Sudahkah Anak-Anak Mencintai Indonesia
Minggu, 28 Agustus 2016
6 Komentar
Bulan
Agustus adalah bulan kemerdekaan kita. Di bulan ini ramai sekali peringatan
hari kemerdekaan. Banyak lomba dan pawai, mulai dari RT hingga kabupaten.
Hadiahnya...wow siapa sih yang mau nolak. Eh, yang penting partisipasinya ya!
Disaat
bangsa ini sedang gegap gempita merayakan momen kemerdekaan, terselip sedikit
keraguan, apakah anak-anak kita juga merasakan seperti kita, para orang tuanya?
Begitu bahagia menyambut hari kemerdekaan. Ehm..bahagia bukan dalam rangka
mencari hadiah lomba dan undian. Bahagia karena hidup di negara Indonesia yang
merdeka. Lepas dari segala keributan politik, saya berharap negara kita
tercinta ini semakin aman, damai, makmur sentosa. Generasi muda tumbuh menjadi
generasi yang dapat dibanggakan.
Apakah
anak-anak mengerti arti kemerdekaan?
Well,
merdeka/kemerdekaan itu seperti menang dari peperangan, tidak dijajah lagi,
bebas menentukan nasib bangsa. Begitulah anggapan sederhana anak-anak. Sebagai
orang tua, saya yakin sejalan dengan bertambahnya usia, pengetahuan dan
pengalaman, arti kemerdekaan bagi mereka itu akan semakin lengkap. Semoga!
Tidak
lengkap rasanya kalau kita bicara kemerdekaan tanpa mengaitkan dengan kecintaan
kita pada tanah air. Tentunya, masalah cinta mencinta itu sesuatu yang tidak
kongkret, terlalu sulit membuat definisi untuk anak-anak. Namun, tak ada
salahnya mencoba berdiskusi tentang arti kemerdekaan ini.
Ibaratnya
cinta tanah air itu seperti saya menjelaskan cinta orang tua kepada anak. Tidak
ada bentuknya. Tidak bisa dilihat. Tapi bisa dirasakan. Nah, sederhananya seperti
itu.
Mencintai
Indonesia bukan hanya mengibarkan bendera merah putih, hafal lagu Indonesia Raya, proklamasi, dan sumpah pemuda. Lebih dari itu, mencintai Indonesia karena sebagai
warga negara Indonesia yang ingin hidup dengan cinta dan damai.
Yang
menarik di bulan Agustus
Pada
bulan Agustus selalu banyak kegiatan untuk memeriahkan hari ulang tahun
kemerdekaan Republik Indonesia. Misalnya, karnaval, gerak jalan, pertunjukan
wayang, upacara bendera dan aneka lomba. Yang pasti berpengaruh terhadap
kegiatan belajar di sekolah. Ada kalanya jam pelajaran berkurang bahkan libur
sehari karena murid-murid mengikuti karnaval. Aduh, senangnya!
Di
kota saya kalau ada karnaval selalu ramai. Orang-orang dari desa-desa berduyun-duyun
melihat kemeriahan pawai. Berdiri berdesak-desakan di pinggir jalan jauh
sebelum acara dimulai. Tak peduli siang itu sinar matahari sangat menyengat.
Sebagai
orang tua saya berharap anak-anak selalu mencintai tanah air kita, Indonesia.
Dimanapun mereka berada selalu ada merah putih didadanya. Saya mungkin terlalu
berlebihan berharap kepada anak SD. Tapi saya yakin sedini mungkin kecintaan
terhadap tanah air harus ditumbuhkan.
Perlahan
kita ajak anak-anak mencintai Indonesia, dengan hal yang sederhana dan mudah dipahami. Dengan
cara:
Mencintai
produk dalam negeri.
Contoh
kongkretnya adalah makanan. Memilih makanan lokal, seperti buah lokal, sayur
mayur, daging, dsb. Lebih terjangkau buat ibu-ibu yang suka belanja di pasar
tradisional. Lagipula mampu mendukung perekonomian daerah.
Mari kita dukung brand
lokal, seperti baju, sepatu, tas, dsb. Harga lebih terjangkau, mudah didapat dan kualitas tidak meragukan.
Bahasa
Indonesia
Salah
satu bunyi sumpah pemuda, “...Berbahasa satu, Bahasa Indonesia.” Selaras dengan
pelajaran di sekolah, ada baiknya jika anak-anak menggunakan bahasa Indonesia
yang baik. Karena bahasa dengan konotasi yang kotor dan buruk akan
mengakibatkan efek negatif. Tentu tidak ada orang tua yang ingin anaknya dicap
buruk oleh lingkungan rumah maupun sekolah atau dimanapun.
Bahasa
percakapan sehari-hari atau lisan tentu berbeda dengan bahasa tulis. Bahasa
percakapan banyak terpengaruh oleh bahasa daerah maupun gaya hidup. Bisa jadi
tontonan televisi dan bacaan ikut andil dalam penyerapan bahasa. Bagaimanapun,
orang tua tetap memperhatikan penggunaan bahasa. Karena tidak mustahil anak
mendapat pengaruh buruk selain dari rumah.
Pawai
budaya
Pawai
budaya ini mulai dari TK sampai umum. Dengan tujuan untuk mengenalkan budaya
bangsa kita yang beraneka ragam. Tapi semuanya tetap satu Indonesia.
“Itu
loh baju adat Aceh!”
“Ini
loh, tarian dari Papua.”
Nah,
anak akan melihat sendiri. Merasa memiliki kekayaan budayanya. Bukan untuk
menonjolkan budaya daerahnya sendiri, namun bisa menerima perbedaan dari daerah
lain.
Tahun
lalu, anak saya yang SD mendapat jatah kostum Madura. Dalam pawai tersebut
selain memakai baju daerah juga memperagakan tarian daerahnya. Ini yang berbeda
dengan sekolah-sekolah lain.
Anak-anak
senang melihat pawai seperti ini. Mereka terkagum-kagum dengan Bhinneka Tunggal
Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu. Betapa Indonesia memiliki ragam budaya
yang elok dan menarik. Anak-anak yang biasanya hanya mengetahui daerahnya saja
menjadi terbuka. Indonesia itu luas. Dari Sabang sampai Merauke.
Lomba
tujuhbelasan
Hanya
di momen kemerdekaan ada lomba seperti ini: makan kerupuk, balap karung,
kelereng, tarik tambang, bakiak, nyunggi tampah, wiru jarik
(melipat jarik), panjat pinang. Minggu lalu ketika mengunjungi si sulung di
sekolahnya, ada lomba makan nasi yang dicampur garam. Dia bilang tidak menang,
karena tidak kuat menahan rasa asin yang merajalela.
Lomba-lomba
seperti itu hanya untuk seru-seruan dan membuat kita tertawa saja. Mulai dari
yang memberi semangat alias penonton hingga pesertanya. Seru! Jadi buat yang
sedang galau lebih baik menonton seperti ini. Dijamin bergembira ria!
Di
setiap jenjang sekolah biasanya mengadakan perlombaan. Semuanya disesuaikan
dengan usia murid-muridnya. Bahkan diadakan lomba untuk orang tua, seperti
tarik tambang, memasak, nyunggi tampah, dsb. Yeah, semuanya dalam rangka
meramaikan hari kemerdekaan!
Oh
ya, selain lomba diatas, di tiap RT dikampung saya selalu diadakan jalan sehat.
Semua peserta mendapatkan kartu undian. Setelah selesai jalan, semua peserta
berkumpul dan mendengarkan pengumuman undian berhadiah. Banyak sponsornya loh.
Menghormati
dan menghargai para guru
Maraknya
berita kekerasan terhadap dan guru membuat saya gelisah. Anak-anak sekarang
sulit diatur ataukan peraturan yang kurang pas atau bagaimana. Sebagai orang
tua marilah bergandengan tangan dengan sekolah, memberikan tuntunan yang
positif untuk anak-anak.
Guru
adalah orang tua anak selama di sekolah. Guru, digugu lan ditiru harusnya
dihargai dan dihormati karena ilmu dan keikhlasannya membimbing murid. Tapi
sayangnya, ada saja murid yang tidak lagi menaruh hormat kepada guru, bahkan
berani melawan. Huh, saya tidak bisa berpikir bagaimana orang bisa berbuat
buruk terhadap gurunya!
Menghormati
guru bisa dilakukan dengan berkata sopan dan patuh pada perintahnya. Saya
percaya, guru yang baik pasti akan berbagi ilmu demi mencerdaskan bangsa. Selain itu, menjadi teladan yang baik dan
selalu mendoakan kebaikan semua anak didiknya.
Jaman
saya sekolah dulu, kalau guru masuk kelas saja sudah takut. Apalagi melihat
tampang guru yang galak dengan mata pelajaran yang susah. Rasanya ingin segera bel
berbunyi dan pulang.
Duduk
di bangku terdepan juga takut. Akhirnya, yang duduk didepan diputar, diganti
agar semua anak merasakan duduk di depan. Tapi jujur, kalau duduk di depan,
saya tidak bisa bercanda ataupun bermain. Pandangan lurus ke papan tulis dan
guru. Konsentrasi penuh.
Berbeda
dengan anak-anak sekarang. Saya lihat mereka lebih dekat dengan guru. Ngobrol
dengan santai, tanpa ada sedikitpun rasa takut. Bahkan mereka senang duduk di
bangku depan. Karena bisa dengan jelas melihan tulisan, gambar di white
board. Mendengarkan dengan jelas penjelasan dari guru. Konsentrasipun
mudah.
Kedekatan
semacam ini biasanya dimanfaatkan oleh guru untuk memberikan nasihat dan
berdiskusi tentang masalah anak-anak. Mereka tidak lagi merasa takut maupun
malu untuk mengungkapkan pendapatnya.
Bagaimana
dengan anak-anak kita? Apakah kita sudah mengajarinya untuk mencintai
Indonesia?
***
#ALUMNI_SEKOLAHPEREMPUAN
penting banget yaa untuk menanamkan kecintaan terhadap bangsa tentu saja dengan cara2 yang tidak membosankan buat anak. dislipkan dlm berbagai kreatifitas dan pada momen2 khusus spt itu ya mba
BalasHapusIya, sedini mungkin anak2 mengenal negaranya, menumbuhkan kecintaannya.
HapusIya mbak betul sekali sangat penting mengenalkan indonesia dan menjelaskan apa artinya kemerdekaan itu kepada anak kita sejak dini agar jiwa nasionalismenya sudah terlatih sejak kecil.
BalasHapusSepakat.
Hapus17-an tanpa lomba rasanya sunyi. Itulah kenapa saya senantiasa menanti moment 17an. Karena bukan hanya lomba yang membuat selalu teringat. Tapi pertemuan dengan tetangga yang lain, bisa bersenda gurau dan saling menanyakan kabar.
BalasHapusLombanya sih buat seru-seruan saja. Tapi asli ramai banget di kampung.
Hapus