Paguyuban Wali Murid
Senin, 31 Oktober 2016
3 Komentar
Paguyuban
disini adalah perkumpulan orang tua siswa di sebuah sekolah. Namanya bisa
macam-macam. Ada POMG (Pertemuan wali
murid dan guru), POTS, paguyuban, dsb. Tapi saya ambil paguyuban saja yang
artinya perkumpulan orang-orang untuk membina kerukunan (KBBI).
Baca juga Mengenal Paguyuban Wali Murid...
Mulai dari TK hingga SMP saya pernah menjabat sebagai pengurusnya. Nah, saya ingin sharing kisah seputar kegiatan pengurus paguyuban. Mungkin teman-teman juga pernah menjadi pengurus paguyuban?
Mulai dari TK hingga SMP saya pernah menjabat sebagai pengurusnya. Nah, saya ingin sharing kisah seputar kegiatan pengurus paguyuban. Mungkin teman-teman juga pernah menjadi pengurus paguyuban?
Selama
saya menjadi pengurusnya paguyuban, biasanya beranggotakan ketua dan bendahara.
Kalaupun ada tambahannya ya sekretaris. Tapi pada dasarnya cuma dua itu yang
bekerja dan bertanggung jawab. Kalau ada undangan biasanya hanya untuk pengurusnya
(ketua dan bendahara). Jika keduanya berhalangan barulah dicari penggantinya.
Sebagai
pengurus kita tidak mendapat imbalan. Kita melakukan pekerjaan ini dengan
ikhlas demi kemajuan bersama. Ada kerjasama yang indah antara orang tua dan
guru. Masing-masing paham dengan tugasnya. Tidak memaksakan kehendak namun
lebih menyerap aspirasi.
Fungsi Paguyuban
Fungsi
dibentuknya paguyuban ini sebagai perpanjangan tangan guru kepada wali murid. Bagaimana
agar program-program dari sekolah mudah dipahami wali murid. Juga untuk
meningkatkan kerjasama, kepedulian dan keikutsertaan wali murid. Intinya sih,
kita membantu sekolah.
Bagi
saya, di paguyuban ini banyak pengalaman berharga yang patut dipelajari. Saya
bisa mengenal banyak orang dalam waktu dekat. Padahal saya sendiri aslinya suka
lupa, tapi dengan terpaksa harus hafal nama wali murid. Kadang lupa kadang
ingat, tapi karena sering berhubungan jadinya ingat.
Yang
menjadi masalah adalah pengurus paguyuban yang tidak pernah hadir dalam setiap
pertemuan. Padahal dalam satu kelas harusnya ada wakilnya, sehingga ketika
hasil rapat bisa disampaikan kepada para wali murid yang diwakilinya.
Menjadi
pengurus paguyuban itu harus bisa merangkul semua pendapat. No drama deh! Tidak bisa
mentang-mentang saya pengurusnya, pengen ini itu langsung membuat keputusan. Kadang
memang sulit. Kadang ada beban ya (eh ngaku). Inginnya bekerja secara maksimal.
Terutama yang menyangkut masalah keuangan. Ini masalah sensitif. Tapi setelah
duduk bersama mencari jalan keluar, insyaAllah semuanya menjadi mudah.
Ketika
saya menjadi bendahara, mau tak mau ya harus hafal orang tua siswa. Kerjanya
sederhana, menagih uang iuran. Uang ini digunakan untuk keperluan sosial,
seperti kalau ada siswa dan keluarganya yang meninggal, sakit, orang tua yang
melahirkan. Dengan dana ini urusan bingkisan menjadi mudah dan ringan. Tanpa
membebankan orang tua lagi.
Suka duka
Senangnya
kalau menjadi pengurus itu kita bisa dekat dengan sekolah (kepala sekolah,
guru-guru). Sehingga ide, saran, nasihat kita didengar dan diperhatikan. Kita
juga mengetahui program-progam sekolah sebelum disebarluaskan kepada seluruh
wali murid.
Selain
itu kita jadi tahu isu terbaru diantara anak-anak. Yeah, saya adalah orang tua
yang suka kudet. Apalagi jika di sekolah negeri. Pengalaman membuktikan bahwa
komunkasi disana sering tidak lancar. Saya sering ketinggalan berita karena
anak saya yang pendiam. Baginya, everything is ok. Tidak pernah ada
masalah. Kalaupun ada, dia bisa menyelesaikannya sendiri tanpa campur tangan
orang lain, termasuk saya.
Dalam
sebuah pertemuan, seorang ibu menceritakan kekhawatirannya terhadap kegiatan
rekreasi anak-anak. Wajar sih, karena orang tua memperhatikan pergaulan
anak-anak jaman sekarang. Pastinya tentang komunikasi antara orang tua dan anak
selama di luar kota. Juga pergaulan mereka selama tidak bersama orang tua. Bapak
kepala sekolah menjelaskan kegiatan-kegiatan selama disana. Juga guru yang
bertanggung jawab, yang bisa dihubungi. Sehingga orang tua tenang melepas
anak-anak untuk rekreasi.
Dari
cerita ibu-ibu itu saya jadi tahu kondisi anak-anak. Belajar dari pengalaman-pengalaman
terdahulu. Dan peran serta guru dalam membimbing para siswa.
Ada
suka pasti ada dukanya dong! Duka disini bukan bermaksud menyengsarakan
pengurusnya namun sekedar perasaan tak nyaman atau alokasi waktu yang lebih
banyak untuk kegiatan paguyuban. Juga dalam mencari kata sepakat. Kadang ada
diskusi yang cukup alot. Tapi alhamdulillah semua legowo dengan keputusan yang
diambil.
Pernah,
suatu ketika saya merasa tak nyaman menagih uang untuk iuran bulanan (saya
bendahara). Siapa sih yang suka ditagih! Seperti orang punya hutang saja.
Padahal nominalnya kecil.
Yang
namanya tagih menagih ini ternyata buntutnya panjang. Selain orangnya tidak
terima, juga mengandung ketidakpercayaan. Kadang saya berpikir begini, apa
orang yang melihat saya seperti hendak ditagih saja? Hahaha... masak wajah saya
seperti debt collector!
Apa yang dilakukan oleh pengurus paguyuban?
Demi
menyukseskan program-program sekolah, para pengurus sering diajak berkumpul
bersama para guru dan kepala sekolah. Pada kesempatan itu kita rapat, diskusi
dan sumbang saran.
Selain
itu kadang kita diminta turun tangan mengurus keperluan sekolah yang
berhubungan dengan wali murid. Misalnya untuk kegiatan diluar sekolah seperti
family gathering, parenting, perayaan hari besar keagamaan, dsb. Kegiatan
seperti ini membutuhkan peran serta orang tua. Tugas pengurus adalah mendukung
kegiatan ini dan mengajak partisipasi wali murid. Terutama kalau ada lomba yang
harus diikuti perwakilan wali murid.
Selain
kegiatan tersebut, saya pernah mengikuti rapat untuk membelanjakan sumbangan
siswa. Sesuai peraturan, sekolah tidak akan ikut campur masalah dana ini. Karena
ini adalah uang siswa dan diperuntukkan untuk mendukung kegiatan belajar.
Sehingga penguruslah yang belanja fasilitas sekolah. Mulai dari diskusi harga, mencari supplier
hingga pemasangan fasilitas sekolah. Waktu itu setiap kelas membutuhkan LCD dan
bangku. Dengan demikian semua pengurus tahu arus uang siswa dan penggunaannya.
Sebenarnya
masih banyak yang hendak dibenahi namun karena keterbatasan dana, akhirnya
hanya fasilitas yang rusak berat. Sedangkan yang bisa diperbaiki tetap
dilakukan perbaikan oleh pihak sekolah.
Sebagai
pengurus paguyupan, saya belajar untuk mengenali watak teman-teman. Sehingga
mudah untuk mengumpulkan mereka untuk suatu kegiatan. Yang paling sering
berkumpul adalah saat masih di TK. Karena sering ada kegiatan diluar, seperti
perayaan hari besar, pentas seni, manasik haji, dsb. Nah, kegiatan semacam ini
perlu pendampingan. Kalau tidak pengurusnya, ya ditunjuk beberapa orang yang
sanggup.
Ada
pengalaman seru saya ketika mengikuti lomba memasak. Untuk mencari orang yang
bersedia ikut lomba itu susah. Kadang main tunjuk saja. kadang bilang bisa eh
beberapa hari kemudian bilang tidak sanggup.
Beberapa
kali saya mengikuti lomba memasak. Saya bersedia ikut, asal tidak ada beban.
Misalkan untuk menang atau minta dibuat seperti ini itu. Ah, selama saya
sanggup saya akan lakukan. Kalau ribet dan susah sih, nyerah saja. Ikut lomba
memasak tidak untuk memberatkan kita kok. Yang penting adalah meramaikan acara,
mewakili kelas dan melakukan yang terbaik semampu kita.
Selama
kita bisa menempatkan diri, saya yakin tak ada masalah dengan para wali murid.
Selama itu pula kita bisa legowo menerima pendapat, saran dan ide terbaik.
Well, jika teman-teman memiliki cerita seputar paguyuban seperti ini, please sharing yuk!
^_^
wah seru yah. Tapi kalu jadi pengurus mah repot ya, Mba. Aku pilih jadi anggota aja di sekolah anakku
BalasHapusSekali-sekali jadi pengurusnya, mba. Biar bisa merasakan posisi ini.
HapusBetul banget bunda😊
HapusPasti ada suka dukanya
Tapi harus tetap semangat😊💪