Kapan Traveling?
Rabu, 25 Januari 2017
12 Komentar
Saya
yakin setiap keluarga memiliki prioritas sendiri dalam memposisikan traveling.
Bisa jadi traveling ini menjadi kebutuhan nomor ke sekian. Tak penting dan tak
perlu. Bisa jadi sebaliknya.
Bagaimana
dengan keluarga saya?
Di
awal-awal pernikahan, bisa dikatakan saya jarang banget jalan-jalan. Kondisi
keuangan yang belum stabil, masih adaptasi dengan suami, belajar merantau
membuat kami tidak berpikir macam-macam. Lalu lahir anak pertama. Huaaa...ternyata si anak
parah banget kalau diajak naik kendaraan. Kenapa? Dia muntah berat. Naik mobil
muntah, kereta juga. Cuma satu yang tidak bikin muntah: bajaj. (tahun berapa
coba! Dan saya merasa sudah berumur... hahaha)
Saya ingin mandiri dan selalu memberi kabar baik kepada orang tua. Jadi urusan jalan-jalan bisa nomor sekian deh. Apa sih yang bisa membuat orang tua senang (bahagia) kalau bukan mendengar kabar dari anaknya yang sedang merantau. Entah bagaimana yang penting sering menelpon dan menceritakan kabar baik.
Rutinitas
setiap hari adalah jalan-jalan sepanjang gang-gang sempit dekat rumah petak
sambil menyuapi anak. Melatih anak jalan. Itupun rasanya sudah ngos-ngosan. Main kejar-kejaran
sama si anak.
Kemudian
hidup berpindah-pindah yang menyebabkan saya tidak lagi memikirkan mau
jalan-jalan kemana. Tiga tahun berturut-turut pindah rumah membuat saya
harap-harap cemas. Jangan-jangan nanti kena mutasi lagi. Ya, sudah kalau mau
mutasi ya berangkat saja. Bukankah sudah ada perjanjiannya.
Saya
ingat, sewaktu masih kecil orang tua sering mengajak jalan-jalan. Tidak
jauh-jauh. Kalau musim liburan, kita ikut liburan. Minimal melihat
pantai. Padahal rumah saya juga dekat pantai. Kadang mengunjungi rumah saudara
di luar kota. Lumayanlah bisa melihat suasana yang berbeda.
Kapan
traveling?
Saat
ini ketika si sulung sudah sekolah di luar kota, acara traveling hanya bisa
dilakukan di musim liburan. Dulu-dulunya juga sih. Atau kalau sedang jadwal mengunjungi anak. Nah, kalau bisa ijin, sekalian saya ajak jalan-jalan.Meski dia bilang tidak suka jalan-jalan tapi tidak bakal menolak kalau saya ajak. Kenyataannya, dia butuh selingan. Banyak tugas di sekolah. Jadi traveling ini buat penyeimbang saja. Biar tidak stress dengan banyaknya target dari sekolah.
Dulu, di saat dia masih SMP, sibuk
banget. Pengen keliling kota saja dia sering tidak ikut. Alasannya sederhana,
acara sekolah ini itu yang lumayan menyita waktu. Bahkan di hari Minggu!
Kadang
saya merasa hari sekolahnya bukan enam hari melainkan tujuh hari. Itupun kadang
sampai malam. Masak urusan sekolah tidak ada habisnya. Tiba di rumah sudah
capek ditambah tugas yang menumpuk. Tapi saya lihat anaknya baik-baik saja. Artinya
dia menikmati segala kesibukannya di sekolah.
Kalau
sedang keluar kota, saya sering meninggalkan di rumah. Titip ke bapak atau adik
ipar. Sejauh ini dia baik-baik saja. Malah dia senang karena tidak ikut
bercapek ria di jalan. Padahal saya ingin memiliki waktu lebih banyak untuk
berkumpul bersamanya.
Lalu
sekarang adiknya yang sudah kelas enam. Ya, saya tahu sendirilah, kalau sudah
kelas enam mesti perhatian banget dengan macam-macam ujian. Demi kebaikan si
anak, saya mulai terbiasa meninggalkannya bersama bapak atau adik ipar.
Bagi
keluarga saya, traveling tetap di musim liburan. Di waktu itu anak-anak
liburnya masih sama. Meski jalanan penuh dengan kendaraan, tempat wisata penuh
pengunjung, dsb. Ya di waktu itulah anak-anak bisa berkumpul tanpa dipusingkan
dengan kegiatan sekolah. Sementara suami mesti cepat-cepat mengurus cuti agar
bisa memiliki waktu bersama keluarga.
Kalau
hari libur (Sabtu dan Minggu) dan tidak ada kegiatan di sekolahnya anak-anak,
saya suka muter-muter saja di kampung halaman. Masih banyak kok tempat-tempat
yang belum dikunjungi. Atau sudah pernah dan pengen duduk-duduk cantik sambil
memandang alam.
Kadang
cuma jalan-jalan bareng anak-anak di sekitar rumah. Tapi seru juga ketika
menemukan rumah-rumah yang bermunculan seperti jamur di musim hujan. Bagus-bagus.
Lalu, selama ini saya kemana saja?
Ada
teman yang bilang begini, “Aku nggak suka jalan-jalan ke tempat wisata. Rasanya
gimana ya. Tapi aku suka ngajak anak-anak lihat sawah, ladang.”
Itu
sih masalah pilihan saja. Bagi saya jalan-jalan bisa kemana saja. Saya juga
pernah mengajak anak-anak ke sawah. Berjalan diatas pematang sawah, melihat
orang-orangan sawah. Lalu memancing ikan kecil-kecil. Semuanya unforgetable!
Mau ke pantai, bukit ada kok di daerah saya. Dan saya biasa mengajak anak-anak plus keponakan cantik ini. Mereka bebas berlari, bermain air dan bermain kotor. Siapkan makanan dan baju ganti. Anak-anakpun perlu refreshing.
Atau
pernah mendengar seperti ini. “Saya nggak pernah mikir buat jalan-jalan. Ngurus
anak saja susah, capek. Nggak ada habis-habisnya. Mending di rumah, bisa
selonjoran.”
“Nggak
ah, jalan-jalan ngabisin uang!” Yang begini ini terserah saja. Traveling itu
bebas tanpa syarat. Mau membawa keluarga silakan, termasuk keluarga besar. Dibuat happy saja!
Ada
teman yang sharing pengalamannya jalan-jalan. “Dulu diawal-awal pernikahan, aku
hobi banget jalan-jalan. Pokoknya jalan saja. Mumpung belum ada anak.”
Well,
semuanya adalah pilihan kita. Mau traveling sekarang atau menunggu anak-anak
besar? Mau bikin prioritas dulu atau bagaimana? Mau menabung dulu atau tidak.
Yang penting tidak mengganggu kondisi finansial kita.
Selama
traveling itu bermanfaat, ayo saja! Sesuai dengan budget, deh. Tidak masalah
kalau cukup keliling kota. Masih ada
banyak tempat-tempat menarik yang layak dikunjungi kok.
Saya
masih menyimpan cita-cita untuk traveling bersama keluarga. Traveling adalah
salah satu cara untuk mendekat dengan alam. Mengenal suatu daerah, suku,
budaya, beserta seluk beluknya. Mengagumi kebesaranNya dan menjadi pribadi yang
lebih baik lagi.
^_^
Benar, Mbak. Masalah traveling itu personal sekali. Ga bisa disamakan satu dengan yang lain. Ada yang suka jalan2, ada yang memilih nabung buat tabungan haji misalkan :-)
BalasHapusAku mau semuanya...
HapusJalan-jalan yang gratis dan murah juga banyak yambak seperti taman kota atau wisata alam 😊
BalasHapusYup, nggak mikir biaya ya.
HapusWajib banget ini hukumnya buatku :D. Ibaratnya traveling masuk ke kebutuhan primer di keluargaku mbak.. Tiap tahun kita selalu bikin target negara mana lagi yg mau kita datangin.. Dan at least ada 1 kota di indonesia.. Makanya aku rajin beli tiket jauh2 hari mba. Trs gajiku sendiri 60% utk tabungan traveling baru sisanya utk jajan.. Jd keperluan rumah tangga baru gaji suami :D. Itu saking ptgnya traveling buat keluarga ku sih ya.. Ngilangin stress dan bikin pikiran fresh lagi..
BalasHapusAda prioritas ya. Jadi ada persiapan dana traveling sebelumnya.
Hapuskapan ya travelling...terakhir bulan lalu mbak
BalasHapusSemoga bisa terus traveling. Karena traveling itu menyenangkan.
HapusOrangtuaku bukan tipe penyuka traveling, mbak. Aku sendiri ga intens travelnya tapi ayo-ayo aja sih kalau diajakin. Apalagi kalau pas dananya ada. Berangkaaaat :)
BalasHapusSetuju. Berangkat. Have fun ya.
Hapuskami butuh mba dan sring merencanakan buat travelling
BalasHapusSamaa ya.
Hapus