Ke Masjid Tanpa Berburu Takjil
Sabtu, 17 Juni 2017
16 Komentar
Hampir
seminggu berada di Pasuruan membuat saya harus pandai memilih makanan.
Sayangnya tidak banyak pilihan. Atau saya yang belum juga hafal daerah sini! Mau memasak semua menu sendiri, dapur tidak
memungkinkan. Masih tetap memasak seperti masak nasi, air, mie, telor. Ya
Allah, akhirnya makan mie juga. Nanti kalau di rumah, insyaf.
Dua
anak sudah libur, jadi kami memiliki banyak waktu bersama. Mau hidup nomaden
seperti inipun tak apa. Toh, bisa berkumpul minus si sulung adalah keistimewaan
tak terkira.
Pikiran
licikpun segera mengisi kepala. Mau berbuka dengan apa? Kalimat ini benar-benar
meracuni hari-hari di sini. Kalau makan nasi punel (makanan khas Bangil,
Pasuruan) saya bisa membeli sendiri dengan berjalan kaki. Atau es degan, es
campur, dsb, banyak. Tapi kalau lainnya, saya mesti menunggu suami pulang, biar
ada yang mengantarkan.
Jam
pulang suami, masih sama. Jadi kalau mau membeli lauk, kita seperti sedang diburu waktu. Takut
kalau sudah maghrib tidak bisa sholat di masjid.
Yang
menyenangkan berada disini adalah bisa menikmati sholat berjamah dan suara imam masjid. Hahaha..
begitu merdu hingga bacaan surat panjang tak terasa lagi. Kaki tidak lagi
terasa pegal berdiri. Siapapun imamnya, bacaannya tetap tartil meski kadang
tenggelam oleh deru kendaraan yang lalu lalang di jalan.
Mendengarkan
bacaan imam sholat itu hati terasa adem dan damai. Seperti memiliki magnet,
saya selalu ingin kesana. Ya Allah, peliharalah hati ini untuk selalu tertaut pada kebaikan-kebaikan. Setelah ini saya akan merindukan saat-saat berada di
masjid.
Disinipun
saya mendapat pelajaran berharga, tentang semangat para wanita yang sudah sepuh
untuk terus mendekatkan diri kepadaNya. Sekitar 50 orang mengikuti itikaf di
masjid ini. Ada juga yang berasal dari luar kota. Sudah beberapa Ramadhan
mendaftar itikaf.
Lanjut...
Menjelang
maghrib kami sudah bersiap ke masjid Manarul Ilmi. Seperti tahun lalu, masjid
ini menyediakan takjil dan nasi kotak. Tapi tidak semua jamaah mendapatkannya.
Untuk jamaah wanita, menjelang adzan maghrib, makanan dibagikan. Sedangkan
untuk jamaah laki-laki, setelah sholat maghrib, di shaf pertama dan kedua
diberikan kupon. Nanti bisa ditukar dengan makanan di tempat terpisah.
Di
sepuluh hari terakhir ini jumlah makanan ditambah sehingga hampir semua jamaah
mendapat jatah makan. Kalaupun tidak ya karena menolak saja.
Hari
pertama, saya, suami dan dua anak mendapatkan makanan. Padahal biasanya anak
kecil tidak dihitung. Hari kedua, kami datang ketika adzan maghrib, dan
pembagian makanan untuk jamaah wanita sudah berakhir.
Saya
masih sempat minum seteguk teh kotak yang saya bawa dari rumah. Begitu sholat
maghrib selesai, kami berkumpul di teras. Ada dua kotak nasi dari suami. Si
bungsu tidak kebagian. Ya, sudahlah.
Dalam
keadaan seperti ini saya jadi merenung, sebenarnya tujuan kita ke masjid adalah
untuk beribadah. Masalah nasi takjil itu adalah bonus. Jadi ikhlaskan saja,
tidak perlu kecewa ketika melihat di sekeliling adalah para jamaah yang
menikmati hidangan berbuka dari masjid.
Di
bulan Ramadhan kita sering ya ke masjid menjelang maghrib. Biasanya kalau ada
suami, saya dan anak-anak diajak bareng-bareng ke masjid. Apalagi kalau sedang
bepergian. Dulu, ketika suami masih dinas di Surabaya, harapan kami sebisa
mungkin tiba di Tuban menjelang maghrib. Kenyataannya, tidak. Suami pulang
kantor seperti biasa. Dan selama di perjalanan kita selalu berbuka di masjid.
Daripada
berbuka di jalan, lebih baik memperhatikan jam. Kalau sudah mendekati maghrib,
segera mencari masjid terdekat. Diantara masjid-masjid yang kami singgahi
selalu memberikan takjil kepada jamaah tetap dan musafir.
Ah,
manusia memang sering berkeluh kesah. Mendapat ujian sedikit saja sudah
mengeluh panjang pendek. Dan saya merasa sangat malu. Betapa tujuan ke masjid
menjadi ternoda. Padahal kalau mau jujur, di depan masjid itu ada yang warung
nasi.
Malam
terakhir di masjid, seorang pengurus masjidnya menawari saya nasi kotak. Waktu pembagian
makanan saya belum datang. Sampai dua kali
bertanya, menjelang sholat maghrib dan isya’. “Nggak apa-apa. Minta saja di
bawah. Karena memang sudah disediakan untuk jamaah.”
“Hah,
disuruh meminta makanan?” bisik hati ini. Maka dengan halus saya tolak. Saya mungkin
sudah tidak lagi peduli tentang makanan. Alhamdulillah suami dan dua anak dapat
makanan. Jadi kita bisa makan bersama dan sudah cukup.
Bukankah
di bulan mulia ini sebaiknya memperbanyak amal ibadah seperti memberi takjil
buat orang berpuasa. Tapi keadaan menjadi terbalik. Saya yang mendapat takjil
dari masjid dan di jalan.
Saya
rasa ketika sudah berniat ke masjid, segera fokuskan pikiran. Segala masalah yang
berkeliaran di kepala insyaAllah ada jalan keluarnya.
NB:
maaf alurnya agak kacau dan fotonya kurang maksimal. Saya kurang nyaman motret di tempat ibadah dengan kamera. Jadi, bermodalkan kamera hp ala kadarnya saja, setelah sholat baru jeprat-jepret diam-diam. Lainnya, banyak foto yang blur.
^_^
Aku belum pernah sih berbuka dengan takjil yang disediain masjid karena lebih sering berbuka di rumah hehe. Tapi memang yang penting kan niat kita menunaikan ibadah sholat ya mbak Nur :)
BalasHapusIya, lebih asyik di rumah, berbuka bersama keluarga tercinta.
Hapushihii selama ramadahn memang banyak masjid yang menyediakan takjil ya mba. Positifnya masjid jadi ramai dan semarak ramadahan jadi makin terasa.
BalasHapusKalau berada di tempat baru saya juga gitu, perut suka pilih2 makan... hihii maunay yang enak2 aja..
Kenyataannya takjil ini memang penting buat musafir...eh jamaah juga ya.
Hapusbiasanya kalau ke masjid setelah buka di rumah. Walau pun masjid deket rumah cukup sering ada acara buka bersama
BalasHapusAku malah jarang berbuka di masjid terdekat.
HapusJujurnya aku blm prnh berbuka di mesjid.. Krn kebiasaan dari dulu, mulai sholat tarawih di mesjid stlh berbuka puasa.. Jd ga prnh bisa ikutan buka di mesjidnya.lagian dulu sempet mikir, makanan berbuka di mesjid itu hanya utk musafir mba :D. Ternyata memang bisa untuk semua yaa.
BalasHapusUntuk semua jamaah. Dan aku musafir, hihi...
HapusMari kita tingkatkan amal dan ibadah di bulan ramadan kali ini, smg allah menerima dan meridhoi. Amin ya rabbal alamin
BalasHapusAamiin. Makasih.
Hapuswah masjid ini sering saya kunjungi kalau perjalanan pas Bondowoso - Surabaya, dan juga numpang mandi kalo pas masuk Shubuh, karena berangkat dari Bondowoso jam 2 pagi, kangen bener mbak suara imamnya yang merdu
BalasHapusBener ya, masjidnya berkah.
HapusRamadhan penuh berkaah mbaak. . Sepakaat yg penting niatnya ke masjid adalah untuk beribadah kalau masalah dpat takjil dan nasi kotak itu bonus dr Allah. . :) Alhamdulillaah. .
BalasHapusMakasih ya.
HapusRamadhan penuh berkaah mbaak. . Sepakaat yg penting niatnya ke masjid adalah untuk beribadah kalau masalah dpat takjil dan nasi kotak itu bonus dr Allah. . :) Alhamdulillaah. .
BalasHapusBener mba, yang penting niatnya.
Hapus