Jalan-Jalan Ke Desa
Minggu, 10 Juli 2016
Tulis Komentar
Disela-sela
acara lebaran yang super padat, saya ingin mengajak anak-anak bermain-main ke
desa. Bagi saya, jalan-jalan ke desa sama asyiknya dengan mengunjungi
tempat-tempat wisata. Saat lebaran pasti sangat ramai.
Beberapa
waktu lalu saya sempat ngobrol dengan dua karyawan bapak. Destinasi wisata yang
gratis ada di kecamatan Semanding. Jujur, meski saya asli orang Tuban, tapi tidak begitu mengenal desa-desa di sekitarnya.
Dari
obrolan beberapa karyawan di toko bapak, saya dibuat penasaran. Ada pemandangan
indah. Apalagi kalau bisa menyaksikan matahari terbit dari celah-celah bebatuan
yang selimuti kabut.
Cerita
makin seru karena banyak anak muda yang rela naik motor pagi-pagi selepas shubuh.
Seperti biasa, anak muda paling tahu, tempat yang tidak ramai lalu membuatnya
menjadi ramai.
Mumpung
suami ada di rumah, kami nekad saja mencari tempat itu. Jujur, saya tidak tahu
tempatnya. Meski sudah berkali-kali bertanya kepada penduduk sekitar, kami
masih tidak mempunyai tujuan yang jelas.
Tersesat
di Ngroto
Jadi
ceritanya kami datang ke tempat ini karena tersesat. Salah petunjuk, salah
dengar, salah mengeja nama desa. Pokoknya salah deh! Maklum belum familiar
dengan namanya. Tapi tak apalah. Untuk mengobati kekecewaan, suami saya
melanjutkan perjalanan. Kalau masih seputar Tuban saja, kami yakin masih bisa
mencari jalan pulang.
Mungkin
tempat yang hendak kami tuju masih asing di telinga penduduk lokal. Jalanan sepi.
Kendaraan yang lewat bisa dihitung dengan jari. Boleh dikatakan tidak ada
polusi.
![]() |
Kebun kayu putih. |
Di
sepanjang jalan banyak kebun kayu putih dan cabe. Herannya, tanaman cabe itu
bisa tumbuh diantara batu-batu karang yang keras. Penduduk lokal juga memanfaatkan
lahan dengan bertanam jagung.
![]() |
Tambang batu kapur. |
Tuban
termasuk deerah berkapur. Ada banyak pegunungan kapur yang biasa ditambang dan
hasilnya untuk pasar lokal dan luar kota. Tambang disini termasuk kecil-kecil. Ada
yang masih beroperasi ada pula yang tidak. Lalu, dibiarkan terbengkalai. Tumpukan
batu kapur yang sudah dipotong, baik dengan menggunakan mesin mapun secara
tradisional dibiarkan begitu saja. Atau bahkan tinggal sisa-sisanya saja.
Daerah
ini menyimpan banyak lubang bekas tambang yang menganga. Semakin lama terbengkalai,
batuan kapur yang aslinya berwarna putih itu menghitam. Disekitarnya ditumbuhi
semak belukar.
Kami
senang bisa menikmati pemandangan alam yang masih asli, meski baru pertama kali.
Untuk menikmati pemandangan pegunungan tidak perlu ke luar kota. Cukup
mengunjungi desa-desa di sekitar sini saja.
Pagi
itu udara terasa sejuk. Langit cerah. Angin bertiup sepoi-sepoi. Sayangnya ketika tiba di
puncak sebuah dataran tinggi (mirip bukit tapi kecil), anak saya merasa
kedinginan.
Waktunya
makan pagi! Saya mengambil bekal makanan dan menikmati makan sederhana di atas
bukit. Lupa membawa tikar dan koran buat duduk. Akhirnya kami duduk diatas
bebatuan.
Salah
satu prinsip mbolang yang saya tanamkan buat anak-anak adalah jangan buang
sampah sembarangan. Saya yakin banyak orang yang telah berkunjung kesini. Saya lihat
dari sampah-sampah yang berserakan. Ada banyak gelas air minum kemasan dan
rokok.
Happy
travelling!
Jangan
nyampah!
Belum ada Komentar untuk "Jalan-Jalan Ke Desa"
Posting Komentar
Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!