Kacamata (Bukan Sekedar Gaya)





Sebagai penderita mata minus saya sangat terbantu oleh kacamata. Iya, sampai detik ini saya masih mengandalkan kacamata untuk memperjelas pandangan. Pernah ada teman yang menawarkan operasi lasik karena dia sudah melakukannya. Hasilnya dia bisa melihat dengan jelas tanpa bantuan kacamata. Alhamdulillah.

Sejak masih di SMA saya sudah mengalami kesulitan dalam melihat jarak jauh. Awalnya suatu obyek terlihat agak samar. Lalu saya biarkan saja karena masih merasa mampu melihat. Sayangnya keadaan ini tidak berlangsung lama. Justru mempersulit saya ketika berada di dalam kelas. Kalau duduk di bangku depan sih tidak masalah. Tulisan maupun gambar di papan tulis masih terlihat. Tapi kalau tempat duduknya bergilir ke tengah dan belakang? Jaman saya sih seperti itu. Maksud gurunya agar semua murid bisa merasakan duduk di semua bagian.

Duduk di bangku belakang sangat menyusahkan saya. Bisa dipastikan saya mengalami kesulitan menerima pelajaran. Melihat tulisan di papan tulis tidak bisa jelas lagi, lalu bertanya kepada teman sebangku. Ini mengganggu sekali ya. Apalagi kalau guru sedang menerangkan pelajaran. Masak mesti ngomong, nanti dikira ngobrol sendiri. Padahal cuma nanya tulisan di papan tulis. Susah, bukan!

Setelah periksa ke dokter lalu membeli kacamata, saya masih malu memakai. Masih jarang anak sekolah yang memakai kacamata. Saya hanya memakai jika berada di dalam kelas saja. Itupun kalau ada pelajaran yang benar-benar memaksa saya memakai kacamata. Selebihnya ya dimasukkan ke kotak kacamata. Goodbye!

Di rumahpun nasib kacamata ini nyaris sama. Hanya dipakai saat belajar saja. Atau kalau menonton film di teve dan ada teksnya. Tulisannya kecil sehingga samar. Menyerah deh!

Setelah berjalan beberapa bulan, akhirnya mau tak mau kacamata ini harus terus saya pakai. Kalau sering dilepas, lupa pula ditaruh dimana. Ada yang bilang minusnya bisa tambah banyak. Saya sih masih cuek saja. Meski mungkin diperparah oleh kebiasaan saya membaca seenaknya. Kadang selonjor atau sambil tiduran.  

Kalau ingat waktu itu model kacamata masih sangat terbatas. Lucu juga ketika mengenang bentuknya yang bulat dengan gagang yang ringan. Yang penting fungsinya. Model sih menyesuaikan selera dan bentuk wajah.

Akhir-akhir ini saya cenderung menggunakan dua kacamata yaitu kacamata baca dan sunglasses. Yang kedua ini awalnya karena mata saya sensitif. Jadi gampang banget lelah. Terutama kalau sering naik motor, berada di luar dan di laut. Pokoknya kegiatan yang dilakukan diluar ruangan dalam jangka waktu yang cukup lama biasanya membuat mata saya sakit. Rasanya perih dan sering keluar kotoran yang jumlahnya lebih banyak dari biasanya. Keadaan seperti ini cukup mengganggu aktivitas sehari-hari.

Mata merupakan organ tubuh yang vital. Untuk melakukan suatu gerakan, mata sangat berperan. Aih, kalau sedang sakit, baru terasa apa yang saya lakukan ketika sehat. "Mata, kau gunakan untuk apa?" Dan saya orang yang terlena. Ada banyak waktu yang sia-sia saat mata sehat. Ya, Robb, ampuni hamba.

Kalau ada satu saja anggota tubuh kita sedang sakit, seluruh tubuh ikut merasakan. Sakit mata yang saya alami biasanya berlangsung lama. Kadang sampai satu minggu. Biasanya keadaan seperti ini disertai dengan stamina yang menurun.

Sangat penting untuk mengenali kekurangan saya ini. Seperti ada alarm dari tubuh, saya harus segera mengambil tindakan ketika mata mulai merasakan gejala tidak baik. Agar sakit mata tidak berlanjut parah saya mesti periksa ke dokter mata. Saran dokter selalu sama, istirahat, makan buah, sayur, minum vitamin. Dan satu lagi tetap memberi obat mata.

Mau bagaimana lagi, patuhi nasihat dokter. Tapi anak-anak bagaimana? Untuk antar jemput ke sekolah, silaturahim, belanja, dsb. Rasanya ingin bersembunyi di rumah saja. Baru kena angin di depan rumah, mata sudah nyeri hingga kepala cekot-cekot.

Kemudian ada teman yang menyarankan untuk menggunakan sunglasses. Tapi mata saya minus, bagaimana dong? Berdasarkan rekomendasinya akhirnya saya pergi ke optik yang dimaksud. Sayangnya disana hanya ada satu macam warna lensa. Coklat. Jadi kalau kena sinar matahari warnanya agak gelap sedikit.



Lalu beberapa waktu lalu, ketika menemani suami yang ingin membeli sunglasses, saya baru tahu kalau ada macam-macam warna untuk lensa. Aih, tahu gitu kan bisa beli disini. Dari yang warnanya agak terang hingga gelap. Cocok untuk kegiatan diluar ruangan. Kalau dari webnya optik melawai saya menggunakan lensa  photochromic.

Mengenal Warna lensa

Lensa photochromic

Lensa yang dapat berubah warna menjadi lebih gelap saat terkena sinar matahari dan otomatis kembali bening saat di dalam ruangan. Memberikan perlindungan terhadap sinar UV dan kenyamanan penglihatan saat diluar ruangan. 

Lensa Polarized

Lensa Polarized dilapisi oleh lapisan khusus yang dapat mengurangi silau cahaya. Silau cahaya disebabkan ketika sinar matahari memantul dari permukaan air ataupun benda padat lainnya. Dengan mengurangi silau, lensa polarized membantu Anda melihat objek lebih tajam dan juga mengurangi efek berbahaya dari sinar UV.

Lensa DriveWear

Lensa yang merupakan gabungan dari teknologi photochromic dengan polarized ini memiliki warna dasar hijau kekuningan dan akan berubah menjadi coklat tua saat terkena sinar matahari langsung Lensa ini sangat nyaman untuk aktifitas outdoor, karena selain dapat mengurangi silau, tingkat kegelapan warnanya pun menyesuaikan lingkungan sekitar. Cocok untuk berkendara, golf, memancing dll

Lensa tinting

Merupakan lensa bening yang diberi pewarnaan khusus untuk melindungi mata di siang hari. Biasanya digunakan sebagai lensa sunglasses.


Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

10 Komentar untuk "Kacamata (Bukan Sekedar Gaya)"

  1. Aku bukan pemakai kacamata mbak. Alhamdulillah. Tapi dulu suka ngliat cowok yang pke kacamata..keliaran cakep n smart☺

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aih kalau dibaca cowok yang berkacamata jadi so sweet, deh.

      Hapus
  2. Kece kacamatanya, Mbak. Sama banget nih mbak, saya juga dulu berkacamata kalau dalam kelas aja. Itu pun karena kesulitan membaca tulisan di papan tulis. Baru pakai terus waktu masuk kuliah tapi di rumah sering ga pakai. Sekarang di rumah pun pakai karena minusnya udah tinggi :'(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Toss ah. Setelah kepepet, dipakai terus. Lama-lama nyaman juga, hihi....

      Hapus
  3. kece kacamatanya, kak... aku bukan pemakai kacamata sih, paling cuma punya kacamata hitam aja...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Buat kegiatan outdoor pakai kacamata hitam ya, mba.

      Hapus
  4. Saya baru memakai kacamata setahunan sih. Tapi itu cuma utk gegayaan. Mata Alhamdulillah masih waras meski minus 1.5. Tipsnya banyak mkn sayur. Saya suka wortel dari kecil. Sengaja mkn wortel bnyk2 supaya mata ga cepet minus. Hobinya maen komputer. Tapi masih minus juga sih akhirnya walau ga parah. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku juga suka wortel. Biasanya dijus tanpa gula. Sehat-sehat ya mba.

      Hapus
  5. Nah ini nih problemku :p. Mataku skr malah udh silindris mba.. Minusnya naik juga.. Gara2 males pake kacamata nih -_-. Alasanku sih krn mukaku kok ya jd aneh kalo pake kacamata yaa. Bisa jd sih ini cm perasaanku doang, krn kata suami bagus2 aja. Tp krn ga PD jd g suka makenya. Aku pake cuma pas lg nonton di bioskop, krn aku g jelas juga kalo udh nonton.. Pdhl layar segede itu.

    Sempet dulu pake kontak lens mba, tp ga bertahan lama, krn aku lbh ceroboh :p. Memang hrs ruton dipake sih ya mba.. Tp kalo lensanya cakep bgitu kyknya aku semangat deh mau beli :D. Mumpung kacamata dicover ama kantorku :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahah.. mba Fanny tetap cantik deh. Kacamata buat gaya juga sih.

      Hapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel