Les, Perlu atau Tidak
Kamis, 12 Mei 2016
4 Komentar
Banyak
orang yang masih mempertanyakan pentingnya anak-anak mendapat tambahan belajar
atau les. Apa iya? Lalu bagaimana tingkat kemampuan anak menyerap pelajaran di
sekolah? Masih kurang atau sudah cukup?
Mengikuti
les/bimbingan belajar atau tidak itu sangat subyektif. Tidak ada paksaan kok jika anak-anak tidak
mengikuti les, baik di bimbingan belajar maupun privat. Anak-anak di desa tidak
mengenal les. Berbeda dengan anak-anak di kota.
Saat
ini seolah-olah anak-anak dipaksa untuk menguasai berbagai ilmu dalam satu
waktu. Meski mereka tidak memiliki kecenderungan dan kemampuan di di semua bidang, tapi harus mengusainya. Entah apa yang sebenarnya diinginkan lembaga
pendidikan yang bernama sekolah itu dengan kurikulum yang rajin berubah.
Nggak
update kalau nggak les. Demi meningkatkan prestasi belajar anak, les/bimbingan belajarpun menjamur. Mereka gencar sekali
menawarkan program dan promo pada sekolah-sekolah favorit. Promonya macam-macam.
Ada yang diminta mencoba dulu. Ada memberikan diskon untuk anak-anak dengan
peringkat kelas tertinggi. Ada pula yang memberikan diskon jika mendaftar
rombongan.
Contohnya
saja di sekolah si sulung, hampir semua anak di kelasnya mengikuti bimbel.
Yang tidak ikut bisa dihitung dengan jari. Orang tua sangat mendukung dan
memfasilitasinya. Kenapa? Karena semua orang tua pasti ingin anaknya pintar
dengan paramenter angka.
Bagi
saya pribadi, mengikuti les atau tidak itu tergantung orang tua dan anak. Jika
orang tua bersedia membiayai dan anaknya semangat belajar, ya silakan. Tapi
kalau orang tua saja yang ingin anaknya les, maka akan sia-sia. Anak akan malas
datang dan malas pula belajarnya.
Setiap
anak itu berbeda. Baik dari kemampuan belajarnya, maupun kecenderungannya untuk
menekuni suatu bidang yang disukai. Orang tua tidak perlu memaksakan
keinginannya pada anak. Tapi yakinlah bahwa setiap anak itu hebat!
Menginjak
tahun ajaran baru, teman-teman si sulung berbondong-bondong mengikuti les/bimbel.
Sementara dia tidak. Ini memang kesepakatan saya dan dia. Tidak masalah, selama
dia masih mampu saja. Sejauh ini alhamdulillah anaknya baik-baik saja. Ada anak teman saya yang tidak ikut les, tapi nilainya
tetap terbaik. Orang tuanya sangat mendukung sekali. Belajar bersama orang tuanya
sudah seperti les saja.
Sementara
anak kedua saya meminta untuk ikut les. Silakan saja. Saya tetap mendukungnya.
Karena saya tahu dia menyadari kekurangannya. Di rumah saja belajarnya pada waktu-waktu
yang wajib, yaitu menjelang ulangan. Itupun cukup beberapa menit.
Awalnya
saya ragu ketika anak kedua saya ikut les. Maka saya bilang dicoba dulu. Dalam
satu bulan bagaimana hasilnya. Ternyata dia senang, satu bulan terjadi
peningkatan, maksudnya nilai-nilai ulangannya mulai membaik, maka les tetap
diteruskan. Jadi silakan saja.
Setiap
anak memiliki gaya belajar masing-masing. Ketika anak saya ikut les bersama
teman-temannya, dia lebih bersemangat. Lebih mandiri belajarnya.
Kembali
kepada anak, apa manfaat les buat anak?
Pastinya kalau ikut les/bimbel dengan sungguh-sungguh InsyaAllah hasilnya baik. Selama anaknya
enjoy, les/bimbel itu menyenangkan. Sehingga mudah menerima pelajaran, mudah
mengerjakan soal-soal ujian. Anak lebih percaya diri. Satu lagi yang saya suka, ketika anak saya bisa
mengajari teman-temannya. Karena ilmu itu semakin digunakan semakin kita bisa.
Kalau
orang tua masih memiliki waktu dan tenaga, tidak ada
salahnya untuk menemani mereka belajar. Duduk bersama dengan santai. Mendengarkan curhatnya lalu masuk ke point penting(belajar). Membantu mengajari tugas-tugas mereka
dan mengajari materi yang belum dimengerti. Tidak perlu mengeluarkan biaya dengan mengikuti les/bimbel. Anak juga tidak lelah didera jadwal les. Tentunya belajar bersama orang tua akan meningkatkan kualitas hubungan keluarga.
Berikut
adalah hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum memutuskan untuk mengikuti
les/bimbingan belajar:
1.
Orang
tua sanggup membiayai.
2.
Guru
yang berkualitas.
3.
Semangat
belajar anak.
4.
Kesesuaian
program bimbels/les yang ditawarkan.
5.
Testimoni
dari alumnus.
Ada
masanya ketika anak merasa bosan, malas, capek dan tidak bersemangat mengikuti
les/bimbingan belajar. Bagaimana menanganinya?
1.
Cari
tahu penyebabnya! Dengan demikian, orang tua ikut membantu menyelesaikan masalah
anak. Dalam kasus seperti ini biasanya karena tugas-tugas dari sekolah yang
menumpuk ditambah jadwal ulangan yang sudah mengantre.
2.
Tetapkan
prioritas. Mana yang mau dikerjakan dulu. Pilih yang waktunya mendesak.
Anak-anak belajar membuat jadwal kegiatannya.
3.
Dukung
anak. Beri semangat kepada anak-anak untuk meningkatkan kemampuannya.
Mengikuti
les/bimbingan belajar adalah sebuah pilihan. Setiap pilihan mengandung resiko,
menjadi baik dan lebih baik. Jangan lupa untuk selalu menyelipkan doa untuk anak-anak
tercinta kita.
Semoga
bermanfaat!
Setuju mbak, les tanpa kemauan anak, sama arti buang-buang duit dan malah bikin anak stres.
BalasHapusEmang uangnya ya, mba.
HapusAku dulu tukang maksa anak untuk les. Tapi dulu anak2 pernah jenuh. Jadinya, sekarang mereka les saat mau ujian kelulusan aja. Pas kelas 6 dan pas kelas 9. Kasian. Yang penting belajar maksimal aja di sekolah dan di rumah...
BalasHapusBiasanya di jenjang akhir itu anak2 itu ikut les/bimbel. Dari sekolah juga ada tambahan belajar. Dan memang hampir semua anak ikut.
Hapus