Yuk, Jadi Teman Curhat Yang Asyik




Moms, apa kabar?

Semoga selalu sehat, produktif dan bahagia ya.
Pernah nggak butuh teman buat sekedar curhat atau sebaliknya menjadi tempat curhat buat teman? Ehm..pasti pernah dong. Kalau saya dua-duanya. Baik sebagai tempat curhat maupun mencari tempat buat curhat. Ya, karena curhat itu merupakan hal yang biasa buat kaum wanita.

Ada teman yang tiba-tiba cerita tentang masalahnya. Ceritanya mengalir begitu saja. Kadang ketika kita sedang duduk santai, atau ketika sedang main-main ke rumahnya. Semua tampak natural saja.

Orang mau curhat itu kadang enggak perlu permisi. Misal bilang, “Aku mau curhat ya. Boleh nggak? Ada waktu nggak? Kapan?” Kayaknya prosedur seperti ini membuat nafsu curhat bisa musnah seketika. Karena sesama teman itu biasanya tidak seperti terapis yang janjian dulu sebelum bertemu.

Asyiknya bisa curhat pada teman itu karena gratis. Awalnya say hello, tanya kabar dsb, hingga bicara yang private seperti curhat itu. Sebelum masuk ke bagian inti masalah, biasanya si teman bilang seperti ini, “Eh, jangan bilang siapa-siapa ya?”

Atau mungkin sudah keceplosan ngomong yang bagian private itu jadi harus bisa pegang rahasia.  Buntutnya terselip kalimat penuh harapan agar rahasianya tersimpan dengan baik.

Nah, itu dia! Nggak boleh ngomong kepada orang lain. Terus gimana dong? Ya disimpan saja di dalam hati dan pikiran. Perintahnya seperti itu. Dia bilang percaya sama saya karena .... (Kata-kata ini sukses membuat saya ge er. Selanjutnya demi kebaikan bersama, saya tidak ingin ge er untuk kedua kalinya.)

Rasanya saya dipercaya banget untuk memegang rahasia. Tapi sebelum dia ngomong begitu, dia yakin saya adalah orang yang tepat buat diajak diskusi. Eh...tidak saya cuma jadi pendengar saja. Sebisa mungkin saya tidak mau terlibat terlalu jauh dalam masalahnya. It’s private!

Lalu, apa sih yang menjadikan seseorang itu yakin bakal curhat dengan aman, tentram dan damai? Dan tentunya tanpa menimbulkan efek atau masalah lain di kemudian hari?

Amanah.

Untuk meminta kita jadi teman curhat itu nggak gampang. Minimal sudah ada kedekatan emosi dengan orangnya. Sehingga dia enteng saja untuk ngomong. Dan dia tahu seperti apa kita. Dia yakin semua yang dikatakan akan baik-baik saja.

Tidak ada satu orangpun yang suka aibnya tersebar kemana-mana. Meski kita menganggap masalah itu sepele. Saya yakin kita tidak ingin memperkeruh masalahnya bukan. So, jadi orang harus amanah, bisa dipercaya.

Ada kesempatan

Bisa bertemu dengan teman-teman itu menyenangkan. Ada kesempatan untuk bertukar kabar maupun untuk sekedar ngobrol saja. Kalau tidak ada kesempatan mana kita bisa berjodoh dengannya. Mana kita memiliki beberapa menit untuk bertemu dan mendengar curhatnya.

Bersedia menjadi pendengar yang baik

Sebagai teman curhat saya lebih suka sebagai pendengar, kecuali kalau dia benar-benar meminta pendapat. Tapi kalau tidak tahu persis masalahnya saya hindari untuk berkomentar.

Dengan menceritakan suatu masalah saja mampu mengurangi beban berat yang menimpanya. Jadi jangan ragu, mendengar sudah cukup ampuh untuk menenangkan kegalauan teman.

Biarkan dia bercerita dengan bebas. Jangan menyela, menguasai apalagi menghentikan pembicaraannya. Tunggu saja sampai dia selesai. Biasanya sih setelah ngobrol panjang lebar ini hati terasa lebih lega. Plong!

Jangan ikut campur.

Kita tidak tahu persis masalah yang sedang menimpanya. Kita juga tidak tahu kejadiannya, kesehariannya, dan semua orang yang terlibat dengannya. Dengan mengambil posisi senetral mungkin, kita tetap berharap masalahnya segera selesai. Sebisa mungkin untuk tidak bertanya pada hal-hal yang tidak disukainya. Bisa jadi dia makin terluka dengan pertanyaan kita. Huss!

Berat ataupun ringan masalah seseorang bisa berbeda-beda. Tergantung banyak hal.   Tidak perlu kita menilainya. Cukup dengan mendengarkan saja.

Kecuali kalau dia memang butuh nasihat dari kita. Bolehlah kita menyuarakannya. Kalau saya (pribadi) sih masih ragu, sepanjang saya hanya teman curhat, hanya tahu masalah ini dari sudut pandangnya. Saya berusaha untuk memberi jarak saja. Memberikan nasihat itu masih dalam kadar yang normal, netral, dan umum saja. Saya lebih memilih menjadi pendengar setia. Bukan kapasitas saya untuk memberi wejangan panjang lebar. Bahkan saya sendiri khawatir nanti salah ngomong bisa makin parah masalahnya.

Simpati.

Tunjukkan simpati kita. Jangan malah menyalahkan dia. Keadaan dia sedang galau, sensitif. Bisa dengan memberikan motivasi kepadanya, misal, “Semoga ini adalah yang terbaik...”

Kalau teman sedang sedih masak kita mau ngakak sih.

Selipkan kata-kata positif dan doa terindah. Saya rasa semua itu sebagai bentuk dukungan jika sedang ada masalah. Dengan begitu akan muncul stimulus untuk menyelesaikan masalah secara baik-baik.

Bisa juga dengan sedikit melupakan masalahnya dan menghiburnya, misalnya dengan mengalihkan topik pembicaraan dengan hal-hal yang ringan, lucu, atau horor. Terserah, yang penting si teman mulai terbuka hatinya. 

***

Hidup tidak hanya berhenti untuk satu masalah. Mungkin pada langkah yang kita ambil ada saja kerikil tajam yang mengganggu perjalanan. Itulah tugas kita membantu menyingkirkannya. Semoga perjalanan berikutnya lancar.


Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

8 Komentar untuk "Yuk, Jadi Teman Curhat Yang Asyik"

  1. Kalau yang lagi curhat juga biasanya dia butuh support ya, Mbak. Bukan butuh omelan atau nasihat yang bisa bikin dia makin galau. Kadang yang curhat itu cuma butuh didengar, sekadar melepas beban, eh tapi ada juga sih yang minta nasihat. Kalau dia ga minta, aku ga akan kasih nasihat dulu :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener mba Efi. Saya sendiri jarang kasih nasihat. Khawatir saja kalau salah.

      Hapus
  2. alhamdulilah aku punya teman curhat mbak...memang beban jadi ringan bila ada seseorang yang mau mendengar curhatan kita ya mbak

    BalasHapus
  3. Sering banget. Menurutku yg penting adalah kita harus bisa menjaga rahasianya. Jangan ember. Dan jangan menggurui kalau nggak diminta pendapat kita. TFS Mak :)

    BalasHapus
  4. kalau jadi tempat curhat.. kadang jadi bingung bersikap... takut terkesan memanasi..he2

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jangan dong. Nanti jadi memperkeruh suasana. Saya mendingan jadi pendengar stia saja deh.

      Hapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel