
Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

24 Komentar untuk "Ke Yogyakarta, Jangan Lupa Mampir di Malioboro"

  1. Aaahhh kangen Jogja.
    Berkali2 ke Jogja tapi baru sekali mampir dan foto di Malioboro.
    Duluuu banget pula hampir 9 taun lalu.
    Keadaannya belum sebagus sekarang 😀

    BalasHapus
  2. Jogja memang keren.
    Ada juga blogger yang berasal jadi Jogja, namanya Andi Nugraha kenal kah? Ha ha ha.
    Keliatan banget Jogja-nya dari gambar di atas. Pengen kesana tapi belum bisa kesampaian.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kenal di dunia maya. Dari saling komen di blog dan Ig.

      Hapus
  3. Terakhir saya solo traveling ke jogja makan di maloboro pecel ayam kaki lima. Masa di tembak 35K
    Itu sama aja makan dengan 2 porsi berdua kalo di Jakarta.
    Menyebalkan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, berita yang kayak gitu juga aku dengar dari sopir taksi online. Jadi pas ke Malioboro aku nggak beli makanan. Cuma beli lunpia dari bakul lewat. Nggak sampai ke warung.

      Hapus
  4. ngak mau mampir ahhhh....takut nyasar :)

    tpi jln Malioboro sangat terkenal sampai kedaerah saya di Sumatera..... jadi pnasaran juga. :)

    BalasHapus
  5. Justru malioboro selalu kulewatkan kalo ke jogja. Ngga sanggup mba ruame pol

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, ramai. Tapi kalau pagi sepi dan nggak tergoda buat belanja.

      Hapus
  6. Jadi kangen Jogja aaa. Kusuka nongkrong di nol kilometernya kalo malem ngeliatin rame orang seru bgt

    BalasHapus
  7. Jadi kangen jogja aja mba :D
    Pernah ke jogja tapi belum mampir ke malioboro, belum pernah 5x, hehe

    BalasHapus
  8. saya pernah ke Malioboro pas long weekend, ampun deh ramainyaaa..
    saya cuma tahan 15 menit langsung cabut dari situ.
    sepertinya klo mau sepi sih memang harus pagi2 yaa

    BalasHapus
  9. Kalau aku paling seneng pepotoan di depan kantor pos dan bank bni kak.. Hhh
    Emg jogja tuh magnetnya kuat banget buat aku pribadi :)

    BalasHapus
  10. Terakhir ke Malioboro saat liburan semester kemarin.. saya kesana malam hari bersama keluarga dan bener aja mba ramainya pol.. butuh kesabaran kalau mau parkir di suatu tempat hehe..

    BalasHapus
  11. Itu...itu gulali yang jadi idola waktu jaman SD, masih ada ya di Jogja, di Jakarta udah nggak ada lagi loh mak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini kayaknya kebetulan aja ada bakul gulali. Akupun sudah lama tak makan gulali langsung beli aja.

      Hapus
  12. Aku malah belum pernah poto di malioboro...😀

    Harga kaosnya standard mba..memang segitu. Yang bahan halus kan? Klo yang tipis murah lagi.. ada yang 15 ato 20 an ribu malahan..

    Biasanya yang jadi mahal itu makanan mba..lesehan itu klo di malioboro

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makanya aku nggak beli makanannya mba. Banyak yang ngomong begitu ya.

      Hapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel