Bangga Menjadi Ibu Rumah Tangga Bahagia




Di momen kemerdekaan ini saya ingin berbagi pengalaman saja selama menjalani peran sebagai ibu rumah tangga. Banyak hal yang saya lalui. Jalan tak selamanya mulus dan indah seperti dalam film kanak-kanak saya, prince and princess. Happily ever after (Halah!). Selama ini saya sering menerima curhat, ya macam-macam temanya. Tapi kali ini saya akan membahas yang sesuai dengan topik saja.


Suatu hari saya bertemu dengan seorang guru saya (sebut saja bapak X). Beliau ini beberapa kali membuat kebahagiaan saya sebagai ibu rumah tangga, goyah seketika. Pertanyaannya cukup nyentil, “Eman toh, sudah kuliah, kok nggak kerja.” Padahal orang tua saya yang membiayai sekolah hingga lulus kuliah tidak pernah mengatakan seperti itu.

Tidak itu saja, beliau melanjutkan dengan menyebut sederet prestasi muridnya yang sudah bekerja. Jabatan, status sosial, dan tentunya mengharumkan nama almamater sekolahnya. Beliau masih hafal dengan mantan murid-muridnya tersebut. Ada yang masih menjalin komunikasi.

Bandingkan dengan saya, ibu rumah tangga tanpa embel-embel. Mau bilang pernah kuliah kok ya tidak meyakinkan. 

Bapak X ini bahkan mengajak saya untuk setidaknya mencoba mengajar atau apalah, yang penting mengamalkan ilmu dan mendatangkan rupiah. Demi menghargai beliau saya tidak ingin berdebat. Biarlah beliau menilai saya seperti ini yang penting hidup saya adalah milik saya. Tidak mengurangi apapun.

Beberapa tahun silam teman-teman curhat seputar ibu rumah tangga. Intinya apa sih yang bisa dibanggakan dari seorang ibu rumah tangga?  Lha, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga itu tidak menghasilkan uang. Tidak keren. Tidak bikin terkenal (memang artis!). Ya, karena cuma di rumah dan suka memakai baju kebesarannya...ehmm bilang saja nggak kekinian.

Jujur ya, seperti yang saya sebut diatas, karena tidak ada sesuatupun yang bisa dibanggakan. Misal, pekerjaan, jabatan, penghasilan, status, gelar, de el el... Kalau masalah seperti ini dibahas bakal panjang dan tidak ada titiknya.

Jangan sampai ada stereotip yang melekat pada ibu rumah tangga seperti ini: suka ketinggalan info kecuali infotainment. Aduh nggak banget! Please, kalau masih memiliki waktu luang, masih banyak kegiatan yang lebih bermanfaat. Minimal hafal harga-harga sembako. Ya iyalah tiap hari belanja. Hafal banget, meski cuma naik seratus atau lima ratus perak.

Pekerjaan ibu rumah tangga itu memang di rumah, lokasinya ya seluas rumah plus halaman kita. Tapi kalau diukur lumayan juga loh buat jalan-jalan. Lumayan panjang bukan, mondar-mandir selama melakukan pekerjaan ini dan itu. Dan tentu saja pekerjaan ibu rumah tangga itu tidak ada habisnya. Satu belum beres datang lainnya. Apalagi kalau anak-anaknya masih kecil dan tidak ada ART. Lengkap deh! Jangan dibayangkan, ah! Tapi dirasakan.

Pekerjaan ibu rumah tangga itu tidak ringan. Dibutuhkan keikhlasan dan kekuatan yang super untuk bisa survive dan bahagia. Tidak hanya mengurus rumah namun juga keluarga. Termasuk jika di dalam rumah kita ada orang tua. Bisa beberapa generasi. Semuanya membutuhkan pendekatan yang berbeda.

Menjadi ibu rumah tangga itu pekerjaan yang mulia. Yang menghasilkan anak-anak yang sehat, cerdas, hebat, sholih/sholihah. Yang akan menjadi pondasi kuat untuk bangsa ini. Terutama sekali untuk membantu kita meraih kebahagiaan di akhirat nanti.

Menjadi ibu rumah tangga itupun penuh dinamika. Meski nama pekerjaannya ya itu-itu saja. Benar tidak? Misalnya, memasak sejak jaman dahulu kala juga memasak. Yang mungkin berbeda, ibu-ibu jaman dahulu memasak dengan menu sederhana, kalau sekarang lebih bervariasi. Karena resep dan bahan yang mudah didapat. Atau begini, ibu-ibu sekarang lebih suka masak yang praktis, hemat tenaga, biaya dan tentu pemakaian peralatan dapur.

Well, sebenarnya yang merasa seperti itu siapa sih? Apakah kehidupan kita ditentukan oleh orang penilaian orang lain? Apakah kebahagian kita berbanding lurus dengan materi? Ataukan perasaan yang njilmet ini yang menjadi masalah makin rumit?

Moms, bahagia itu hak setiap orang. Yang belum bisa meraihnya, yuk mari berusaha, lebih keras, lebih ikhlas, lebih membuka mata. Bahagia itu tidak sesederhana kalau saya ngomong ataupun nulis disini. Tapi yakinlah bahagia itu pasti bisa diraih oleh seorang ibu rumah tangga. Siapapun kita berbanggalah menjadi ibu rumah tangga yang bahagia!

Jadi sebagai seorang ibu, mesti gimana?

Enjoy your life. Siapapun itu pastinya pengen hidupnya bahagia. Terserah orang mau menilai apa. Tidak penting. Luruskan niat kita dihadapan Allah.

Ikhlaslah dengan semua pekerjaan ibu rumah tangga. Pikiran lebih enteng, jernih dan fokus. Jangan lupa untuk selalu menebarkan kebaikan, minimal di dalam rumah. Nikmati hari-hari bersama keluarga tercinta, tempat hati ini berlabuh.

Ibu rumah tangga selalu memiliki waktu buat keluarga. Artinya memiliki kesempatan untuk mengamalkan ilmu, sama seperti orang yang bekerja. Maaf, bapak X, saya rasa disinilah tempat saya mengajarkan banyak ilmu kepada anak-anak saya, juga anak-anak orang.

Forget your feeling. Ya, lupakan saja perasaan. Karena menurut saya perasaan kadang menipu. Nyatanya, perasaan ini sering plin-plan. Yang suka main (bertindak) dengan perasaan cuma bikin jengkel. 

Jadinya mau melangkah saja mesti bertanya sama hati. Kalau hatinya sedang tidak beres urusannya makin rumit saja. “Jangan-jangan...” Pikiran seperti (was-was) ini dibuang saja. Ini hanya bisikan makhluk yang tidak suka dengan keberhasilan manusia.

Bismillah ayo melangkah. Semua kita niatkan karena Allah, demi kebaikan bersama. Kalau cuma buat diri sendiri, kasihan keluarga bisa terlantar. Baik untuk diri kita juga untuk keluarga, baik buat masa depan.

Gali potensi. Saya yakin setiap kita pasti memiliki keunikan. Setiap kita pasti memiliki potensi untuk melejitkan diri. Setiap kita pasti mampu! Ayo diubah saja mindset kita yang negatif.

Apa sih keterampilan yang aku suka? Memasak, menjahit, menulis, dsb. Pasti ada deh!

Mari berkarya dan berkomunitas.  Manusia itu pada dasarnya suka berkelompok. Nah, tak ada ruginya kalau mengikuti satu atau beberapa komunitas. Bergabung dengan komunitas yang sesuai dengan kegemaran akan menambah wawasan, ilmu, network dan daya jual.

Dalam komunitas, moms bisa saling support, saling menguatkan. Kalaupun ada masalah yang sekiranya dapat dishare bisa banget meminta pendapat teman-teman.

Jika moms menyukai keterampilan menjahit bisa banget mengikuti kursus atau belajar dari teman. Ehm... beberapa teman yang sudah lebih dahulu bisa menjahit biasanya dengan suka rela mengajari lainnya. Demikian juga keahlian lain, seperti membuat bros, memasak, menyulam, menulis. Ada kok yang gratis! Dan satu lagi bisa bawa anak.

Kabar terakhir saya dengar teman-teman saya belajar menjahit. Sudah bisa dong bikin baju sendiri. Dan itu “sesuatu” banget. Lainnya ada yang bisnis kecil-kecilan. Saya berdoa semoga langkah kecil mereka dikemudian hari mampu membuatnya bangga menjadi ibu rumah tangga yang bahagia.

Nah, kalau sudah seperti ini, saya yakin, walaupun dirumah tetap produktif dan bermanfaat. Selamat menjalankan peran sebagai ibu rumah tangga bahagia. 

Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

20 Komentar untuk "Bangga Menjadi Ibu Rumah Tangga Bahagia"

  1. Selamat y mba, saat ini saya juga ingin mempersiapkan menjadi ibu RT bahagia nan produktif bersyukur sekali ketemu blog dan masuk komunitas blogger yang membuka mata bahwa menjadi ibu RT itu bisa menghasilkan karya. Betul kiranya berteman dengan penjual minyak wangi kita ikut harum sama halnya berteman dalam komunitas menulis saya terpacu untuk nulis dan ini yang sedang saya tabung kelak setelah resign. :)

    BalasHapus
  2. Mbrebes mili aku mb, pas bagian yg penting niatkan karena Alloh, bgitu banyak yg meremehkan kita sebagai IRT bahkan memandang kasian karena ga bisa menghasilkan uang sendiri, tapi pas aku balik lg ke niat...yang penting masih ada Alloh, iklas nglakuin apa apa sekarang buat ngibadah, ga mau mikirin orang mau komen nylekit. itu yg akhirnya bikin hati jadi tentrem :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gak usah dipikir pendapat orang ya. It's my life!

      Hapus
  3. Saya inget pas dulu masih tinggal di bekasi di sebuah kompleks perumahan. Ada sepasang suami istri yg bekerja. Gak masalah sih dengan mereka. Tapi ibunya.... gila...saya dipandang sebelah mata banget sama beliau. Beliau ini juga dulu bekerja. Tp udah pensiun. Jd yg kayak ngeremehin bngt sama irt. Pas tau dulu ibu saya jg kerja..dengan entengnya dia bilang: kok kebalik to....ibunya aja kerja. Kok anaknya malah ga kerja😊 OMG

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waduh, sampai segitunya ngurusi orang. Ibu sama anak kok dibanding-bandingkan sih! Bekerja atau tidak itu pilihan kita.

      Hapus
  4. Mau jadi apapun selama kita happy menjalankannya pasti semua jd ringan n menyenangkan ya mak. Ga usah mikirin kata orang yg penting kita happy :)

    BalasHapus
  5. wktu awal2 mmutuskn jd irt, aku smpet punya perasaan minder gt mbk, tp skrg... bersyukur bgd jd irt :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama dong mba. Kita kan berproses menjadi lebih baik lagi.

      Hapus
  6. Sama, mbak. Saya juga sering dikatain begitu. Padahal ortu yang biayi saja nggak pernah bilang begitu. Saya juga dianggap sebagai lulusan sarjana yang nggak kompeten karena dikira saya nggak kerja karena nggak keterima kerja. Tapi, disenyumin sajalah. :)

    BalasHapus
  7. Kalau aku yaa tergantung pilihan ya mba. Kalau pilihannya sebagai ibu rumah tangga ya harus dilakoni penuh tanggungjawab tanpa paksaan. Begitu juga saat memilih menjadi ibu bekerja. Terima kasih sudah berbagi mba

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar mba, apapun pilihan kita, yang pasti ikhlas menjalaninya.

      Hapus
  8. saya selalu salut pada wanita yang memutuskan full menjadi irt Mba, rasanya saya belum bisa sepenuhnya full menjadi ibu rumah tangga

    BalasHapus
    Balasan
    1. SAma2 mba, saya juga salut kepada ibu yang bekerja.

      Hapus
  9. Tfs mba 😊 saya pun bahagia dan bangga menjadi seorang irt

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga tetap ikhlas dan istiqomah dengan peran kita ya, mba.

      Hapus
  10. "Berisik" itu memang berasal dari mulut orang lain, bukan dari keluarga. Ini kalau saya, hehe... Saya pernah nulis, bagi perempuan yg kreatif, dapur pun bisa jadi tempat produktif yg bisa menghasilkan uang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nggak usah diperhatikan yang bikin "berisik" itu ya, mba.

      Hapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel