Terpikat Keindahan Kain Tenun Gedog Khas Tuban
Sabtu, 24 Oktober 2015
2 Komentar
Banyak Pilihan Kain Tenun Gedog |
Seni tenun berkaitan erat dengan budaya, kepercayaan dan lingkungan alam setempat. Seni tenun telah lama berkembang di Tuban, Jawa Timur. Jika kualitas seni tenun dinilai dari mutu bahan, motif, pewarnaan, hiasan, serta proses kreatif maka tak salah jika tenun gedog memenuhi semuanya.
Kain tenun Gedog diproduksi di kecamatan Kerek sekitar 28 km dari arah barat kota Tuban. Disebut "gedog" karena alat penenun yang dipakai mengeluarkan bunyi dog..dog..dog. Saat ini tidak banyak orang yang bekerja sebagai penenun.
Proses pengerjaannya membutuhkan waktu lama. Menurut mbak Yati dari “Sekar Ayu” proses pembuatannya sekitar satu bulan penuh. Itupun dikerjakan secara manual dengan peralatan tradisional pula. Setiap proses produksi dimulai dari pemintalan kapas menjadi benang, menenun, membatik, pewarnaan hingga selesai menggunakan tenaga manusia.
Kain tenun Gedog diproduksi di kecamatan Kerek sekitar 28 km dari arah barat kota Tuban. Disebut "gedog" karena alat penenun yang dipakai mengeluarkan bunyi dog..dog..dog. Saat ini tidak banyak orang yang bekerja sebagai penenun.
Proses pengerjaannya membutuhkan waktu lama. Menurut mbak Yati dari “Sekar Ayu” proses pembuatannya sekitar satu bulan penuh. Itupun dikerjakan secara manual dengan peralatan tradisional pula. Setiap proses produksi dimulai dari pemintalan kapas menjadi benang, menenun, membatik, pewarnaan hingga selesai menggunakan tenaga manusia.
Untuk satu lembar kain dengan ukuran 300x50 cm dijual mulai harga
Rp 600.000. Sedangkan untuk taplak meja mulai harga Rp 65.000. Beberapa pengrajin
mengembangkan kain tenun berukuran 200x100 cm. Saat ini hanya orang-orang
lanjut usia yang menenun. Pendapatan menenun tidak bisa dijadikan penghasilan
pokok. Itulah alasan orang lebih suka membatik daripada menenun. Banyak
pembatik yang bekerja di sawah, ladang, kebun ketika musim hujan. Jadi jangan
heran jika ada pesanan yang molor dari waktu yang telah disepakati.
Burung Hong, motif khas batik gedog |
Motif gedog yang biasa dipakai kain tenun ini, antara lain burung
lokcan, panji serong, panji konang, kembang randu, kembang waluh, cuken,
melati selangsang, satriyan, kijing miring, gangeng, dan lainnya. Dengan hiasan
motif seperti tumbuhan, binatang dengan titik-titik, garis, dan garis lengkung
menyerupai salur-salur. Ada pula remekan yaitu pewarnaan yang pecah, tidak
rata, muncul seperti serabut atau marmer.
Kain tenun gedog biasanya berwarna coklat muda dan tua, merah,
abu-abu, biru, hijau, hitam, putih (tapi tidak benar-benar putih). Warnanya
memang tidak terang benderang meskipun menggunakan pewarna sintetis. Adapun
yang memakai pewarna alami dari daun-daunan dan kayu lebih pudar warnanya.
Bahan-bahan tersebut sangat ramah lingkungan dan mudah mendapatkannya. Hanya
saja proses pewarnaan dengan warna alam lebih rumit dibandingkan warna
sintetis. Baik dalam takaran maupun proses pencelupannya.
Tekstur kain tenun ini kaku, keras, kuat dan awet dengan serat benang yang
tebal. Adapula kain tenun dengan benang yang agak renggang. Kalau jaman dahulu,
banyak warga desa yang biasa menggunakannya sebagai gendongan. Kain ini cukup
kuat untuk membawa kayu dan barang-barang dari dan ke pasar. Saya masih sempat
menjumpai seorang wanita lanjut usia berjalan kaki menggendong barang ke pasar
Kerek.
Mari Menjumpai Kain Tenun Gedog
Kain tenun gedog merupakan salah satu ciri khas kota Tuban. Tidak
semua penjual batik memiliki banyak koleksi ini. Beberapa pengrajin besar
seperti Sekar Ayu, Zaenal, HM Sholeh dari Kerek memiliki koleksi ini. Juga ada Kawung,
Emmy batik, Radika, Rayyan di kota Tuban.
Tas Tenun Gedog |
Seiring dengan perkembangan jaman. Kain tenun gedog menyesuaikan permintaan pasar. Dengan kreatifitas para pengrajin, banyak produk yang
dihasilkan. Tidak hanya berupa lembaran kain tenun. Produk tenun gedog antara
lain macam-macam tas, dompet, tempat tissue. Harga jualpun sangat terjangkau.
Untuk tas tenun gedog bisa dinikmati dengan harga sekitar Rp 50.000. Ada juga
dompet dengan ukuran 7x11 cm. Kalau ini lebih
murah lagi. Tampak unik dan ada cita rasa etnik yang kuat. Tidak kalah
dengan dompet-dompet yang ada di pasaran. Secara kualitas, dompet ini kuat dan
mampu menampung uang kita. Asal tidak banyak sekali! Nah, dompet mungil ini
sangat cocok dijadikan buah tangan ketika berkunjung ke Tuban.
Dengan mengikuti pameran di dalam dan luar negeri, kain tenun gedog
makin dikenal luas. Demikian juga kesadaran masyarakat untuk memakai produk dalam
negeri. Konsumen kain tenun tidak hanya kalangan atas, namun siapapun bisa.
Kadang-kadang ada yang membeli untuk koleksi. Juga sebagai cendera mata bagi
wisatawan manca negara.
Tak kenal maka tak sayang
Ibu saya memiliki koleksi beberapa
kain tenun gedog yang dipakai sebagai taplak meja. Ketika ibu meninggal, saya
masih merasa kain tenun itu biasa saja. Setelah saya dewasa dan sering
berhubungan dengan para pengrajin batik, persepsi saya tentang batik, berubah.
Saya semakin menghargai hasil jerih payah, kreatifitas penenun dan pengrajin batik.
Awalnya, saya terkejut mengetahui harga kain tenun yang mahal. Dibalik
keindahan kain tenun gedog, para pembatik di kecamatan Kerek tetap hidup
sederhana. Hidup di desa tak memerlukan gaya hidup yang dinamis. Menerima
dengan penuh syukur segala rejeki yang mereka dapatkan. Itulah yang membuat
para pembatik bisa mempertahankan profesi itu hingga kini. Andai mereka
mengadakan demo seperti misalnya para buruh, tentu berat menaikkan gaji mereka.
Saya mulai mencari-cari kain-kain tenun milik almarhumah ibu dan
merawatnya dengan baik. Di rumahpun kain
tenun ini masih dipakai sebagai taplak meja. saya juga memiliki koleksi tas dan
dompet. Bagi saya inilah identitas dan kekayaan budaya kota Tuban. Di beberapa kesempatan saya
memakai produk kain tenun gedog. Dengan senang menggunakan dalam acara-acara
resmi maupun tidak akan mengangkat pamor kain tenun gedog makin bersinar.
Banyak hikmah dalam selembar kain tenun gedog ini.
Selain untuk saya pribadi juga orang-orang dibalik selembar kain. Ada proses
kreatif yang berlangsung terus menerus, turun temurun yang berusaha
menyesuaikan perkembangan jaman. Bertahan dan berjuang tanpa lelah dalam sebuah
kearifan lokal demi memperkaya budaya bangsa. Lalu timbul keinginan saya untuk
membantu memajukan keindahan tenun gedog. Karena saya yakin selalu ada
tetes-tetes kehidupan yang akan terus mengalir. Semoga di masa mendatang
semakin banyak orang yang bisa menikmati keelokan kain tenun gedog.
Keindahan tenun gedog |
Postingan ini
diikutsertakan dalam kompetisi blog #KainDanPerjalanan yang
diselenggarakan Wego
Wah, ternyata pengerjaannya rumit banget ya,
BalasHapuskudu dilestarikan nih..
Menghargai hasil karya pembatik.
Hapus