Senja di Bibir Pantai
Jumat, 04 Maret 2016
Tulis Komentar
Kau
benar. Aku tak akan berhenti bertanya hanya dengan mendengar ceritamu. Aku
setuju dengan ajakanmu. Kita akan mengunjungi pantai itu, seperti dalam
ceritamu. Aku bersorak kegirangan seperti anak kecil.
Jangan
katakan aku kampungan, ndeso dan norak. Aku memang jarang melihat pantai. Kau
bahkan terkekeh melihatku. Sudahlah, aku siap kapanpun kau ajak pergi. Suara
debur ombak seolah memanggil namaku.
Aku
datang. Aku berlari menyusuri pantai, melepas rindu. Mencecap debur ombak. Aih,
pasir putihnya...”Aku akan membuat istana yang cantik.”
Kau
tersenyum. “Kenapa tak ada cerita lagi?”
“Karena
kau sudah tahu ceritanya.”
“Tidak.
Aku ingin kau tetap bercerita.”
Tiba-tiba
kau berseru. “Ayo, pulang!”
Aku
masih duduk diatas istanaku. Aku belum mengukir nama kita. Aku sungguh masih
ingin disini. Tapi kau memaksa. Aku tak peduli. Aku ingin menyelesaikan
istanaku. Kau menarik lenganku. “Oww..sakit! Lepaskan!”
“Kita
harus pergi! Sekarang!” teriakmu.
“Kau
pergi saja!” hardikku.
“Aku
orang pesisir. Aku biasa berkawan dengan laut. Aku selalu bertanya pada alam
apa yang akan terjadi nanti. Aku melihat pertanda buruk. Kau harus percaya
padaku!”
“Hentikan
omong kosongmu!”
“Kau
harus percaya atau aku akan meninggalkanmu!”
Matahari
mulai meredup. Awan hitam menggantung. Kelam. Benarkah ucapanmu? Aku melangkah
gontai, sementara kau berlari menjauh. Hamparan laut bergemuruh. “Tunggu aku!!!”
#CERMIN (cerita mini)
Belum ada Komentar untuk "Senja di Bibir Pantai"
Posting Komentar
Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!