Jangan Lupa Bahagia




Kemarin saya menghadiri acara perpisahan si sulung di SMP. Duduk berdekatan dengan seorang teman yang mulai akrab sejak anak-anak kami kelas 1 SMP. Kami bercerita banyak tentang kesibukan dan kerepotan masing-masing menyiapkan kostum untuk acara ini. Padahal anak-anak kami sama-sama laki-laki.

Kostum perpisahan anak-anak adalah kemeja putih, jas hitam, dasi hitam, sepatu pantovel hitam. Gampang bukan! Saya pikir anak saya bisa mengurus sendiri. Jadi saya tidak perlu ikut campur tangan. Atau mungkin ada temannya yang bersedia mengurus persewaan jas seperti acara kartini dulu. Cukup membayar sekian lalu dapat kostum. Beres!

Sebenarnya pemberitahuan tentang kostum sudah jauh-jauh hari. Tapi, saya pikir mudah saja. Seperti tadi saya katakan, dia bisa mengurus sendiri.

Ternyata tidak, sodara-sodara! Hari sabtu adalah pembagian undangan, dan pengumuman tentang perpisahan. Sabtu dan minggu saya dan keluarga keluar kota dan baru dapat undangan hari senin. Perasaan saya sudah tidak nyaman saja.

Benar saja, “Ibu, temanku tidak ada yang sewa jas. Aku pakai sepatu pantovel....celanaku cingkrang...”

“Tidak mungkin tidak ada yang pinjam. Pastilah ada yang pinjam di salon, rias pengatin.”

“Tapi semua yang kutanya tidak ada yang pinjam.”

Saat itulah saya sadar bahwa harus segera bertindak! Berburu keperluannya. Secepatnya. Lupakan kedua adiknya, mereka aman bersama mbak.

Bukan saya saja yang mengalami kejadian serupa. Teman-teman saya juga mondar mandir mencari semua keperluan anaknya. Abaikan pantas dan tidak baju itu. Yang penting adalah bisa dipakai. Terserah, kedodoran atau tidak. Tak usah peduli ini baju milik pak dhe, pak lik, bapak, temannya bapak, atau siapa saja. Yang penting bisa pakai jas. Harga jas itu mahal sodara-sodara!

Terakhir adalah mencari sepatu. Saya yakin anak-anak tidak suka memakai sepatu pantofel. Kalaupun terpaksa memakai pasti pada saat acara tertentu. Seperti acara ini. Memang acara resmi cocoknya memakai sepatu tersebut. Dengan alasan tersebut lebih baik pinjam saja. Saya datang ke rumah keluarga suami. Disana ada bapak-bapak dan mas-mas yang kakinya besar-besar seperti anakku. Ternyata dugaanku salah! Tidak ada yang muat!

Bapak mertua sampai kasihan melihat cucunya. Dua lembar uang merah diberikan buat beli sepatu. Orang-orang bilang harga sepatu pantofel sekitar 200 ribu.

Pikir saya kenapa harus membeli mahal? Memakainya saja jarang sekali. Lebih baik membeli di pasar saja. Murah meski kualitas tidak terjamin (abaikan kalimat ini). Yang penting bisa dipakai! Maka di siang yang panasnya menyengat itu saya dan anak berangkat ke pasar jalan kaki. Setelah dua kali ban sepeda motor bocor dan saya titipkan ke tukang tambal ban depan lapangan.

Di pasar baru saya bertemu dengan tetangga yang keluarganya adalah penjual sepatu sandal dan tas. Disuruhnya saya mencari di salah satu kiosnya. Tinggal satu pasang yang ukurannya pas dengan anak saya. Untuk harga saya tidak berani menawar lagi. Harga tetangga pastilah berbeda dengan harga konsumen lain. (Cerita begini ke teman jadi kena marah. Dia beli lebih mahal 20 ribu!)

Tiba di rumah rasanya lega sekali. Ingin tidur dengan nyenyak tapi tak bisa. “Ada gladi bersih jam setengah empat.”

Perasaan saya masih tak nyaman dengan sepeda motor. Berangkat ke Graha Sandiya (tempat acara perpisahan besok) dengan rasa was-was. Ada masalah dengan ban lagi. Kalau ke tukang tambal ban untuk ketiga kalinya sungguh tak mungkin. Satu-satunya pilihan adalah memompa ban saja. Setidaknya sepeda motor ini masih bisa dipakai sampai tujuan, sampai kembali ke rumah dan menjemputnya pulang.

“Kalau besok pagi motor mogok, saya nggak tahu lagi. Ibu punya rencana buat kamu. Naik sepeda sendiri ke sana.”

Dia bengong menatap saya, “Apa!”

Kami sepakat. Meski dia merasa sangat terpaksa.

Pagi-pagi saya buka hp dan ada sms dari ketua paguyuban pusat yang mengatakan bahwa pengurus paguyuban orang tua siswa (saya bendahara) dimohon memakai kebaya. Pemberitahuan ini dikirim malam hari ketika saya sudah tertidur.

Apa! Saya baca berkali-kali juga tidak akan mengubah tulisan itu. Saya buka lemari baju sama saja. Keadaan tidak berubah. Masalah belum selesai. Padahal kemarin saya tanya anak saya, “Ibu pakai baju apa?”

Pertama dia jawab, putih. Lalu diralat, terserah, kata guruku, “Orang tua pasti akan memakai baju terbaik untuk anaknya.” Terakhir katanya, “Ibu tanya temannya ibu saja.”

Karena saya masih bingung akhirnya saya tanya teman, “Bebas rapi.” Sorak-sorak bergembira saat itu juga. Saya tidak terlalu peduli masalah baju. Saya cuma kepikiran dengan sepeda motor saya!

Kembali ke topik kebaya? Saya tidak punya kebaya! Daripada bingung mikir kebaya saya pilih pakai tunik batik saja. Semoga agak mirip (mirip dari mana?).

Alhamdulillah sepeda motor masih bisa dipakai. Saya jalan pelan-pelan. Rasanya masih ada yang tidak nyaman dengan roda belakang. Saya tidak tahu apa yang bermasalah. 

Begitu bertemu dengan ibu-ibu paguyuban, langsung saja saya berkata, “Maaf saya tidak punya kebaya.” (cari-cari alasan!)

Beruntung sekali bukan saya saja yang salah kostum, ada ibu-ibu lain yang menemani saya. Kalau salah rasanya pengen cari teman saja. Biar tidak bete sendirian. Keberuntungan kedua adalah ketua paguyuban kelas bersedia menggantikan posisi saya untuk memberikan bingkisan kepada wali kelas. You saved my life!

Well, panjang banget curhat rempongnya si emak. Sebenarnya apa sih yang membuat ibu-ibu begitu rela melakukan ini itu demi anak-anak? Kadang terselip rasa jengkel tapi mau saja berangkat.

Intinya adalah karena kasih sayang yang ikhlas. Andai setiap ibu meminta bayaran terhadap pekerjaan rumah tangga hingga pengurusan anak-anak, betapa mahalnya! Andai gaji suami tak cukup memadai....

Ikhlaslah yang membuat hati tenang dan kuat menghadapi lika-liku kehidupan. Ikhlaslah yang membuat saya mampu tersenyum gembira bersama anak-anak. Dan ikhlaslah yang membuat kita semua bahagia. InsyaAllah.
Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

Belum ada Komentar untuk "Jangan Lupa Bahagia"

Posting Komentar

Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel