Jembatan WPK



jembatan wpk


Assalamualaikum,

WPK merupakan singkatan dari Wisata Pantai Kutang. Lebih sering disebut Pantai Kutang saja. Pantai Kutang terletak di jalur pantura kabupaten Lamongan.

Awalnya saya merasa sama saja seperti pantai-pantai di daerah saya. Pantai pasti seperti itu-itu juga. Sebagai orang pesisir, gambaran pantai pasti sudah ada jelas di kepala. Meski pada kenyataannya ada saja keunikan dari pantai-pantai yang saya kunjungi.

Sedikit cerita tentang Pantai Kutang. Sebenarnya agak risih juga menulis tentang pantai ini. Pastinya karena nama Pantai Kutang identik dengan (maaf) pakaian dalam wanita. Nama memang berkaitan erat dengan sejarahnya. Tapi saya tidak ingin membahas ini. Bisa googling ya!

Jembatan Pantai Kutang

Pantai Kutang ini menarik karena ada jembatan sepanjang 347 m yang bakal mengantarkan pengunjung ke bibir pantai. Jika membawa anak-anak bisa loh, sekalian membawa bola. Main bola di pasir cukup aman. Asal tetap dalam pengawasan orang tua.

pantai kutang lamongan


Memasuki gapura jembatan, kita akan melihat air pantai yang tenang dibawahnya. Tidak seperti di pantai selatan pulau Jawa, di bibir pantai ini ombak bergelung perlahan. Kalau beruntung bisa melihat ikan-ikan kecil.

Di Pantai Kutang ini saya bisa melihat dan memegang rumput laut. Norak ya! Jujur baru kali ini saya melihat rumput laut asli dari laut. Kalau yang biasa digunakan sebagai es campur, sering sih. Tapi kalau aslinya seperti apa ya baru kali ini.

Ternyata rumput laut itu bermacam-macam warna dan bentuknya. Lucu juga sih ketika menyentuh rumput laut. Kenyal dan elastis. Ada yang berwarna hijau. Yang hijau sudah mainstream ya. Ada juga yang merah. Merahnya seperti bata, agak kecoklatan.

Karena masih ragu apakah benar tanaman di pasir itu rumput laut, saya bertanya saja kepada warga yang berjualan disini. Ternyata benar. Ya, karena rumput lautnya tidak seperti bayangan saya.  

Rumput laut

 
Kembali ke jembatan WPK...

Jembatan WPK ini terbuat dari kayu yang dicat berwarna warni. Sayangnya semakin kita berjalan jauh menuju ujung jembatan, masih ada yang belum dicat. Jadi masih terlihat kayu aslinya. Mungkin belum selesai ya.

Jembatan ini memang instagrammable jika kita bisa mencari angle yang pas. Seperti saya ketika bertemu dengan beberapa orang yang sengaja duduk-duduk menghadap pantai. Lama banget! Padahal panas! Saya pikir mereka sengaja ingin melihat pantai. Eh, ternyata buat foto-foto dan syuting video.

Kita bisa foto dijembatan ini dengan background air pantai yang kebiruan dan langit yang kebiruan juga tapi beda beberapa tingkat. Untungnya langit sedang cerah. Jadi kami bisa bermain dengan puas.

Yang perlu diingat bahwa, kayu dijembatan ini tidaklah kokoh. Maka perlu berhati-hati. Apalagi ketika kita foto dengan bersandar pada kayunya. Sepertinya ada peringatan untuk tidak bersandar di jembatan (CMIIW). Tapi foto dengan bersandar di jembatan hanya sekedar gaya-gayaan saja.

Jembatan WPK


Ketika tiba diujung jembatan, rasanya kok kurang pas ya untuk mengajak anak-anak kecil atau bayi. Tangga di jembatan ini cukup tinggi. Sementara dibawahnya adalah air. Memang bukan masuk ke pantai dengan ujung gelombang. Tapi genangan air cukup mengganggu jika pengunjung salah menginjakkan kakinya. Bukan melangkah di bekas pondasi jembatan yang berbentuk bulat, namun bisa terjerembab di genangan air.

Mungkin proyek pembangunan jembatan ini belum selesai. Kalau saya perhatikan pondasi berbentuk bulat ini sudah dipasang hingga ke bibir pantai. Nah, seandainya jembatan ini diteruskan, pengunjung pasti senang. Karena kita tidak lagi kesulitan naik dan turun. Apalagi bagi wanita yang menggunakan gamis maupun rok. Ribet!

Faktanya, tangga ini tidak menjadi halangan besar bagi anak-anak TK. Saya melihat rombongan anak TK yang rekreasi bersama wali murid (ibu-ibu). Pada saat mau turun, baik guru maupun orang tua, menggendong anak satu persatu. Meski terlihat sulit, namun semua berhasil turun dengan selamat.

Setelah turun dari jembatan, saya memilih duduk di bangku bambu sambil mengawasi anak-anak yang bermain. Sayang cuaca pagi itu sudah terasa panas yang begitu menyengat. Keringat bercucuran ketika berjalan sepanjang jembatannya. Padahal baru pukul 09.00. Kalau siang nanti bakal seperti apa panasnya?

Oh ya, disini banyak warung yang menjual minuman seperti kelapa muda dan makanan ringan. Sambil duduk lesehan sambil memandang pantai.

Jembatan WPK


Pantai ini dilengkapi dengan tong-tong sampah. Tapi tetap ada sampah yang tercecer sembarangan. Kadang saya berpikir, apa sih susahnya buat memasukkan sampah ke tempatnya. Toh, sudah disediakan.

Untuk fasilitas umum lainnya masih kurang. Semoga saja di masa mendatang lebih diperhatikan, mengingat ramainya pengunjung ke pantai. Apalagi kalau termasuk penggemar wisata murah meriah seperti saya. Ehem...

Membudayakan hidup bersih memang tidak segampang mengucapkannya. Butuh contoh nyata dan konsisten. Dimulai dari diri sendiri dan keluarga. Semoga !

Note:

1.Waktu
Yang perlu diperhatikan ketika berkunjung di Pantai Kutang adalah waktu. Ya, waktu yang tepat adalah ketika masih pagi dan sore. Ketika saya datang pukul 09.00 rasanya sudah panas. Mungkin lebih pagi lagi ketika udara masih segar dan matahari tidak begitu menyengat.

2. Baju
Sebaiknya memakai baju yang casual dan yang menyerap keringat. Maklum cuaca bisa berubah sewaktu-waktu. Meski pagi cerah dan adem, bisa jadi siang sudah menyengat lalu mendung. Setidaknya dengan baju tersebut kita merasa nyaman dan bisa bergerak dengan leluasa.

Tiket masuk:

Tidak ada tiket masuk. Yang ada pengunjung diminta membayar uang parkir sebesar Rp 5.000. Murah ya. 

Lokasi:
Dukuh Kentong desa Labuhan kecamatan Brondong, Lamongan

Happy traveling!

^_^

Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

18 Komentar untuk "Jembatan WPK"

  1. indonesia memang kaya akan tempat wisata yaa mba. saking banyaknya sampe kita kadang gak tau

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi... iya, mba. Bahwa sebenarnya banyak disekitar kita yang bisa dieksplore.

      Hapus
  2. Aku prnh baca ttg pantai ini dr blog lain :). Namanya memang ga biasa ya mba. Malah jd pgn browsing sejarahnya :) . Akupun baru kali ini rumput laut.. Taunya cm yg hijau :D. Ternyata ada merah juga

    BalasHapus
  3. Kayaknya panjang banget tuh mbak jembatanya :D

    BalasHapus
  4. Kalo soal sampah, memang sulir sekali ya mbak. Di indonesia hampir sisetiap tempat wisata selalu ada sampah berserekan padahal ada tempat sampah.
    Mungkin harus dari kesadaran masyarakatnya untuk saling menjaga.

    APa lagi pantai ini, salah satu kekayaan alam indonesia. Mungkin jika di kembangkan dan di jaka. BUkan sekedar menarik wisata lokal saja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yup, semoga ada kesadaran masyarakat Indonesia untuk menjaga kebersihan.

      Hapus
  5. Selain untuk tempat rekreasi bagi anak dan keluarga pantai kutang ini juga bisa buat membuat inspirasi yang menarik karena dilihat dari suasana alamnya yang begitu sejuk..😊😊😊

    BalasHapus
  6. Pengen kesana saya... Kemarin ya lewat saja

    BalasHapus
  7. Hihi namanya pantai Kutang...tapi murmer ya. Dan kelihatan sepi alami, sepi itu paling dicari banget buat foto2 hahaha...thanks for sharing

    BalasHapus
  8. Mbaa, itu pas kondisi air pantai lagi surut ya mba? Kalau pas air pasang mungkin semakin lebih indah ya mbaa :)

    BalasHapus
  9. Nama Pantainya agak gimana gitu ya Mbak dengernya
    Gak kebayang Mbak kalau tengah hari lewatin jembatannya, sepanjang itu pula

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tengah hari? Panas banget, mba. kecuali kalau mendung atau hujan.

      Hapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel