Pagi Yang Kacau

Acara rutin di pagi hari adalah menyiapkan sarapan. Tidak perlu yang rumit. Bagi saya yang penting praktis, tapi tidak instant. Ketika sedang memasak nasi, tiba-tiba api berhenti menyala. Aih, gas habis. But the show must go on…Pakai kompor minyak aja ah.


Setelah menyiapkan sayur mayur, ternyata air PAM mati. Olala… Aduh sudah jam berapa ini. Pakai kompor minyak kan lama. Seandainya saja saya berani mengganti tabung gas sendiri, pasti acara masak memasak lebih mudah. Masalahnya saya selalu takut. Jangan-jangan nanti… Ah, macam-macamlah pikiran buruk, ditambah dengan pemberitaan tentang tabung gas yang sering meledak…


Jika sedang memasak dan kehabisan gas, bisa pusing deh. Padahal masalah gas habis, seperti juga minyak tanah, bisa terjadi sewaktu waktu. Tapi saya tidak bisa sewaktu-waktu menggantinya. Ditambah masih harus menunggu kiriman gas, kira-kira setengah jam lagi.
Akhirnya memang menyusahkan. Bedanya dengan minyak tanah saya bisa sewaktu-waktu menggantinya. Tapi tetap tidak efisien, harganya pun makin mahal saja.

Karena air tidak mengalir, cucuian alat-alat masakpun menumpuk. Saya teringat bak mandi yang isinya tinggal sedikit, padahal penghuninya banyak, belum mandi semua. Anak-anak, mereka tak mau tahu. Mereka sedang asyik bermain pasir di halaman. Peraturan saya: bermain pasir hanya boleh dilakukan pada hari libur. Lalu..baju-baju kotor juga belum dicuci. Semua pekerjaan rumah itu sepertinya sedang menari-nari di depan mata saya. Pada tarian itu, semuanya berteriak memanggil saya.

Pada saat seperti ini terasa sekali kalau air menjadi sangat penting, sangat berharga, sangat bernilai. Padahal pada hari-hari biasa, kita memakai air seenaknya. Anak-anak bermain air sampai meluber ke jalan. Ternyata mereka lupa mematikan atau kadang mematikan tapi kurang rapat.
Mengintip jarum jam yang bagi saya bergerak terlalu cepat. Tak ada satupun pekerjaan yang terselesaikan. Semuanya sedang menunggu. Kompor minyak yang cuma satu, saya besarkan apinya, tetap saja tidak sanggup mempercepat acara masak memasak. Mau beli makan, tapi kok ya tanggung. Ya, sudah menunggu saja.

Dalam keadaan kacau seperti ini, saya tetap harus mempunyai prioritas. Pertama adalah anak-anak. Saya tetap berusaha menyiapkan sarapan untuk mereka. Nasi sama telor, pilihan yang paling cepat. Kedua, karena para tukang bangunan sudah datang dari tadi (waktu itu sedang merenovasi rumah) maka saya mesti menyiapkan minuman.

Untunglah air PAM menyala setelah kira-kira 3 atau 4 jam kemudian. Lalu pekerjaan rumah satu persatu dikerjakan.
Tuban, 25 February 2010
Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

Belum ada Komentar untuk "Pagi Yang Kacau"

Posting Komentar

Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel