Jembatan WPK
Jumat, 22 Desember 2017
18 Komentar
Assalamualaikum,
WPK merupakan singkatan dari Wisata Pantai Kutang. Lebih sering disebut Pantai Kutang saja. Pantai Kutang terletak di jalur pantura kabupaten Lamongan.
Awalnya saya merasa sama saja seperti pantai-pantai di daerah saya. Pantai pasti seperti itu-itu juga. Sebagai orang pesisir, gambaran pantai pasti sudah ada jelas di kepala. Meski pada kenyataannya ada saja keunikan dari pantai-pantai yang saya kunjungi.
Sedikit cerita tentang Pantai Kutang. Sebenarnya agak risih juga menulis tentang pantai ini. Pastinya karena nama Pantai Kutang identik dengan (maaf) pakaian dalam wanita. Nama memang berkaitan erat dengan sejarahnya. Tapi saya tidak ingin membahas ini. Bisa googling ya!
Jembatan Pantai Kutang
Pantai Kutang ini menarik karena ada jembatan sepanjang 347 m yang bakal mengantarkan pengunjung ke bibir pantai. Jika membawa anak-anak bisa loh, sekalian membawa bola. Main bola di pasir cukup aman. Asal tetap dalam pengawasan orang tua.
Memasuki gapura jembatan, kita akan melihat air pantai yang tenang dibawahnya. Tidak seperti di pantai selatan pulau Jawa, di bibir pantai ini ombak bergelung perlahan. Kalau beruntung bisa melihat ikan-ikan kecil.
Di Pantai Kutang ini saya bisa melihat dan memegang rumput laut. Norak ya! Jujur baru kali ini saya melihat rumput laut asli dari laut. Kalau yang biasa digunakan sebagai es campur, sering sih. Tapi kalau aslinya seperti apa ya baru kali ini.
Ternyata rumput laut itu bermacam-macam warna dan bentuknya. Lucu juga sih ketika menyentuh rumput laut. Kenyal dan elastis. Ada yang berwarna hijau. Yang hijau sudah mainstream ya. Ada juga yang merah. Merahnya seperti bata, agak kecoklatan.
Karena masih ragu apakah benar tanaman di pasir itu rumput laut, saya bertanya saja kepada warga yang berjualan disini. Ternyata benar. Ya, karena rumput lautnya tidak seperti bayangan saya.
Kembali ke jembatan WPK...
Jembatan WPK ini terbuat dari kayu yang dicat berwarna warni. Sayangnya semakin kita berjalan jauh menuju ujung jembatan, masih ada yang belum dicat. Jadi masih terlihat kayu aslinya. Mungkin belum selesai ya.
Jembatan ini memang instagrammable jika kita bisa mencari angle yang pas. Seperti saya ketika bertemu dengan beberapa orang yang sengaja duduk-duduk menghadap pantai. Lama banget! Padahal panas! Saya pikir mereka sengaja ingin melihat pantai. Eh, ternyata buat foto-foto dan syuting video.
Kita bisa foto dijembatan ini dengan background air pantai yang kebiruan dan langit yang kebiruan juga tapi beda beberapa tingkat. Untungnya langit sedang cerah. Jadi kami bisa bermain dengan puas.
Yang perlu diingat bahwa, kayu dijembatan ini tidaklah kokoh. Maka perlu berhati-hati. Apalagi ketika kita foto dengan bersandar pada kayunya. Sepertinya ada peringatan untuk tidak bersandar di jembatan (CMIIW). Tapi foto dengan bersandar di jembatan hanya sekedar gaya-gayaan saja.
Ketika tiba diujung jembatan, rasanya kok kurang pas ya untuk mengajak anak-anak kecil atau bayi. Tangga di jembatan ini cukup tinggi. Sementara dibawahnya adalah air. Memang bukan masuk ke pantai dengan ujung gelombang. Tapi genangan air cukup mengganggu jika pengunjung salah menginjakkan kakinya. Bukan melangkah di bekas pondasi jembatan yang berbentuk bulat, namun bisa terjerembab di genangan air.
Mungkin proyek pembangunan jembatan ini belum selesai. Kalau saya perhatikan pondasi berbentuk bulat ini sudah dipasang hingga ke bibir pantai. Nah, seandainya jembatan ini diteruskan, pengunjung pasti senang. Karena kita tidak lagi kesulitan naik dan turun. Apalagi bagi wanita yang menggunakan gamis maupun rok. Ribet!
Faktanya, tangga ini tidak menjadi halangan besar bagi anak-anak TK. Saya melihat rombongan anak TK yang rekreasi bersama wali murid (ibu-ibu). Pada saat mau turun, baik guru maupun orang tua, menggendong anak satu persatu. Meski terlihat sulit, namun semua berhasil turun dengan selamat.
Setelah turun dari jembatan, saya memilih duduk di bangku bambu sambil mengawasi anak-anak yang bermain. Sayang cuaca pagi itu sudah terasa panas yang begitu menyengat. Keringat bercucuran ketika berjalan sepanjang jembatannya. Padahal baru pukul 09.00. Kalau siang nanti bakal seperti apa panasnya?
Oh ya, disini banyak warung yang menjual minuman seperti kelapa muda dan makanan ringan. Sambil duduk lesehan sambil memandang pantai.
Pantai ini dilengkapi dengan tong-tong sampah. Tapi tetap ada sampah yang tercecer sembarangan. Kadang saya berpikir, apa sih susahnya buat memasukkan sampah ke tempatnya. Toh, sudah disediakan.
Untuk fasilitas umum lainnya masih kurang. Semoga saja di masa mendatang lebih diperhatikan, mengingat ramainya pengunjung ke pantai. Apalagi kalau termasuk penggemar wisata murah meriah seperti saya. Ehem...
Membudayakan hidup bersih memang tidak segampang mengucapkannya. Butuh contoh nyata dan konsisten. Dimulai dari diri sendiri dan keluarga. Semoga !
Note:
1.Waktu
Yang perlu diperhatikan ketika berkunjung di Pantai Kutang adalah waktu. Ya, waktu yang tepat adalah ketika masih pagi dan sore. Ketika saya datang pukul 09.00 rasanya sudah panas. Mungkin lebih pagi lagi ketika udara masih segar dan matahari tidak begitu menyengat.
2. Baju
Sebaiknya memakai baju yang casual dan yang menyerap keringat. Maklum cuaca bisa berubah sewaktu-waktu. Meski pagi cerah dan adem, bisa jadi siang sudah menyengat lalu mendung. Setidaknya dengan baju tersebut kita merasa nyaman dan bisa bergerak dengan leluasa.
Tiket masuk:
Tidak ada tiket masuk. Yang ada pengunjung diminta membayar uang parkir sebesar Rp 5.000. Murah ya.
Lokasi:
Dukuh Kentong desa Labuhan kecamatan Brondong, Lamongan
Happy traveling!
^_^
indonesia memang kaya akan tempat wisata yaa mba. saking banyaknya sampe kita kadang gak tau
BalasHapusHihi... iya, mba. Bahwa sebenarnya banyak disekitar kita yang bisa dieksplore.
HapusAku prnh baca ttg pantai ini dr blog lain :). Namanya memang ga biasa ya mba. Malah jd pgn browsing sejarahnya :) . Akupun baru kali ini rumput laut.. Taunya cm yg hijau :D. Ternyata ada merah juga
BalasHapusBanyak yang nulis pantai kutang ya.
HapusKayaknya panjang banget tuh mbak jembatanya :D
BalasHapusLumayanlah buat olah raga, mas.
HapusKalo soal sampah, memang sulir sekali ya mbak. Di indonesia hampir sisetiap tempat wisata selalu ada sampah berserekan padahal ada tempat sampah.
BalasHapusMungkin harus dari kesadaran masyarakatnya untuk saling menjaga.
APa lagi pantai ini, salah satu kekayaan alam indonesia. Mungkin jika di kembangkan dan di jaka. BUkan sekedar menarik wisata lokal saja.
Yup, semoga ada kesadaran masyarakat Indonesia untuk menjaga kebersihan.
HapusSelain untuk tempat rekreasi bagi anak dan keluarga pantai kutang ini juga bisa buat membuat inspirasi yang menarik karena dilihat dari suasana alamnya yang begitu sejuk..😊😊😊
BalasHapusIya, masih alami.
HapusPengen kesana saya... Kemarin ya lewat saja
BalasHapusSemoga bisa main-main kesana ya.
HapusHihi namanya pantai Kutang...tapi murmer ya. Dan kelihatan sepi alami, sepi itu paling dicari banget buat foto2 hahaha...thanks for sharing
BalasHapusSepi karena masih pagi. Siang dikit sudah ramai.
HapusMbaa, itu pas kondisi air pantai lagi surut ya mba? Kalau pas air pasang mungkin semakin lebih indah ya mbaa :)
BalasHapusLagi surut, mba Al.
HapusNama Pantainya agak gimana gitu ya Mbak dengernya
BalasHapusGak kebayang Mbak kalau tengah hari lewatin jembatannya, sepanjang itu pula
Tengah hari? Panas banget, mba. kecuali kalau mendung atau hujan.
Hapus