Oleh-Oleh dari Desa
Minggu, 22 Mei 2016
12 Komentar
Selain sayur-mayur dan buah-buahan apa sih oleh-oleh dari desa?
Masakan!
Ehm..lumayan bukan. Hemat. Tidak perlu bersusah payah memasak di dapur, sudah
ada makanan. Tinggal makan saja.
![]() |
Lepet berbahan dasar ketan dan kelapa parut. |
Dapat
oleh-oleh itu rasanya bagaimana ya?
Senang
dong! Ini rejeki. Tentu diterima dengan hati gembira. Seperti saya, tadi pagi
kedatangan bulik dari desa. Bulik ini kalau datang ke rumah selalu saja membawa
makanan. Macam-macam menunya dan dimasukkan ke dalam dua keranjang. Satu untuk
saya dan satu lagi untuk adik ipar.
Siapa
sih yang mau menolak makanan! Ups, makanannya super banyak, super berat, dan bikin
cepat kenyang. Saya dan adik ipar sudah sering mengingatkan, tidak perlu
membawa makanan sebanyak ini. Kalau mau datang ya datang saja. Tidak perlu
repot-repot. Kita senang kok kedatangan tamu. Tapi kalau banyak makanan
begini... aduh, bagaimana menghabiskannya?
“Ini
rejeki, jangan ditolak.” Nasihat bijak almarhumah ibu masih terngiang di
telinga. “Kalau kamu nggak suka pemberian orang, janganlah ditolak.”
“Kalau
nggak doyan?,” bantah saya.
“Tetap
diterima. Hargai pemberian orang. Dan kalau nggak dimakan, bisa dikasihkan
orang lain.”
Saya
ingat nasihat almarhumah ibu. Awalnya, dulu kalau dikasih makanan dan saya
tidak doyan, langsung saja saya katakan. Itu kalau yang kasih teman dekat. Jadi
saya yakin teman saya bisa memaklumi, karena kita akrab.
Saya
mikirnya sederhana saja, mengapa kita menerima makanan itu tapi tidak bisa
menikmati. Sayang sekali, bukan! Lebih baik ngomong jujur saja. Agar tidak
terjadi berulang kali. Dan agar dikasih seperti keinginan (Huh, maunya!).
Pikiran
tersebut mulai berubah ketika mendapat nasihat dari almarhumah ibu. Saya rasa
nasihat tersebut ada benarnya. Masak orang memberi makanan ditolak. Rasanya
nggak banget!
Akhirnya
saya belajar menerima. Menerima dengan gembira pemberian orang. Dengan senyum
termanis sebagai ungkapan terima kasih. Pemberian itu sebagai ungkapan kasih
sayang dari teman, saudara, tetangga, orang tua/mertua, atau siapa saja deh. Pemberian itu adalah
untuk menghargai kita. Orang Jawa suka pakewuh. Tidak nyaman kalau bertandang
ke rumah sanak saudara dengan tangan hampa. Alias tidak membawa oleh-oleh sama
sekali. Apalagi kalau lama tidak bertemu...
Oleh-oleh
itu sebagai media untuk memperat tali silaturahim. Ternyata si A, si B atau si
C masih ingat ya sama saya. Ini buktinya, saya dibawakan oleh-oleh. Hanya saja,
kadang kerena tidak sesuai dengan harapan kita merasa biasa saja.
Dikasih
makanan dan tidak suka atau bahkan tidak doyan, bagaimana? Kalau tidak suka
berarti masih doyan, hanya kurang senang dengan makanan tersebut karena satu
dan lain sebab. Tapi kalau tidak doyan artinya benar-benar tidak makan. Beda
deh. Sebaiknya tetap diterima saja.
Seperti
ini ada ketupat senampan ditambah lepet, sayur satu panci. Masih ditambah krupuk. Mantap banget buat makan siang! Tinggal mencari minuman segar saja. Saya yakin
seyakin-yakinnya kalau masakan itu super pedas. Kami orang pesisir sangat paham
dengan selera ini.
Sementara
saya baru sembuh dari sakit maag. Apa daya saya! Tidak sanggup menikmati
masakan bulik.
Ini
rejeki kita. Iya, benar, rejeki bersama. Di rumah hanya saya dan dua anak kecil. Lalu siapa
yang akan menghabiskan makanan sebanyak itu kalau tidak dibagi dengan orang
lain. Perut ini ada batasnya. Dan tidak sembarang makanan bisa masuk.
Berbahagialah kita yang berkesempatan mendapat banyak makanan. Artinya kita masih diberi kesempatan untuk
berbagi. Jangan sampai makanan mubazir di rumah karena tidak ada yang mau
makan. Sementara di dekat kita ada yang kesulitan untuk sekedar mengganjal
perutnya.
Lirik
sayang tetangga terdekat. Maka makanan itu tiba juga di rumah tetangga. Keluarganya
sedang berkumpul. Cocok deh untuk diajak menghabiskan ketupat.
Semoga berkah
ya!
Betul juga, jadi bisa berbagi juga dengan orang lain ya.
BalasHapusIya. Karena berbagi itu menyenangkan.
HapusLepet, kupat, dan sejenisnya, banyak dibuat saat lebaran kecil di kampung kami, yaitu tanggal 8 Syawal. :)
BalasHapusSeminggu setelah lebaran adalah lebaran ketupat. Saya ikut menikmati ketupat karena dapat kiriman dari kerabat.
Hapusakhirnya malah bisa saling berbagi ya mb
BalasHapusaih indahnya kebersamaan ;D
Berbagi tapi gak modal itu ya gini ini....
HapusHihihi kalau ngomongin oleh oleh dari desa sudah lama nih saya tidak berkunjung ke kampung halaman bapa saya.
BalasHapusMakanan dari desa emang ngangeni.
HapusJadi ingat dulu kalau nenek saya datang dari desa juga banyaaak sekali bawa makanan dan enak2 semua :D
BalasHapusLangsung makan dong.
HapusAku suka lepet, suka banget.
BalasHapusHarusnya bisa dikirim. nih lepetnya.
Hapus