Bolehkah Anak-Anak Bertengkar




Assalamualaikum moms,

Bertengkar di antara anak-anak adalah sesuatu yang tak bisa dihindari. Ketiga anak saya (semuanya laki-laki) pernah melakukannya. Menginjak usia remaja si sulung sudah tidak bertengkar lagi. Masih ada dua anak yang setiap hari rasanya ada saja masalah yang menyulut perkelahian.


Sebenarnya sepele, seperti rebutan mainan, barang, makanan, dsb. Entah siapa yang memulai hingga perkelahian tak bisa dihindari. Mulai dari adu mulut hingga kontak fisik. Dari semula mencolek hingga membalasnya.

Moms yang memiliki anak-anak laki-laki apakah seperti ini juga?

Sampai bosan saya menjadi penonton adegan demi adegan mereka. Kalau tak kunjung selesai saya biasanya melerai. Atau kalau emosi masing-masing anak semakin tak terkendali. Pasti tak berunjung. Kecuali salah satu kalah atau terpaksa mengalah. Kadang mau bermaafan, tapi tak jarang keduanya merasa benar semua sehingga tidak ada yang bersedia meminta maaf dan memaafkan.

Tapi sesudah huru-hara seperti ini mereka baik-baik saja. Kembali lagi main  bersama, saling menyayangi saudaranya, seolah tidak pernah terjadi perkelahian apapun. Tidak ada rasa sakit hati. Semua permasalahan diantara mereka sudah selesai.

Lalu, saya teringat oleh keluhan seorang ibu dalam sebuah pertemuan orang tua dan guru TK. Ceritanya si ibu ini jengkel sekali melihat anaknya (laki-laki) tidak pernah melawan ketika ada anak menjahilinya. Dia selalu mengalah. Sehingga tidak pernah terjadi perkelahian. Sementara si ibu merasa bahwa menjadi seorang anak laki-laki harus gentle. Salah satu caranya ya dengan berkelahi.

Sontak saja semua yang hadir mendengarkan dengan seksama. Yang awalnya terharu lalu tertawa. Mungkin aneh, tapi begitulah. Biasanya orang tua terganggu dengan pertengkaran diantara anak-anak sementara si ibu ini sangat menginginkannya. Entah apa yang ada dalam pikiran si ibu hingga dia merasa gemas dengan tingkah anaknya. Seperti anak-anak pada umumnya, si ibu ini ingin agar sifat anaknya berubah.

Sebagaimana kita biasa mengamini bahwa laki-laki itu harus kuat, berani dan siap melakukan tindakan fisik jika dirasa perlu. Namun apa daya, jika si anak tidak pernah sekalipun bertengkar. Kalau dengan adiknya tidak bertengkar karena adiknya masih balita dan perempuan, mengapa tidak dengan teman-teman sekolahnya. Minimal untuk melindungi diri sendiri. Bukankah seorang laki-laki harus kuat dan tidak boleh menyerah begitu saja? Tidak boleh bersifat lembut dan mengalah kepada lawannya?

Si ibu tadi khawatir jika anaknya tidak mampu melawan akan banyak anak-anak yang dengan seenaknya membully. Semoga saja ini hanya kekhawatiran sesaat. Mungkin saja si anak merasa nyaman dengan tidak melawan. Itu adalah pilihan si anak. Meskipun ibunya berkali-kali mendorong si anak untuk melawan. Sekedar untuk menunjukkan bahwa seorang anak mampu melindungi dirinya.

Sampai pertemuan selesai tidak ada jawaban yang memuaskan buat si ibu. Akhirnya dia berharap semoga kelak anaknya mampu membawa diri dan tentu saja gentle.

Saya saja bosen dan jengkel melihat perkelahian diantara anak-anak. Tapi kok ya ada yang menginginkan anaknya berkelahi. Semuanya memang ada sebabnya. Bahkan ketika si anak tersebut tidak mau berkelahi bukan karena tidak bisa. Tapi karena dia merasa bahwa perbuatan seperti itu tidak perlu dibalas.

Kadang sempat berpikir, sampai kapan ya mereka berhenti memperebutkan sesuatu yang tidak penting? Tapi kemudian, saya merasa mungkin mereka harus melewati tahapan seperti ini dulu agar bisa menyelesaikan masalahnya. Asalkan tidak berbahaya, saya masih membiarkan mereka. Tidak akan ada hasilnya jika saya ikut emosi. Semuanya panas siapa yang mendinginkan?

Kemudian saya merasa sepi ketika anak kedua sedang kemah atau mabit. Tidak ada keributan di rumah. Hanya ada si bungsu. Sepi. Pada keadaan seperti ini saya merasa merindukan keramaian bersama anak-anak. Keramaian yang bisa memicu pertengkaran.

Seperti ditulis tempo.co, “Dari berkelahi, baik kakak maupun adik akan belajar memecahkan masalah, memahami sudut pandang orang lain, dan menghormati hak, perasaan, maupun barang milik orang lain. Anak yang memiliki temperamen yang tinggi kemungkinan lebih sering bertengkar. Tapi, seiring bertambahnya usia, anak akan lebih jarang berkelahi karena ia telah belajar cara mengatasi masalah yang muncul, tanpa harus diselesaikan dengan perkelahian.”

Ketika satu anak sudah beranjak remaja, masih tersisa dua adiknya yang memicu keributan di rumah. Time flies. Saya ingin ikhlas menikmati suatu masa ketika kehebohan, kerusuhan, kelucuan dan semua hal mengenai anak-anak yang benar-benar menguras kesabaran. Sebelum semuanya perlahan menghilang, saya ingin mereka bebas mengeksploistasi masa kanak-kanak. Saat seperti itu akan datang. Dan saya pasti akan merindukannya.

^_^

Sumber bacaan:

https://cantik.tempo.co/read/news/2017/01/06/336833199/kakak-dan-adik-bertengkar-ternyata-ada-manfaatnya
http://www.parenting.co.id/usia-sekolah/ketika+anak+dan+teman+bertengkar
http://health.liputan6.com/read/2275598/anak-anak-bertengkar-orangtua-harus-bagaimana

Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

14 Komentar untuk "Bolehkah Anak-Anak Bertengkar"

  1. Anakku udh mulai nih mba srg ribut :p. Adeknya umur 13 bulan, kaka umur 4.5 thn. Si kaka sih pengalah, tp kdg2 kesabarannya abis kalo adeknya slaluuu aja ngerebut mainan dia :p.

    Ujung2nya berantem rebutan.. Hahahahaha.. Aku suka lucu kalo si adek mulai tepok muka kakanya kalo berusaha mempertahankan brg dia. Krn msh kecil tepokannya jg ga sakit, dan untungnya si kaka ga ngebalas.. Duuuh aku suka kgn deh kalo mereka ribut gt. Ga kebayang kalo si adek makin gede soalnya wkwkwjwk...

    Gpp lah mrk sesekali ribut. Aku ama adekku dulu srg bgt berantem. Tp toh skr kami sangat deket malah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang bungsu sering jadi korban. Ya karena dia paling kecil dari kakaknya. Tapi kadang yang bungsu yang jahili kakaknya. Ternyata sama aja.

      Hapus
  2. wajar menurutku, seiring atmbah suai dan dewasa mereka gak bertengkar lagi malah sering curhatan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seiring bertambahnya usia, anak semakin mengerti.

      Hapus
  3. Karena baru akan punya anak jadi baru bisa pantengin tulisan pengalamanmu mbak. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha...ini sih cerita sehari-hari mba.

      Sehat-sehat semuanya ya.

      Hapus
  4. Aku.menunggu momen berantem itu lha setelah 9thn nadia baru punya ade je ntah nanti kakak bakalan galak ga tu ama adeknya skr sih syang bgt udah situnggu sejak lama soalnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mudah-mudahan kakak dan adiknya rukun dan sayang selalu.

      Hapus
  5. anak sulungku awalnya seperti itu, sampai dia punya adik. Sikapnya berubah, disenggol sedikit langsung marah. Padahal dulu, dipukul aja, diem dan gak membalas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Anak-anak masih berproses ya. Semoga rukun selalu.

      Hapus
  6. Tulisan yang bagus, anak ku juga laki-laki sama perempuan 8 tahun dan 6 tahun bertengkar terus kalau ketemu.

    BalasHapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel