Sudahkah Anak-Anak Mencintai Indonesia




Bulan Agustus adalah bulan kemerdekaan kita. Di bulan ini ramai sekali peringatan hari kemerdekaan. Banyak lomba dan pawai, mulai dari RT hingga kabupaten. Hadiahnya...wow siapa sih yang mau nolak. Eh, yang penting partisipasinya ya!

Disaat bangsa ini sedang gegap gempita merayakan momen kemerdekaan, terselip sedikit keraguan, apakah anak-anak kita juga merasakan seperti kita, para orang tuanya? Begitu bahagia menyambut hari kemerdekaan. Ehm..bahagia bukan dalam rangka mencari hadiah lomba dan undian. Bahagia karena hidup di negara Indonesia yang merdeka. Lepas dari segala keributan politik, saya berharap negara kita tercinta ini semakin aman, damai, makmur sentosa. Generasi muda tumbuh menjadi generasi yang dapat dibanggakan.

Apakah anak-anak mengerti arti kemerdekaan?



Well, merdeka/kemerdekaan itu seperti menang dari peperangan, tidak dijajah lagi, bebas menentukan nasib bangsa. Begitulah anggapan sederhana anak-anak. Sebagai orang tua, saya yakin sejalan dengan bertambahnya usia, pengetahuan dan pengalaman, arti kemerdekaan bagi mereka itu akan semakin lengkap. Semoga!

Tidak lengkap rasanya kalau kita bicara kemerdekaan tanpa mengaitkan dengan kecintaan kita pada tanah air. Tentunya, masalah cinta mencinta itu sesuatu yang tidak kongkret, terlalu sulit membuat definisi untuk anak-anak. Namun, tak ada salahnya mencoba berdiskusi tentang arti kemerdekaan ini.

Ibaratnya cinta tanah air itu seperti saya menjelaskan cinta orang tua kepada anak. Tidak ada bentuknya. Tidak bisa dilihat. Tapi bisa dirasakan. Nah, sederhananya seperti itu.

Mencintai Indonesia bukan hanya mengibarkan bendera merah putih, hafal lagu Indonesia Raya, proklamasi, dan sumpah pemuda. Lebih dari itu, mencintai Indonesia karena sebagai warga negara Indonesia yang ingin hidup dengan cinta dan damai.

Yang menarik di bulan Agustus





Pada bulan Agustus selalu banyak kegiatan untuk memeriahkan hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia. Misalnya, karnaval, gerak jalan, pertunjukan wayang, upacara bendera dan aneka lomba. Yang pasti berpengaruh terhadap kegiatan belajar di sekolah. Ada kalanya jam pelajaran berkurang bahkan libur sehari karena murid-murid mengikuti karnaval. Aduh, senangnya!



Di kota saya kalau ada karnaval selalu ramai. Orang-orang dari desa-desa berduyun-duyun melihat kemeriahan pawai. Berdiri berdesak-desakan di pinggir jalan jauh sebelum acara dimulai. Tak peduli siang itu sinar matahari sangat menyengat.

Sebagai orang tua saya berharap anak-anak selalu mencintai tanah air kita, Indonesia. Dimanapun mereka berada selalu ada merah putih didadanya. Saya mungkin terlalu berlebihan berharap kepada anak SD. Tapi saya yakin sedini mungkin kecintaan terhadap tanah air harus ditumbuhkan.

Perlahan kita ajak anak-anak mencintai Indonesia, dengan  hal yang sederhana dan mudah dipahami. Dengan cara:

Mencintai produk dalam negeri.

Contoh kongkretnya adalah makanan. Memilih makanan lokal, seperti buah lokal, sayur mayur, daging, dsb. Lebih terjangkau buat ibu-ibu yang suka belanja di pasar tradisional. Lagipula mampu mendukung perekonomian daerah.


Mari kita dukung brand lokal, seperti baju, sepatu, tas, dsb. Harga lebih terjangkau, mudah didapat  dan kualitas tidak meragukan.

Bahasa Indonesia

Salah satu bunyi sumpah pemuda, “...Berbahasa satu, Bahasa Indonesia.” Selaras dengan pelajaran di sekolah, ada baiknya jika anak-anak menggunakan bahasa Indonesia yang baik. Karena bahasa dengan konotasi yang kotor dan buruk akan mengakibatkan efek negatif. Tentu tidak ada orang tua yang ingin anaknya dicap buruk oleh lingkungan rumah maupun sekolah atau dimanapun.

Bahasa percakapan sehari-hari atau lisan tentu berbeda dengan bahasa tulis. Bahasa percakapan banyak terpengaruh oleh bahasa daerah maupun gaya hidup. Bisa jadi tontonan televisi dan bacaan ikut andil dalam penyerapan bahasa. Bagaimanapun, orang tua tetap memperhatikan penggunaan bahasa. Karena tidak mustahil anak mendapat pengaruh buruk selain dari rumah.

Pawai budaya

Pawai budaya ini mulai dari TK sampai umum. Dengan tujuan untuk mengenalkan budaya bangsa kita yang beraneka ragam. Tapi semuanya tetap satu Indonesia.

“Itu loh baju adat Aceh!”

“Ini loh, tarian dari Papua.”

Nah, anak akan melihat sendiri. Merasa memiliki kekayaan budayanya. Bukan untuk menonjolkan budaya daerahnya sendiri, namun bisa menerima perbedaan dari daerah lain.



Tahun lalu, anak saya yang SD mendapat jatah kostum Madura. Dalam pawai tersebut selain memakai baju daerah juga memperagakan tarian daerahnya. Ini yang berbeda dengan sekolah-sekolah lain. 

Anak-anak senang melihat pawai seperti ini. Mereka terkagum-kagum dengan Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu. Betapa Indonesia memiliki ragam budaya yang elok dan menarik. Anak-anak yang biasanya hanya mengetahui daerahnya saja menjadi terbuka. Indonesia itu luas. Dari Sabang sampai Merauke.

Lomba tujuhbelasan

Hanya di momen kemerdekaan ada lomba seperti ini: makan kerupuk, balap karung, kelereng, tarik tambang, bakiak, nyunggi tampah, wiru jarik (melipat jarik), panjat pinang. Minggu lalu ketika mengunjungi si sulung di sekolahnya, ada lomba makan nasi yang dicampur garam. Dia bilang tidak menang, karena tidak kuat menahan rasa asin yang merajalela.


Lomba-lomba seperti itu hanya untuk seru-seruan dan membuat kita tertawa saja. Mulai dari yang memberi semangat alias penonton hingga pesertanya. Seru! Jadi buat yang sedang galau lebih baik menonton seperti ini. Dijamin bergembira ria!

Di setiap jenjang sekolah biasanya mengadakan perlombaan. Semuanya disesuaikan dengan usia murid-muridnya. Bahkan diadakan lomba untuk orang tua, seperti tarik tambang, memasak, nyunggi tampah, dsb. Yeah, semuanya dalam rangka meramaikan hari kemerdekaan!

Oh ya, selain lomba diatas, di tiap RT dikampung saya selalu diadakan jalan sehat. Semua peserta mendapatkan kartu undian. Setelah selesai jalan, semua peserta berkumpul dan mendengarkan pengumuman undian berhadiah. Banyak sponsornya loh.



Menghormati dan menghargai para guru

Maraknya berita kekerasan terhadap dan guru membuat saya gelisah. Anak-anak sekarang sulit diatur ataukan peraturan yang kurang pas atau bagaimana. Sebagai orang tua marilah bergandengan tangan dengan sekolah, memberikan tuntunan yang positif untuk anak-anak.

Guru adalah orang tua anak selama di sekolah. Guru, digugu lan ditiru harusnya dihargai dan dihormati karena ilmu dan keikhlasannya membimbing murid. Tapi sayangnya, ada saja murid yang tidak lagi menaruh hormat kepada guru, bahkan berani melawan. Huh, saya tidak bisa berpikir bagaimana orang bisa berbuat buruk terhadap gurunya!

Menghormati guru bisa dilakukan dengan berkata sopan dan patuh pada perintahnya. Saya percaya, guru yang baik pasti akan berbagi ilmu demi mencerdaskan bangsa. Selain itu, menjadi teladan yang baik dan selalu mendoakan kebaikan semua anak didiknya.

Jaman saya sekolah dulu, kalau guru masuk kelas saja sudah takut. Apalagi melihat tampang guru yang galak dengan mata pelajaran yang susah. Rasanya ingin segera bel berbunyi dan pulang.

Duduk di bangku terdepan juga takut. Akhirnya, yang duduk didepan diputar, diganti agar semua anak merasakan duduk di depan. Tapi jujur, kalau duduk di depan, saya tidak bisa bercanda ataupun bermain. Pandangan lurus ke papan tulis dan guru. Konsentrasi penuh.

Berbeda dengan anak-anak sekarang. Saya lihat mereka lebih dekat dengan guru. Ngobrol dengan santai, tanpa ada sedikitpun rasa takut. Bahkan mereka senang duduk di bangku depan. Karena bisa dengan jelas melihan tulisan, gambar di white board. Mendengarkan dengan jelas penjelasan dari guru. Konsentrasipun mudah.

Kedekatan semacam ini biasanya dimanfaatkan oleh guru untuk memberikan nasihat dan berdiskusi tentang masalah anak-anak. Mereka tidak lagi merasa takut maupun malu untuk mengungkapkan pendapatnya.

Bagaimana dengan anak-anak kita? Apakah kita sudah mengajarinya untuk mencintai Indonesia? 

***

#ALUMNI_SEKOLAHPEREMPUAN
Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

6 Komentar untuk "Sudahkah Anak-Anak Mencintai Indonesia"

  1. penting banget yaa untuk menanamkan kecintaan terhadap bangsa tentu saja dengan cara2 yang tidak membosankan buat anak. dislipkan dlm berbagai kreatifitas dan pada momen2 khusus spt itu ya mba

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, sedini mungkin anak2 mengenal negaranya, menumbuhkan kecintaannya.

      Hapus
  2. Iya mbak betul sekali sangat penting mengenalkan indonesia dan menjelaskan apa artinya kemerdekaan itu kepada anak kita sejak dini agar jiwa nasionalismenya sudah terlatih sejak kecil.

    BalasHapus
  3. 17-an tanpa lomba rasanya sunyi. Itulah kenapa saya senantiasa menanti moment 17an. Karena bukan hanya lomba yang membuat selalu teringat. Tapi pertemuan dengan tetangga yang lain, bisa bersenda gurau dan saling menanyakan kabar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lombanya sih buat seru-seruan saja. Tapi asli ramai banget di kampung.

      Hapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel