Bijak Menyikapi Hasil Rapor Anak



Minggu-minggu kemarin adalah saat yang menegangkan buat orang tua. Puncaknya adalah pada saat penerimaan rapor anak. Orang tua ikut deg-degan. Maka ketika guru memanggil nama anak kita, terjawab sudah rasa penasaran itu. Lembar demi lembar dibuka. Hasil belajar anak-anak tertulis dengan jelas. Semoga hasilnya bagus ya Moms!

Ada perbedaan besar peran orang tua jaman saya dahulu dengan sekarang. Dulu, jaman saya masih sekolah, campur tangan orang tua tidak banyak. Masalah prestasi? Mungkin tidak menjadi favorit. Masa sekolah adalah masa menyenangkan. Saya masih memiliki waktu untuk bermain bersama anak-anak tetangga. Saya tidak pusing memikirkan nilai sekolah. Demikian juga dengan orang tua. Tiap tahun selalu naik kelas adalah prestasi. Saya adalah orang yang pas-pasan. Alhamdulillah pas ingin masuk di sekolah yang saya inginkan, pas bisa.

Orang tua sekarang makin aware terhadap perkembangan anak. Sedikit-sedikit bertanya pada guru, teman-teman, media untuk meningkatkan prestasi anaknya. Inilah yang terjadi pada saya dan sesama wali murid di sekolahnya anak-anak. Mungkin ini adalah kabar baik, orang tua bisa mengetahuii pencapaian-pencapaian yang telah dilakukan anak. Tetapi bisa pula menjadi bumerang. Bagaimana jika tidak sesuai target? Marahkah kita?

Orang tua rela mengeluarkan uang untuk biaya les anak. Baik yang mengikuti bimbingan belajar ataupun memanggil guru privat. Mengantarkan kesana kemari demi tugas sekolah. Parahnya lagi, ikut membantu menyelesaikan tugas sekolah! Semuanya demi anak. Kasihan melihat tugas anak yang menumpuk ditambah ujian yang tak henti.  

Sudah menjadi hal yang lumrah, anak-anak sekarang pulang ke rumah makin sore. Untuk apa lagi kalau bukan untuk mencari tambahan belajar. Demi meningkatkan prestasi, demi mengejar ketinggalan, demi meningkatkan target sekolah. Selama anaknya enjoy tak apalah. Kita dukung usaha anak-anak.

Bersyukurlah jika anak-anak kita mendapatkan nilai-nilai bagus, berprestasi dan menjadi kebanggaan di sekolah. Hari Sabtu lalu, saya menghadiri acara penerimaan rapor di sekolah si sulung. Pada kesempatan itu, bapak kepala sekolah menyebutkan nama anak-anak berprestasi di tingkat nasional. Sangat membanggakan ketika nama anak dipanggil, lalu orang tua si anak diminta berdiri, dan para hadirin memberikan applaus. Sangat membanggakan ketika tampil sebagai juara, mengharumkan sekolah, kabupaten dan provinsi. Tak henti-hentinya sang kepala sekolah menyebut perjuangan dan prestasi yang luar biasa ini.

Saya ikut senang. Ikut terharu dengan perjuangan anak-anak. Tak mudah untuk mencapainya. Kerja keras ditambah kesabaran mengikat di hati mereka. Lalu sedikit lintasan pikiran saya berkelebat. “Pasti mudah buat anak-anak itu melanjutkan sekolahnya nanti.”

Dengan jalur prestasi itu memudahkan anak-anak hebat meraih cita-citanya. Mereka bisa masuk sekolah baru tanpa mengikuti tes. Masa depan terbentang terang benderang. Anak-anak tanpa prestasi apapun harus siap berjuang keras mengikuti ujian seleksi di jenjang berikutnya. Sekolah-sekolah favorit banyak diburu, sementara ketersediaan bangku lebih sedikit daripada jumlah pendaftar. Itulah kompetisi. Selalu ada yang menang dan kalah.

Ikutlah berbahagia ketika orang lain bahagia memang benar adanya. Ada kata-kata hebat yang masih saya simpan. Saya lupa namanya. Saya membaca kisahnya di sebuah majalah LMI, Oase. Seingat saya, anak ini memang pintar, dari keluarga biasa, berhasil meraih beasiswa S2 dan S3 diluar negeri. Intinya begini, jika ingin sukses harus melebihkan usaha diatas rata-rata. Melebihkan ikhtiar dan ikhlas menunggu keputusan terbaik Allah.

Bagaimana hasil rapor anak? Alhamdulillah, sambut semua pencapaian anak-anak dengan senyuman. Apapun hasilnya, bersyukur atas perjuangan anak-anak yang berhasil menorehkan angka-angka. Rapor si sulung sudah saya ambil hari Sabtu. Hari itu juga, suami mengikuti acara parenting skill sekalian mengambil rapor si bungsu. Tinggal rapor si tengah yang belum kelar. Setelah liburan baru dibagikan.

Ramainya medsos saat ini tak pelak menjadi ajang berbagi kisah si anak. Ada yang mengupload rapor anaknya. Orang-orang bisa dengan jelas membaca nilai-nilainya. But, who care?

Tapi semoga saja cuma nilai, tidak tertera identitas kita. Nah, bahaya juga kan? Bagaimana kalau ada orang iseng dengan semua identitas kita? Tak eloklah kebahagian kita tercederai gara-gara memajang identitas di dalam rapor anak.
Setiap anak memang berbeda. Tapi harapan orang tua selalu sama. Apakah ada yang salah? Saya yakin setiap orang tua menginginkan yang terbaik buat anak-anaknya. Tapi, terbaik di mata manusia sangat berbeda di mata Allah. Jalan yang ditempuh setiap anak seringkali tak sama persis.

Apapun nilai rapor anak, terimalah dengan lapang dada. Tak perlu dibandingkan dengan saudaranya atau temannya. Karena setiap anak itu unik. Setiap anak adalah juara. Setiap anak diberikan Allah talenta, keunggulan yang akan sanggup bertahan dan menjadi pemenang dalam kehidupannya. Menerima dengan senyuman lebih menyenangkan dan menyehatkan.

Selamat menikmati hasil perjuangan anak-anak. Semoga tercapai cita-cita terbaik mereka!

Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

Belum ada Komentar untuk "Bijak Menyikapi Hasil Rapor Anak"

Posting Komentar

Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel