Ketika Pelayan Melayani Pembeli



Kain Pemda
Akhirnya saya ikut membantu usaha bapak yang sudah berjalan puluhan tahun. Bahkan sebelum saya lahir. Si mbak yang biasa mengurus karyawan dan para pembeli di toko kain kami sedang sakit. Jadilah saya ikut pontang panting dan bertemu bermacam-macam karakter pembeli.


Simak ceritanya yuk!

Siang itu, seorang ibu, diantar anak laki-lakinya datang ke toko kami. Dia  hendak mencari kain yang serupa dengan celana yang dibawanya. Celana itu sudah sobek di bagian bawahnya. Sementara bajunya masih bisa dipakai.

Mencari kain yang serupa itu tidak semudah yang dibayangkan. Tidak semua konsumen memahami ini. Maka, ketika si ibu tersebut menyodorkan celana panjang (seragam Pemda) saya segera sadar.

Saya: “Kami gak punya kain kayak gitu.”
Namanya juga pembeli. Tidak akan percaya begitu saja. Apalagi melihat saya tak melakukan tindakan apapun. Cuma bicara saja. Catat! Pembeli adalah raja. Pelayan tugasnya melayani.

Ibu : “Ini mbak” (sambil nunjuk deretan kain).

Saya: “Oke.”

Dengan susah payah saya menghalau debu-debu yang mengganggu tumpukan kain. Saya ambil gulungan kain satu per satu. Saya taruh di depan si ibu agar bisa membedakan dengan jelas.

Kain untuk seragam pemda itu banyak merknya. Beda merk beda rupa, serat, ketebalan. Memang sepintas agak-agak mirip sih. Tapi kalau jeli, terlihat berbeda. Dan pasti tidak nyaman banget kalau memakai seragam dengan kain atas bawah tidak sama. Percaya deh, untuk urusan seragam yang harus sama sebaiknya memang harus satu merk.

Please deh, si ibu mesti sabar. Setelah semua kain untuk seragam Pemda berjajar, si ibu itu membandingkan dengan celana yang dibawanya.
Benar kan kata saya. Kami tak punya kain seperti itu.

Saya: “Nama kainnya apa?”

Ibu: “Tidak tahu.” Si ibu mundur dengan teratur tanpa bersuara lagi.

Andai si ibu tahu merknya tentu memudahkan saya mencarikan kain. Tidak perlu bongkar-bongkar seperti ini. Atau mungkin bisa memesan kain sesuai keinginannya.

Bisa jadi kain itu adalah pembagian dari kantor. Atau memang si ibu tidak tahu menahu tetang kain celana yang dimaksud. Saya bisa maklum. Karena susah juga menghafalkan jenis, merk kain jika memang tidak berkutat dengan dunia kain. Tapi bagi pelanggan loyal biasanya hafal dengan kain yang menjadi pilihannya.

Mungkin si ibu tak percaya dengan kata-kata saya. Mungkin juga perlu bukti. Bahwa kami benar-benar tidak mempunyai kain. Tapi, sudahlah.... itu tugas saya sebagai pelayan. Melayani dengan ikhlas dan memahami macam-macam karakter pembeli.

Kain Pemda, serupa tapi tak sama
Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

Belum ada Komentar untuk "Ketika Pelayan Melayani Pembeli"

Posting Komentar

Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel