Bangga Menjadi Ibu Rumah Tangga Bahagia
Kamis, 18 Agustus 2016
20 Komentar
Di
momen kemerdekaan ini saya ingin berbagi pengalaman saja selama menjalani peran
sebagai ibu rumah tangga. Banyak hal yang saya lalui. Jalan tak selamanya mulus
dan indah seperti dalam film kanak-kanak saya, prince and princess. Happily ever after (Halah!). Selama
ini saya sering menerima curhat, ya macam-macam temanya. Tapi kali ini saya
akan membahas yang sesuai dengan topik saja.
Suatu
hari saya bertemu dengan seorang guru saya (sebut saja bapak X). Beliau ini
beberapa kali membuat kebahagiaan saya sebagai ibu rumah tangga, goyah seketika.
Pertanyaannya cukup nyentil, “Eman toh, sudah kuliah, kok nggak kerja.” Padahal
orang tua saya yang membiayai sekolah hingga lulus kuliah tidak pernah
mengatakan seperti itu.
Tidak
itu saja, beliau melanjutkan dengan menyebut sederet prestasi muridnya yang
sudah bekerja. Jabatan, status sosial, dan tentunya mengharumkan nama almamater
sekolahnya. Beliau masih hafal dengan mantan murid-muridnya tersebut. Ada yang
masih menjalin komunikasi.
Bandingkan
dengan saya, ibu rumah tangga tanpa embel-embel. Mau bilang pernah kuliah kok
ya tidak meyakinkan.
Bapak
X ini bahkan mengajak saya untuk setidaknya mencoba mengajar atau apalah, yang penting
mengamalkan ilmu dan mendatangkan rupiah. Demi menghargai beliau saya tidak
ingin berdebat. Biarlah beliau menilai saya seperti ini yang penting hidup saya
adalah milik saya. Tidak mengurangi apapun.
Beberapa
tahun silam teman-teman curhat seputar ibu rumah tangga. Intinya apa sih yang
bisa dibanggakan dari seorang ibu rumah tangga?
Lha, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga itu tidak menghasilkan uang.
Tidak keren. Tidak bikin terkenal (memang artis!). Ya, karena cuma di rumah dan
suka memakai baju kebesarannya...ehmm bilang saja nggak kekinian.
Jujur
ya, seperti yang saya sebut diatas, karena tidak ada sesuatupun yang bisa
dibanggakan. Misal, pekerjaan, jabatan, penghasilan, status, gelar, de el el...
Kalau masalah seperti ini dibahas bakal panjang dan tidak ada titiknya.
Jangan
sampai ada stereotip yang melekat pada ibu rumah tangga seperti ini: suka ketinggalan info
kecuali infotainment. Aduh nggak banget! Please, kalau masih memiliki waktu luang,
masih banyak kegiatan yang lebih bermanfaat. Minimal hafal harga-harga sembako.
Ya iyalah tiap hari belanja. Hafal banget, meski cuma naik seratus atau lima
ratus perak.
Pekerjaan
ibu rumah tangga itu memang di rumah, lokasinya ya seluas rumah plus halaman
kita. Tapi kalau diukur lumayan juga loh buat jalan-jalan. Lumayan panjang
bukan, mondar-mandir selama melakukan pekerjaan ini dan itu. Dan tentu saja
pekerjaan ibu rumah tangga itu tidak ada habisnya. Satu belum beres datang
lainnya. Apalagi kalau anak-anaknya masih kecil dan tidak ada ART. Lengkap deh!
Jangan dibayangkan, ah! Tapi dirasakan.
Pekerjaan
ibu rumah tangga itu tidak ringan. Dibutuhkan keikhlasan dan kekuatan yang
super untuk bisa survive dan bahagia. Tidak hanya mengurus rumah namun
juga keluarga. Termasuk jika di dalam rumah kita ada orang tua. Bisa beberapa
generasi. Semuanya membutuhkan pendekatan yang berbeda.
Menjadi
ibu rumah tangga itu pekerjaan yang mulia. Yang menghasilkan anak-anak yang
sehat, cerdas, hebat, sholih/sholihah. Yang akan menjadi pondasi kuat untuk
bangsa ini. Terutama sekali untuk membantu kita meraih kebahagiaan di akhirat
nanti.
Menjadi
ibu rumah tangga itupun penuh dinamika. Meski nama pekerjaannya ya itu-itu
saja. Benar tidak? Misalnya, memasak sejak jaman dahulu kala juga memasak. Yang
mungkin berbeda, ibu-ibu jaman dahulu memasak dengan menu sederhana, kalau
sekarang lebih bervariasi. Karena resep dan bahan yang mudah didapat. Atau begini,
ibu-ibu sekarang lebih suka masak yang praktis, hemat tenaga, biaya dan tentu pemakaian
peralatan dapur.
Well,
sebenarnya yang merasa seperti itu siapa sih? Apakah kehidupan kita ditentukan
oleh orang penilaian orang lain? Apakah kebahagian kita berbanding lurus dengan
materi? Ataukan perasaan yang njilmet ini yang menjadi masalah makin rumit?
Moms,
bahagia itu hak setiap orang. Yang belum bisa meraihnya, yuk mari berusaha,
lebih keras, lebih ikhlas, lebih membuka mata. Bahagia itu tidak sesederhana
kalau saya ngomong ataupun nulis disini. Tapi yakinlah bahagia itu pasti bisa
diraih oleh seorang ibu rumah tangga. Siapapun kita berbanggalah menjadi ibu
rumah tangga yang bahagia!
Jadi
sebagai seorang ibu, mesti gimana?
Enjoy
your life. Siapapun itu pastinya pengen hidupnya
bahagia. Terserah orang mau menilai apa. Tidak penting. Luruskan niat kita
dihadapan Allah.
Ikhlaslah
dengan semua pekerjaan ibu rumah tangga. Pikiran lebih enteng, jernih dan
fokus. Jangan lupa untuk selalu menebarkan kebaikan, minimal di dalam rumah.
Nikmati hari-hari bersama keluarga tercinta, tempat hati ini berlabuh.
Ibu
rumah tangga selalu memiliki waktu buat keluarga. Artinya memiliki kesempatan
untuk mengamalkan ilmu, sama seperti orang yang bekerja. Maaf, bapak X, saya
rasa disinilah tempat saya mengajarkan banyak ilmu kepada anak-anak saya, juga
anak-anak orang.
Forget
your feeling. Ya, lupakan saja perasaan.
Karena menurut saya perasaan kadang menipu. Nyatanya, perasaan ini sering
plin-plan. Yang suka main (bertindak) dengan perasaan cuma bikin jengkel.
Jadinya
mau melangkah saja mesti bertanya sama hati. Kalau hatinya sedang tidak beres
urusannya makin rumit saja. “Jangan-jangan...” Pikiran seperti (was-was) ini
dibuang saja. Ini hanya bisikan makhluk yang tidak suka dengan keberhasilan
manusia.
Bismillah
ayo melangkah. Semua kita niatkan karena Allah, demi kebaikan bersama. Kalau cuma
buat diri sendiri, kasihan keluarga bisa terlantar. Baik untuk diri kita juga
untuk keluarga, baik buat masa depan.
Gali
potensi. Saya yakin setiap kita pasti memiliki
keunikan. Setiap kita pasti memiliki potensi untuk melejitkan diri. Setiap kita
pasti mampu! Ayo diubah saja mindset kita yang negatif.
Apa
sih keterampilan yang aku suka? Memasak, menjahit, menulis, dsb. Pasti ada deh!
Mari
berkarya dan berkomunitas. Manusia itu pada dasarnya suka berkelompok.
Nah, tak ada ruginya kalau mengikuti satu atau beberapa komunitas. Bergabung
dengan komunitas yang sesuai dengan kegemaran akan menambah wawasan, ilmu,
network dan daya jual.
Dalam
komunitas, moms bisa saling support, saling menguatkan. Kalaupun ada masalah
yang sekiranya dapat dishare bisa banget meminta pendapat teman-teman.
Jika
moms menyukai keterampilan menjahit bisa banget mengikuti kursus atau belajar
dari teman. Ehm... beberapa teman yang sudah lebih dahulu bisa menjahit
biasanya dengan suka rela mengajari lainnya. Demikian juga keahlian lain,
seperti membuat bros, memasak, menyulam, menulis. Ada kok yang gratis! Dan satu
lagi bisa bawa anak.
Kabar
terakhir saya dengar teman-teman saya belajar menjahit. Sudah
bisa dong bikin baju sendiri. Dan itu “sesuatu” banget. Lainnya ada yang bisnis
kecil-kecilan. Saya berdoa semoga langkah kecil mereka dikemudian hari mampu membuatnya
bangga menjadi ibu rumah tangga yang bahagia.
Nah,
kalau sudah seperti ini, saya yakin, walaupun dirumah tetap produktif dan
bermanfaat. Selamat menjalankan peran sebagai ibu rumah tangga bahagia.
Selamat y mba, saat ini saya juga ingin mempersiapkan menjadi ibu RT bahagia nan produktif bersyukur sekali ketemu blog dan masuk komunitas blogger yang membuka mata bahwa menjadi ibu RT itu bisa menghasilkan karya. Betul kiranya berteman dengan penjual minyak wangi kita ikut harum sama halnya berteman dalam komunitas menulis saya terpacu untuk nulis dan ini yang sedang saya tabung kelak setelah resign. :)
BalasHapusSemoga selalu bahagia dengan peran kita ya, mba.
HapusMbrebes mili aku mb, pas bagian yg penting niatkan karena Alloh, bgitu banyak yg meremehkan kita sebagai IRT bahkan memandang kasian karena ga bisa menghasilkan uang sendiri, tapi pas aku balik lg ke niat...yang penting masih ada Alloh, iklas nglakuin apa apa sekarang buat ngibadah, ga mau mikirin orang mau komen nylekit. itu yg akhirnya bikin hati jadi tentrem :)
BalasHapusGak usah dipikir pendapat orang ya. It's my life!
HapusSaya inget pas dulu masih tinggal di bekasi di sebuah kompleks perumahan. Ada sepasang suami istri yg bekerja. Gak masalah sih dengan mereka. Tapi ibunya.... gila...saya dipandang sebelah mata banget sama beliau. Beliau ini juga dulu bekerja. Tp udah pensiun. Jd yg kayak ngeremehin bngt sama irt. Pas tau dulu ibu saya jg kerja..dengan entengnya dia bilang: kok kebalik to....ibunya aja kerja. Kok anaknya malah ga kerja😊 OMG
BalasHapusWaduh, sampai segitunya ngurusi orang. Ibu sama anak kok dibanding-bandingkan sih! Bekerja atau tidak itu pilihan kita.
HapusMau jadi apapun selama kita happy menjalankannya pasti semua jd ringan n menyenangkan ya mak. Ga usah mikirin kata orang yg penting kita happy :)
BalasHapusYang penting ikhlas.
HapusMakasih mak.
wktu awal2 mmutuskn jd irt, aku smpet punya perasaan minder gt mbk, tp skrg... bersyukur bgd jd irt :)
BalasHapusSama dong mba. Kita kan berproses menjadi lebih baik lagi.
HapusSama, mbak. Saya juga sering dikatain begitu. Padahal ortu yang biayi saja nggak pernah bilang begitu. Saya juga dianggap sebagai lulusan sarjana yang nggak kompeten karena dikira saya nggak kerja karena nggak keterima kerja. Tapi, disenyumin sajalah. :)
BalasHapusSudah bisa menerima keadaan ya.
HapusKalau aku yaa tergantung pilihan ya mba. Kalau pilihannya sebagai ibu rumah tangga ya harus dilakoni penuh tanggungjawab tanpa paksaan. Begitu juga saat memilih menjadi ibu bekerja. Terima kasih sudah berbagi mba
BalasHapusBenar mba, apapun pilihan kita, yang pasti ikhlas menjalaninya.
Hapussaya selalu salut pada wanita yang memutuskan full menjadi irt Mba, rasanya saya belum bisa sepenuhnya full menjadi ibu rumah tangga
BalasHapusSAma2 mba, saya juga salut kepada ibu yang bekerja.
HapusTfs mba 😊 saya pun bahagia dan bangga menjadi seorang irt
BalasHapusSemoga tetap ikhlas dan istiqomah dengan peran kita ya, mba.
Hapus"Berisik" itu memang berasal dari mulut orang lain, bukan dari keluarga. Ini kalau saya, hehe... Saya pernah nulis, bagi perempuan yg kreatif, dapur pun bisa jadi tempat produktif yg bisa menghasilkan uang.
BalasHapusNggak usah diperhatikan yang bikin "berisik" itu ya, mba.
Hapus