Alasan Anak Tidak Mau Makan
Rabu, 25 Mei 2016
2 Komentar
Seperti
biasa pagi hari adalah saat yang penuh drama. Emak-emak, ibu-ibu, mama-mama, bunda-bunda yang
mempunyai balita sering merasakan keadaan seperti ini, bukan? Kadang-kadang
sampai membuat emosi naik tak terkendali. Aih, sudahlah para ibu pasti punya
jurus jitu menangani anak-anaknya.
Dimulai
dari bangun tidur, anak-anak yang kelaparan merengek-rengek. Atau segera
mencari sesuatu yang ada di meja makan, lemari es, atau sembarang tempat yang
mengandung unsur makanan. Sementara ibu ngapain?
Jelas
saja, saya juga sibuk menyiapkan makan pagi beserta printilannya dan
perlengkapan anak-anak. Khusus yang sudah SD menyiapkan sendiri
barang-barangnya.
Tapi
namanya juga anak-anak. Kadang-kadang rajin kadang juga malas. Kadang-kadang
saya ngomong sekali langsung dituruti, kadang sampai berkali-kali tidak ada
reaksi. Bete to the maks! (Ayo ngaku deh, ibu-ibu juga pernah mengalami ini
keadaan ini bukan?)
“Dek,
jangan makan jajan banyak-banyak. Minum air putih ya.” Perintah saja berlalu
bagai angin. Tangan kecilnya mencomot kue-kue dalam toples.
Dia
sedang lapar. Tapi kok tidak kunjung berhenti ya? Saya kasih peringatan lagi.
Apa
hasilnya? Si anak marah-marah. Dua minuman dingin dihabiskannya secara sembunyi-sembunyi.
Aduh!
Bisa tidak makan pagi dong. Lha dia sudah kenyang duluan.
Bagi
anak-anak, makan pagi atau sarapan adalah makan apa saja yang penting kenyang.
Bukankah semalam habis puasa. Ya, selama tidur kita tidak makan dan minum
kira-kira 7-8 jam. Nah begitu bangun, perut seperti sedang konser. Semakin lama
semakin nyaring bunyinya. “Ayo makan!” mungkin begitu pinta perut. Nunggu ibu
selesai memasak masih lama. Jadinya comot snack sampai kenyang.
Tiba
waktunya makan, perut sudah terasa kenyang. Apa hendak dikata? Perut sudah tak
muat lagi.
![]() |
Nasi goreng sea food |
“Ibu
sih kelamaan masaknya?”
Kok,
ibu yang disalahkan. Padahal saya sudah mengerahkan segala daya dan upaya untuk
mensukseskan kebiasaan makan pagi yang sehat.
Eit,
anak saya, mulai dari si sulung sampai yang terkecil selalu mempunyai alasan
untuk menolak makan.
Nah,
si kecil ini bilang, “Nggak apa-apa. Nanti makan kok.”
Sementara
saya masih ngoprek sayur, bumbu dapur, dsb di dapur. Sedikit lega ketika
makanan sudah siap...”Ayo makan!”
Semua
anak saya kumpulkan. Piring mereka sudah ada isinya. Menu sederhana untuk pagi
yang selalu sibuk.
Si
kecil bilang begini, “Nanti aja.”
Mulailah
jurus rayuan pulau kelapa eh rayuan maut. Ternyata tidak mempan. Sebaliknya dia
makin marah saja. Dua kakaknya sudah duduk dengan damai di depan piring
masing-masing.
![]() |
Kwetiau goreng. |
Ini
alasan yang biasa dipakai anak-anak untuk menolak makan pagi.
·
Nanti
dulu.
·
Sakit
gigi.
·
Sakit
perut.
·
Pusing.
·
Ngantuk.
Ketika
anak tidak mau makan, orang tua hendaknya segera mencari penyebabnya. Lalu
solusinya bagaimana. Sakit bukan berarti boleh tidak makan. Sakit itu membuat
nafsu makan anak berkurang atau bahkan hilang.
Nah,
peran orang tua sangat penting untuk mengajak anak makan. Kalau biasanya bisa
makan sendiri, kali ini disuapi. Porsinya dikurangi. Makanan disesuaikan dengan
pantangan (kalau ada). Misalnya lagi diare, jangan dikasih buah-buahan. Bisa
bikin makin parah saja.
Kalau
memang sakit sungguhan sih saya bisa maklum. Tapi kalau sakitnya dibikin-bikin
saya tak rela saja. Ehm...satu-satunya alasan adalah karena dia sudah kenyang
saja. Tapi si anak tidak akan mau ngomong jujur seperti itu.
Orang
tua pasti tahu dong, anak kita ngomong jujur atau tidak. Sakit sungguhan dan
bohongan pasti berbeda. Saya biasa mengenalinya dari raut wajahnya.
Untuk
menghindari makan, dibuatlah alasan-alasan itu. Saya sudah hafal sekali. Meski
demikian, saya selalu mendengarkan apapun alasannya. Anak senang kalau orang
tua percaya dengan kata-katanya. Meski saya merasa itu lucu. Anggap saja
hiburan gratis.
Saya
perhatikan anak saya. Dia memegangi salah satu pipinya. “Sakit..aduh...sakit!
hu...hu...hu.”
Kalau
sudah begini, saya tidak tahan untuk tertawa. Dan tangisnya makin menjadi-jadi.
Kalau
anak bisa membuat alasan, mestinya ibu lebih jago dong. Ibu memiliki segudang
pengetahuan tentang pentingnya makan pagi untuk menjaga tubuh tetap sehat. Anak
pasti senang mendengarkan. Dengan kata-kata sederhana, anak-anak akan lebih
mudah memahami.
Saya
biasa bercerita tentang manfaat sayur mayur, lauk-pauk hingga buah-buahan.
Karena makan bukan hanya nasi, boleh kok diganti lainnya. Seperti roti, mie,
bakso, dsb. Yang penting adalah kebutuhan nutrisi tubuh terpenuhi. Tentu semua
yang berkaitan dengan tumbuh kembang anak-anak. Well, lebih keren mana, alasan anak atau ibu?
Berikut
adalah beberapa tips yang bisa dilakukan ibu untuk mengajak anak-anak makan:
·
Beri
waktu untuk menikmati rasa malasnya (malas makan).
·
Hargai
apapun alasannya, dengan begitu dia merasa senang dan diperhatikan.
·
Beri
penjelasan pentingnya makan bagi tubuh.
·
Ajak
makan bersama keluarga.
·
Buat
permainan singkat.
·
Beri
makanan pengganti.
Tapi
kalau memang si anak sudah kenyang, apa boleh buat, sekali-sekali gagal makan
pagi yang sehat tak apa. Bukankah dia sudah kenyang tadi. Kelonggaran seperti
ini tidak untuk dibiasakan. Namun seiring dengan bertambahnya usia anak,
bertambah pula pemahaman tentang makanan sehat.
Bicara
dengan anak-anak itu seperti mengulang pelajaran di sekolah. Entah sudah berapa
kali saya bicara tentang manfaat makanan bagi tubuh. Begitulah, mengulang dan
mengulang lagi. Semoga saja tidak ada rasa bosan. Saya yang bosan atau
anak-anak yang bosan. Karena salah satu peran penting orang tua adalah untuk
memberikan pemahaman yang baik disertai contoh yang nyata. Bicara teori saja
lebih cepat menguap.
Biasanya
makanan yang disukai anak-anak adalah dilarang orang tua. Benar tidak ya?
Seperti cokelat, es ketika sakit batuk. Wah, kalau yang seperti ini makannya
sambil sembunyi. Atau fast food, mie instant, makanan yang mengandung MSG, dsb.
Kata anak-anak sih, makanan dengan MSG itu lebih gurih dan menyenangkan. Trus,
makannya tidak berhenti kalau tidak sampai habis. Nah, lo!
Bagi
saya melarang anak makan tersebut sama saja dengan membuat mereka semakin
penasaran. Boleh asal... Selama tidak berlebihan dan tidak alergi dan boleh-boleh
saja mengkonsumsi makanan instant. Tapi... tetap ada pedoman agar tidak
kebablasan atau bahkan menjadi kebiasaan.
Anak-anak
tidak mungkin menghindari sepenuhnya makanan instant. Makanan itu ada disekitar
kita. Bisa saja di rumah mereka tidak makan tapi kalau diluar mereka begitu
menikmatinya. Misalnya saja, ketika sedang main di rumah teman dan dan disuguhi
mie instant. Wah, mereka ini senangnya bukan main. Pasti dong dimakan sampai
tandas. Sementara orang tua tidak bisa melarang.
Di
media, makanan seperti itu dibuat semenarik mungkin. Iklannya bikin ngiler.
Kebayang bukan, pikiran anak-anak yang super lugu itu dijejali dengan iklan
makanan. Bagi anak yang mudah tergoda, bisa saja dia merengek-rengek terus
meminta makan itu. Jadi mereka boleh makan tapi ada batasnya. Tidak tiap hari.
Oh no! Tubuh mereka sangat berharga untuk menampung junk food.
Mindset
anak dan orang tua memang berbeda. Kalau dia yang penting makan enak di
lidahnya, sementara orang tua berusaha memberikan makanan sehat.
So,
ibu-ibu, mama-mama, yuk tetap semangat memberikan makanan sehat buat buah hati
tercinta!
hihihi...jadi inget anakku dulu. Waktu kecil susah banget makannya, berbagai cara sudah kucoba tapi hasilnya "nol"....sekarang malah berbanding terbalik, disaat usianya memasuki tahun ke 11, nafsu makannya bikin geleng-geleng kepala, emaknya jadi pusing lagi gara2 masak untuk sehari kadang kurang, dan diapun makin gendut hiks.....
BalasHapusAnak sulungku juga begitu, mba. Semakin bertambah usia dan badan mereka, kebutuhan akan makan ikut bertambah.
Hapus