Bekal Anak



Bekal anak


Ada yang galau seperti saya ketika merencanakan bekal anak? Enaknya membawa bekal apa ya? Yang praktis, yang sederhana, yang disukai anak-anak. Apalagi kalau bisa berhemat! Lalu googling mencari resep bekal buat anak-anak. 

Bekal anak bisa berupa nasi lengkap dengan lauk pauk. Bisa juga snack sehat. Kalau membawa nasi sebenarnya mudah. Tinggal menyiapkan nasi dari rumah. Membuat menu sederhana yang bisa bertahan hingga siang nanti.

Namun, ada sekolah yang menerapkan bekal sehat yang mesti dipatuhi seperti tidak boleh menggunakan pewarna, penyedap, pengawet, dsb. Bungkus sebaiknya ditujukan untuk mengurangi pemakaian sampah plastik.

Aduh repot ya! Padahal kalau kita memesan/membeli snack di catering atau toko kue biasanya menggunakan plastik dan kotak kardus. Nah, kalau ada peraturan seperti, ibu-ibu banyak yang galau. Bagaimana tidak, semua yang praktis akhirnya menjadi ribet. Katakanlah kita menggunakan daun sebagai pembungkus. Bukan kertas minyak seperti yang biasa digunakan.

Jadi bagaimana?

Jawaban tergantung masing-masing. Yang suka memasak, oke saja. Anggap saja sebagai tantangan. Yang sibuk atau alasan lainnya lebih baik membawa uang saku saja.

Lalu saya menerapkan yang mana? Keduanya. Kadang membawa bekal kadang uang saku lebih baik. Karena tidak selamanya kedua tangan ibu bisa diandalkan. Ada kalanya saya sedang capek, sakit bahkan tidak ada waktu untuk memasak di dapur. Satu lagi, saya sedang malas!

Namun, saya tetap senang membawakan bekal anak. Saya menikmati masa-masa menyiapkan bekal nasi dan bekal snack. Masa ketika urusan dapur di pagi hari begitu rumit. Kemudian saya merindukan masa itu...

Ketika si sulung masuk SMP, saya mulai menyiapkan bekal nasi. Anak pra remaja lagi doyan makan. Di sekolahnya ada kantin yang berjualan makanan. Jadi kalau tiba waktu istirahat bisa saja membeli snack atau bakso, nasi, dsb. Tapi anak saya malas mengantre dan dia cepat lapar.

Manfaat membawa bekal buat anak-anak:


  1. Menu sehat dan sesuai dengan keinginan anak
  2. Hemat
  3. Cinta ibu dalam sebuah kotak bekal anak
  4. Kreatif
  5. Belajar berbagi


Membawa bekal menuntut ibu untuk kreatif. Saya belajar banyak hal agar urusan memasak di pagi hari tidak memakan waktu lama. Meski kenyataannya tidak mudah. Untungnya si anak mau membantu urusan dapur. Mulai dari menyiapkan sayur hingga mencuci piring. Kalau ada asisten seperti ini, urusan memasak menjadi lebih mudah dan cepat.

Ada pengalaman yang masih saya ingat ketika seorang ibu mendatangi saya dan mengucapkan rasa terima kasih. Saya agak heran karena saya tak begitu akrab dengannya. Kemudian si ibu berkata bahwa anaknya sering mencicipi bekal anak saya. Aduh saya jadi terharu. Padahal menunya biasa saja. Menu sehari- hari ala kami.

Dengan membawa bekal, ada temannya yang tidak pernah mencoba sayur, jadi ikut mencicipi. Eh, ternyata sayur tidak seekstrim yang dipikirkan! Atau ketika saya mencoba menu-menu yang sebenarnya biasa namun bagi temannya “agak aneh”. Contohnya olahan jamur.

Walaupun cuma mencicipi sedikit tapi teman-teman anak saya jadi tahu. “Oh begini ya rasanya,” kata temannya. Kemungkinan di rumah, si ibu memasak menu yang begitu-begitu saja.

Nah, ketika membawa bekal saya mesti membuat menu yang berbeda dengan sarapan. Tujuannya agar si anak tidak bosan. Tapi karena anak saya termasuk gampangan, semua terasa enak. Tidak ada protes, kecuali jika saya memasak terlalu asin (mungkin saya kurang fokus). Kalau pedas sih jarang.

Gara-gara anak saya membawa bekal nasi, beberapa temannya ikut juga. Mereka ini bisa saling bertukar lauk. Saling mencicipi bekal. Dan setiap ibu biasanya memiliki ciri khasnya masing-masing. Mungkin juga karena disesuaikan dengan kesukaan anaknya. Ada yang selalu membawa makanan pedas. Ada yang selalu membawa ayam.

Urusan bekal si sulung sudah selesai sejak lulus sekolah. Mengingat masa itu kadang suka terharu juga. Kalau saat ini saya masih membawakan bekal berupa snack buat si bungsu. Biasanya kami merencanakan mau membawa bekal apa besok. Kadang saya ada ide kadang juga tidak. Kadang dia yang meminta membuat bekal. Kalau gampang dan waktunya ada ya saya siap saja.

Bagi saya membawa bekal itu selalu menarik. Si bungsu sering bercerita bahwa dia berbagi bekal dengan teman-temannya. “Aku sampai dapat sedikit,” katanya. Lucu juga sih ketika si anak protes, bekalnya kurang banyak.

Tapi kalau bekalnya banyak, saya kasihan melihat dia menenteng tas sekolah. Berat. Entah berapa kg. Buku, alat tulis, bekal dan botol minum. Semuanya berebut tempat di dalam tas. Semuanya menjadi beban di pundaknya. 


Tips membuat bekal anak



  1. Pilih menu yang disukai anak
  2. Bervariasi (menu/snack)
  3. Pilih menu yang hemat waktu (memasak) dan biaya
  4. Tidak memberatkan anak


Yang lebih penting adalah tidak mencoba resep baru saat pagi hari. karena ketika kita mencoba resep baru artinya belum paham baik cara membuat, takaran, bahan pasti membutuhkan waktu agak lama untuk persiapan. Belum lagi kalau kita mesti mencontek. Sebentar-sebentar membaca contekan. Sepersekian detik pastinya lebih lama daripada kalau kita sudah hafal resep.

Lebih baik menggunakan resep yang sudah pernah dipakai. Yang lebih mudah dan hemat waktu. Sehingga acara untuk membaca resep bisa digunakan untuk membantu menyiapkan anak-anak. Kalau saya membantunya dalam rangka mengingatkan apakah sudah membawa keperluan sekolah  hari itu.

So, buat teman-teman apakah suka membuat bekal atau uang saku saja? Sharing dong!

^_^




Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

10 Komentar untuk "Bekal Anak"

  1. wah enak nih.. saya saja berangkat kerja juga bawa bekal bu rochma hehe, praktis dan higienis hasil masakan sendiri.

    BalasHapus
  2. Saya sehari-hari bikin bekal sih buat saya dan suami. Semoga nanti kalau anak sudah sekolah bisa bikinin bekalnya juga

    BalasHapus
  3. Waktu aku kecil, bekalku itu-itu aja. Kalo gak mie instan atau ayam goreng. Karena mama kerja. Iri pas lihat kawan dibekalin kering tempe

    Sekarang anak, aku usahakan lebih bervariasi. Biar gak bosan. Tapi mereka sukanya telur. Akunya yang malah bosen

    BalasHapus
  4. Sekolah anakku malah lebih praktis, soalnya snack dan makanan sudah disediakan pihak sekolah. Wah beruntung juga nih buat ibu yang nggak ada waktu dan nggak pintar masak kayak aku, hahhaha..

    BalasHapus
  5. Soal bekal anak emang paling seru waktu tukar2an bekal dengan teman ya, mbak. Kadang sampai ada yang jadi rebutan teman2nya hehe :D

    Kalau si sulung dulu lebih sering dibuatkan bekal masakan atau snack aja mbak?

    BalasHapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel