Jalan-Jalan Ke Desa




Disela-sela acara lebaran yang super padat, saya ingin mengajak anak-anak bermain-main ke desa. Bagi saya, jalan-jalan ke desa sama asyiknya dengan mengunjungi tempat-tempat wisata. Saat lebaran pasti sangat ramai.

Beberapa waktu lalu saya sempat ngobrol dengan dua karyawan bapak. Destinasi wisata yang gratis ada di kecamatan Semanding. Jujur, meski saya asli orang Tuban, tapi tidak begitu mengenal desa-desa di sekitarnya.

Dari obrolan beberapa karyawan di toko bapak, saya dibuat penasaran. Ada pemandangan indah. Apalagi kalau bisa menyaksikan matahari terbit dari celah-celah bebatuan yang selimuti kabut.

Cerita makin seru karena banyak anak muda yang rela naik motor pagi-pagi selepas shubuh. Seperti biasa, anak muda paling tahu, tempat yang tidak ramai lalu membuatnya menjadi ramai.

Mumpung suami ada di rumah, kami nekad saja mencari tempat itu. Jujur, saya tidak tahu tempatnya. Meski sudah berkali-kali bertanya kepada penduduk sekitar, kami masih tidak mempunyai tujuan yang jelas.

Tersesat di Ngroto
 
Bingung, jalannya bercabang.
Jadi ceritanya kami datang ke tempat ini karena tersesat. Salah petunjuk, salah dengar, salah mengeja nama desa. Pokoknya salah deh! Maklum belum familiar dengan namanya. Tapi tak apalah. Untuk mengobati kekecewaan, suami saya melanjutkan perjalanan. Kalau masih seputar Tuban saja, kami yakin masih bisa mencari jalan pulang.
 
Kebun cabe.
Mungkin tempat yang hendak kami tuju masih asing di telinga penduduk lokal. Jalanan sepi. Kendaraan yang lewat bisa dihitung dengan jari. Boleh dikatakan tidak ada polusi.
Kebun kayu putih.


Di sepanjang jalan banyak kebun kayu putih dan cabe. Herannya, tanaman cabe itu bisa tumbuh diantara batu-batu karang yang keras. Penduduk lokal juga memanfaatkan lahan dengan bertanam jagung.
Tambang batu kapur.

Tuban termasuk deerah berkapur. Ada banyak pegunungan kapur yang biasa ditambang dan hasilnya untuk pasar lokal dan luar kota. Tambang disini termasuk kecil-kecil. Ada yang masih beroperasi ada pula yang tidak. Lalu, dibiarkan terbengkalai. Tumpukan batu kapur yang sudah dipotong, baik dengan menggunakan mesin mapun secara tradisional dibiarkan begitu saja. Atau bahkan tinggal sisa-sisanya saja.


Daerah ini menyimpan banyak lubang bekas tambang yang menganga. Semakin lama terbengkalai, batuan kapur yang aslinya berwarna putih itu menghitam. Disekitarnya ditumbuhi semak belukar.

Kami senang bisa menikmati pemandangan alam yang masih asli, meski baru pertama kali. Untuk menikmati pemandangan pegunungan tidak perlu ke luar kota. Cukup mengunjungi desa-desa di sekitar sini saja.
Ladang jagung. Tanaman inilah yang sanggup tumbuh di lahan tandus.

Pagi itu udara terasa sejuk. Langit cerah. Angin bertiup sepoi-sepoi. Sayangnya ketika tiba di puncak sebuah dataran tinggi (mirip bukit tapi kecil), anak saya merasa kedinginan.
 
Makan pagi sederhana.

Waktunya makan pagi! Saya mengambil bekal makanan dan menikmati makan sederhana di atas bukit. Lupa membawa tikar dan koran buat duduk. Akhirnya kami duduk diatas bebatuan.

Salah satu prinsip mbolang yang saya tanamkan buat anak-anak adalah jangan buang sampah sembarangan. Saya yakin banyak orang yang telah berkunjung kesini. Saya lihat dari sampah-sampah yang berserakan. Ada banyak gelas air minum kemasan dan rokok.

Happy travelling!

Jangan nyampah!
Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

Belum ada Komentar untuk "Jalan-Jalan Ke Desa"

Posting Komentar

Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel