Kemarau di Goa Kancing
Jumat, 15 September 2017
2 Komentar
Assalamualaikum
Tuban
dikenal sebagai kota seribu goa. Beberapa diantaranya sudah dikembangkan
sebagai destinasi wisata. Contohnya Goa Akbar dan Goa Putri Asih. Sedangkan Goa
Kancing belum disentuh untuk sektor wisata.
Disini
masih berkembang hal-hal mistis seputar goa yang membuat orang-orang setempat
tidak lagi menghiraukan keberadaan goa.
Lokasi
Goa
Kancing terletak di dusun Tlogo, Desa Prunggahan Kulon, Kecamatan Semanding,
Kabupaten Tuban.
Beruntung
jalan menuju Goa Kancing ini sudah beraspal. Hanya jalan yang mendekati goa
yang rusak. Tapi tak parah. Untuk kendaraan roda empat bisa sampai hingga
lokasi. Parkir sembarang saja, di tepi jalan. Karena lokasi ini lumayan luas.
Jika
dari kota sebaiknya mengambil jalan ke arah Semanding yang menuju pemandian
Bektiharjo (melewati rumah sakit Medika Mulia). Selanjutnya mengambil jalan
menuju dusun Tlogo. Ada petunjuk arah, meski kecil. Kemudian masuk ke Jalan Goa
Kancing. Foto diambil beberapa bulan lalu ketika pohon-pohon masih menghijau.
Yang
menarik dari goa kancing
Goa
biasanya berupa cerukan, lubang, lorong di dalam perut bumi. Namun di Goa Kancing
ini kita tidak akan menemukan lorong panjang dengan lampu warna-warni. Tidak
pula staklakmit dan staklaktit. Kita juga tidak akan menemukan air yang menetes
perlahan dari batu-batuan goa.
Saya
menyadari perbedaan ini ketika berada di sana. Mana goanya? Mungkin itulah yang
terbersit dalam benak kita. Mengapa disebut goa kancing? Mengapa ada kata “goa”
kalau tidak ada goa sebenar-benarnya!
Lorong-lorong
yang biasa kita lalui dalam goa sejatinya adalah bekas galian. Memang sudah ada jalurnya namun kalau tidak
digali, bakal sulit menemukan jalan. Dan lorong-lorong goa tersebut biasanya
bercabang, sambung menyambung. Ada kalanya dibuat lorong tambahan dan ornamen
dalam goa. Semua dimaksudkan agar para pengunjung nyaman dan senang.
Lorong-lorong
tersebut tidak ujug-ujug ada. Setahu
saya goa-goa disini digali, direnovasi, (maupun tidak renovasi) tapi tetap
menampilkan bagian-bagian terpenting dari goa.
Oke,
kita tidak mendapati semua bagian goa, atau memang karena tidak ada tindakan
untuk menggali goanya. Kita bisa sejenak melupakan masalah bagian-bagian goa,
lalu mencari keunikan lain dari goa kancing.
Goa
kancing ini terdiri dari dua batu raksasa yang berhadapan seolah-olah
menyerupai kancing. Di tengah keduanya ada batu yang cukup untuk duduk-duduk
cantik sambil menikmati semilir angin. Lalu cekrek dan upload!
Pada
batu raksasa sebelah kiri (saya melihatnya dari atas) ada dua lubang, gelap.
Kalau musim hujan di depan lubang itu ditumbuhi semak. Saya tidak tahu apakah
di dalam lubang ini ada semacam lorong yang biasa kita sebut goa. Ukurannya
tidaklah cukup untuk kita masuki. Lagipula posisinya sulit dijangkau.
Sayang
pengunjung kurang bisa menghargai alam. Di beberapa bagian ada coretan-coretan
yang menyolok. Aksi vandalisme semacam ini jika dibiarkan jelas akan merusak
dan mengundang lainnya untuk ikut serta.
Uji
adrenalin dengan foto di ketinggian
Jika
googling foto-foto goa kancing, kita
akan menemukan banyak sekali orang yang menaiki batu raksasa. Asalkan tetap
menjaga diri, dan waspada, untuk menaiki puncak tidaklah sulit.
Tidak
perlu pergi keluar kota jika ingin memiliki foto seseruan, dari ketinggian.
Seperti ini saja sudah cukup membuat saya bergidik. Ehm... entah berpa ya
ketinggiannya, namun suami dan anak bungsu saya sanggup mendaki puncaknya.
Batu
ini cukup keras dan tajam. Seperti batu-batu karang pada umumnya, cukup kuat
sebagai pijakan. Tak heran banyak beredar foto mas-mas dengan gaya maskulin
mendaki di puncak.
Daerah
ini merupakan tandus. Tanah gersang, merah dan merekah. Debu, daun kering
terbang beriringan. Semak-semak yang biasa menemani batu-batu cadas, berangsur
hilang. Hanya satu dua yang bertahan dari teriknya matahari.
Sejauh
mata memandang, petak-petak ladang kosong. Pohon-pohon di sepanjang jalan
meranggas. Jalanan lenggang. Satu dua kendaraan roda dua muncul. Biasanya orang
desa yang membawa setumpuk daun untuk pakan ternak.
Rumah-rumah
penduduk jarang. Di sekitar pintu masuk jalan Goa Kancing masih ramai rumah.
Setelah itu adalah ladang-ladang jagung yang dibiarkan merana pemiliknya.
Pengairan
untuk ladang sebagian besar mengandalkan hujan. Di musim hujan, ladang-ladang jagung bisa
ditanami. Orang-orang desa yang bekerja di kota buru-buru pulang untuk bekerja
di ladang. Demi ladang, demi hubungan kekeluargaan yang erat dan demi
kesetiaaan.
Ada
pelajaran berharga ketika berada di ketinggian lalu menatap ke bawah. Semua
yang dibawah terlihat kecil dan tak berharga. Mungkin seperti itulah jika kita
tetap berada di atas tanpa mau menatap ke bawah.
So,
Goa Kancing bukanlah sebuah tempat wisata. Saya lebih suka menyebut goa kancing
sebagai tempat seseruan saja. Buat hunting
foto, berpetualang atau yang hobi motor cross.
Buat yang penasaran dengan Goa Kancing, silakan mampir saja. Gratis, selama belum ada yang mengelola. Pemandangan disini masih alami. Masih sepi, karena saya datang tidak disaat ramai. Bertemu dengan orang (anak muda) tak lebih dari dua. Itupun dengan tujuan utama untuk hunting foto.
Karena
goa ini terletak di dataran tinggi yang tandus, sebaiknya datang di pagi atau sore hari.
Siang di musim kemarau seperti ini panas sekali. Sebentar saja rasanya
menyengat. Sst...jangan lupa membawa minum!
Happy
traveling!
^_^
Belum pernah kesana, boleh dicoba juga
BalasHapusMonggo, mas.
Hapus