Bijak Menyikapi Hasil Rapor Anak
Senin, 21 Desember 2015
Tulis Komentar
Minggu-minggu
kemarin adalah saat yang menegangkan buat orang tua. Puncaknya adalah pada saat
penerimaan rapor anak. Orang tua ikut deg-degan. Maka ketika guru memanggil
nama anak kita, terjawab sudah rasa penasaran itu. Lembar demi lembar dibuka.
Hasil belajar anak-anak tertulis dengan jelas. Semoga hasilnya bagus ya Moms!
Ada
perbedaan besar peran orang tua jaman saya dahulu dengan sekarang. Dulu, jaman
saya masih sekolah, campur tangan orang tua tidak banyak. Masalah prestasi?
Mungkin tidak menjadi favorit. Masa sekolah adalah masa menyenangkan. Saya
masih memiliki waktu untuk bermain bersama anak-anak tetangga. Saya tidak
pusing memikirkan nilai sekolah. Demikian juga dengan orang tua. Tiap tahun
selalu naik kelas adalah prestasi. Saya adalah orang yang pas-pasan. Alhamdulillah
pas ingin masuk di sekolah yang saya inginkan, pas bisa.
Orang
tua sekarang makin aware terhadap perkembangan anak. Sedikit-sedikit bertanya
pada guru, teman-teman, media untuk meningkatkan prestasi anaknya. Inilah yang
terjadi pada saya dan sesama wali murid di sekolahnya anak-anak. Mungkin ini
adalah kabar baik, orang tua bisa mengetahuii pencapaian-pencapaian yang telah
dilakukan anak. Tetapi bisa pula menjadi bumerang. Bagaimana jika tidak sesuai
target? Marahkah kita?
Orang
tua rela mengeluarkan uang untuk biaya les anak. Baik yang mengikuti bimbingan belajar ataupun memanggil guru privat. Mengantarkan kesana kemari
demi tugas sekolah. Parahnya lagi, ikut membantu menyelesaikan tugas sekolah!
Semuanya demi anak. Kasihan melihat tugas anak yang menumpuk ditambah ujian
yang tak henti.
Sudah
menjadi hal yang lumrah, anak-anak sekarang pulang ke rumah makin sore. Untuk
apa lagi kalau bukan untuk mencari tambahan belajar. Demi meningkatkan
prestasi, demi mengejar ketinggalan, demi meningkatkan target sekolah. Selama
anaknya enjoy tak apalah. Kita dukung usaha anak-anak.
Bersyukurlah
jika anak-anak kita mendapatkan nilai-nilai bagus, berprestasi dan menjadi
kebanggaan di sekolah. Hari Sabtu lalu, saya menghadiri acara penerimaan rapor
di sekolah si sulung. Pada kesempatan itu, bapak kepala sekolah menyebutkan
nama anak-anak berprestasi di tingkat nasional. Sangat membanggakan ketika nama
anak dipanggil, lalu orang tua si anak diminta berdiri, dan para hadirin
memberikan applaus. Sangat membanggakan ketika tampil sebagai juara,
mengharumkan sekolah, kabupaten dan provinsi. Tak henti-hentinya sang kepala
sekolah menyebut perjuangan dan prestasi yang luar biasa ini.
Saya
ikut senang. Ikut terharu dengan perjuangan anak-anak. Tak mudah untuk
mencapainya. Kerja keras ditambah kesabaran mengikat di hati mereka. Lalu
sedikit lintasan pikiran saya berkelebat. “Pasti mudah buat anak-anak itu
melanjutkan sekolahnya nanti.”
Dengan
jalur prestasi itu memudahkan anak-anak hebat meraih cita-citanya. Mereka bisa
masuk sekolah baru tanpa mengikuti tes. Masa depan terbentang terang benderang.
Anak-anak tanpa prestasi apapun harus siap berjuang keras mengikuti ujian
seleksi di jenjang berikutnya. Sekolah-sekolah favorit banyak diburu, sementara
ketersediaan bangku lebih sedikit daripada jumlah pendaftar. Itulah kompetisi. Selalu
ada yang menang dan kalah.
Ikutlah
berbahagia ketika orang lain bahagia memang benar adanya. Ada kata-kata hebat
yang masih saya simpan. Saya lupa namanya. Saya membaca kisahnya di sebuah
majalah LMI, Oase. Seingat saya, anak ini memang pintar, dari keluarga biasa,
berhasil meraih beasiswa S2 dan S3 diluar negeri. Intinya begini, jika ingin
sukses harus melebihkan usaha diatas rata-rata. Melebihkan ikhtiar dan
ikhlas menunggu keputusan terbaik Allah.
Bagaimana
hasil rapor anak? Alhamdulillah, sambut semua pencapaian anak-anak dengan senyuman. Apapun hasilnya,
bersyukur atas perjuangan anak-anak yang berhasil menorehkan angka-angka. Rapor
si sulung sudah saya ambil hari Sabtu. Hari itu juga, suami mengikuti acara
parenting skill sekalian mengambil rapor si bungsu. Tinggal rapor si tengah
yang belum kelar. Setelah liburan baru dibagikan.
Ramainya medsos saat ini tak pelak menjadi ajang berbagi kisah si anak. Ada yang mengupload rapor anaknya. Orang-orang bisa dengan jelas membaca nilai-nilainya. But, who care?
Tapi
semoga saja cuma nilai, tidak tertera identitas kita. Nah, bahaya juga kan?
Bagaimana kalau ada orang iseng dengan semua identitas kita? Tak eloklah
kebahagian kita tercederai gara-gara memajang identitas di dalam rapor anak.
Setiap
anak memang berbeda. Tapi harapan orang tua selalu sama. Apakah ada yang salah?
Saya yakin setiap orang tua menginginkan yang terbaik buat anak-anaknya. Tapi,
terbaik di mata manusia sangat berbeda di mata Allah. Jalan yang ditempuh setiap
anak seringkali tak sama persis.
Apapun
nilai rapor anak, terimalah dengan lapang dada. Tak perlu dibandingkan dengan
saudaranya atau temannya. Karena setiap anak itu unik. Setiap anak adalah
juara. Setiap anak diberikan Allah talenta, keunggulan yang akan sanggup bertahan dan menjadi pemenang dalam kehidupannya. Menerima dengan senyuman lebih menyenangkan dan menyehatkan.
Selamat
menikmati hasil perjuangan anak-anak. Semoga tercapai cita-cita terbaik mereka!
Belum ada Komentar untuk "Bijak Menyikapi Hasil Rapor Anak"
Posting Komentar
Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!