Puncak Kebun Buah Mangunan, Yogyakarta
Jumat, 26 Januari 2018
27 Komentar
Puncak Kebun Buah Mangunan ini sebenarnya cakep banget kalau dinikmati saat pagi dan sore ketika matahari baru muncul atau tenggelam. Begitu kata sopir taksi online yang saya tumpangi. Wah, sudah terlanjur. Saya berangkat pukul 08.00 dengan maksud bisa dapat beberapa destinasi wisata, meski faktanya gagal!
Banyak sih destinasi wisata alam yang ingin saya kunjungi di Yogyakarta. Saya, suami dan anak-anak berebut menyebutkan tempat-tempatnya. Sayang, waktu pula yang mesti membatasi.
Awalnya saya berharap bisa memetik buah-buahan disini. Karena saya googling kebun buah, saya berharap bisa menikmati panen kecil. Seperti di Malang banyak agrowisata yang menawarkan pengunjung untuk memetik buah-buahan segar. Masak di pohon dan menikmatinya di tempat. Seberapapun kita sanggup.
Faktanya hamparan kebun buah hanyalah pemandangan saja. Kami kecewa! Tak ada kegiatan petik-petik. Tak ada keramaian. Kebun sedang tidak berbuah kata mas-mas tukang ojek begitu kami tiba di lokasi.
Kemudian, kami melanjutkan perjalanan ke Puncak Kebun Buah Mangunan. Buat apa juga kesini, kalau niat kami adalah untuk memetik buah sia-sia. Tapi mereka (para tukang ojek) ini meyakinkan bahwa pemandangan diatas lebih syahdu, cakep, dan banyak dicari pengunjung. Bahkan ada yang mengatakan pemandangan disini seperti negeri diatas awan. Wow....
Di lokasi itu memang belum ramai. Setelah membayar tiket masuk sebesar Rp.5.000, kami setuju saja ketika mereka mengantarkan ke puncak. Lanjut dengan membayar Rp 5.000 untuk satu motor (dengan dua penumpang), kami tiba di atas. Dan.... pengunjung sudah ramai sepagi ini.
Karena lokasinya di dataran tinggi, maka suhu udara cukup sejuk. Angin bertiup lembut. Pepohonan dengan pendaran warna hijau berpadu dengan langit yang membiru. Sementara ditengah bukit itu ada kelokan sungai yang membelah dengan air yang kehijauan. Saya mengagumi keelokan pagi itu.
Segala warna hijau pepohonan, dari hijau tua, hijau muda, hijau kebiruan, hijau toska dan hijau lainnya membentuk sebuah lukisan yang cantik. Langitpun demikian. Awan-awan putih seperti jeda yang membuat langit tak melulu warna biru.
Benar kata sopir taksi itu, sunrise dan sunset pasti indah disini....
Sebagai pecinta wisata alam, saya selalu mengagumi pemandangan seperti ini. Maka ketika baru tiba, saya memilih duduk sebentar, memandang ke bawah. Sambil berpikir kira-kira kami bakal berapa lama disini? Pengen lebih lama....
Mulailah kami menjelajahi sudut-sudut Puncak Kebun Buah Mangunan. Ada perasaan adem, tenang dan damai ketika mata ini disuguhi pemandangan hijau seperti ini. Meski pengunjung cukup banyak dan kami kesulitan untuk mengambil gambar, tetap saja, foto ala kadarnya sudah menunjukkan betapa alam selalu memberikan kecantikannya.
Anak-anak berlarian seolah ingin segera mengetahui seluruh lokasi. Sambil mencari tempat untuk foto. Satu anak berhasil memanjat tangga. Kemudian berteriak meminta untuk segera difoto. Suami langsung menanggapinya.
Sudah disediakan jalanan di lokasi ini. Hanya saja kalau musim hujan, tetap waspada. Tamanan di taman dan spot untuk foto sepertinya masih perlu ditambahkan. Tapi bagi kami, semua tempat dengan background hutan, bukit dan sungai adalah yang terbaik. Buktinya semua pengunjung pasti mencari background ini.
Area yang masih berupa tanah perlu diwaspadai. Lebih baik memilih jalan yang sudah disediakan. Meskipun berjubel, sabar saja. Maklum semua butuh piknik!
Untuk foto sekeluarga, para pengunjung saling membantu. Misalnya, giliran keluarga A, saya yang memotret, begitu pula sebaliknya. Kalau biasanya saya membawa tripod kemana-mana, ah, rasanya ribet dan capek dulu, mondar-mandir membawa barang. Belum lagi kalau sedang naik. masih mending kalau turun, tidak capek.
Memang tidak bisa berlama-lama sih, karena banyak yang mengantre. Mungkin kalau peak season, tidak musim liburan tidak ramai ya. Tapi, berlibur bersama anak-anak pasti di saat semua anak juga libur. Jadi, ya dinikmati saja segala keramaiannya.
Area yang berbatasan dengan jurang diberi pagar dan papan peringatan. Setidaknya ini membuat kita lebih nyaman ketika blusukan. Lebih aman juga ketika melepas anak. Juga lebih fokus ketika mencari background foto.
Pagar tersebut meskipun tidak tinggi, cukup sebagai pengaman para pengunjung. Walaupun demikian, pagar juga sering digunakan sebagai pijakan, tempat bersandar dan tempat duduk ketika foto. Apapun itu, stay safe!
Lokasinya memang tepat sekali. Pas di puncak, pas banget dengan pemandangan di bawahnya. Sementara di lokasi ini tidak terlalu bagus. Dalam arti, tidak ada taman atau kebun buahnya. Kalaupun ada, Cuma satu dua saja yang menggelantung di atas. Jadi mirip tanaman yang merambat. Tapi saya kurang tahu namanya.
Beberapa gazebo dan tempat duduk menjadi penyelamat ketika para pengunjung kelelahan naik dan turun area. Sementara yang ingin mencicipi kuliner lokal (kebanyakan bakso sih), bisa mampir di warung tepi jalan.
Untuk harga minuman dan makanan, saya rasa tidak mahal. Saya lupa sih. Tapi memang terjangkau. Saya sempat membeli degan utuh dan ternyata tidak sanggup menghabiskannya. Akhirnya saya minta dibungkuskan untuk dibawa pulang. Sayang kalau masih bersisa.
Note:
Untuk menuju lokasi sebaiknya membawa kendaraan sendiri.
Ketika kami memutuskan untuk menggunakan taksi online (maksudnya biar suami tidak capek nyetir selama di Yogya), ternyata pulangnya kesulitan. Tak ada taksi online yang mau menjemput di lokasi. Sebenarnya sopir taksi sudah memberi tahu sejak di perjalanan. Tapi kami berpikir positif saja.
Pulangnya kami mesti naik ojek, yang ternyata ongkosnya bisa lebih mahal dari taksi online. Itupun tak bisa ditawar. Kami menggunakan 3 ojek hingga tiba di Imogiri. Barulah pesan taksi online di SPBU.
Sejauh ini tidak ada anak-anak yang protes. Meski naik ojek seperti ini membuat jantung saya berdetak lebih kencang. Maklumlah sudah lama sekali tidak pernah naik ojek. Membayangkan medannya tanpa menggunakan helm. Aduh.... pengalaman!
Note:
Untuk menuju lokasi sebaiknya membawa kendaraan sendiri.
Ketika kami memutuskan untuk menggunakan taksi online (maksudnya biar suami tidak capek nyetir selama di Yogya), ternyata pulangnya kesulitan. Tak ada taksi online yang mau menjemput di lokasi. Sebenarnya sopir taksi sudah memberi tahu sejak di perjalanan. Tapi kami berpikir positif saja.
Pulangnya kami mesti naik ojek, yang ternyata ongkosnya bisa lebih mahal dari taksi online. Itupun tak bisa ditawar. Kami menggunakan 3 ojek hingga tiba di Imogiri. Barulah pesan taksi online di SPBU.
Sejauh ini tidak ada anak-anak yang protes. Meski naik ojek seperti ini membuat jantung saya berdetak lebih kencang. Maklumlah sudah lama sekali tidak pernah naik ojek. Membayangkan medannya tanpa menggunakan helm. Aduh.... pengalaman!
Happy traveling!
^_^
wuuaah, cantik banget viewnya. Yang jadi penasaran: ada pohon buah2an apa aja? sayang banget ya pas lagi gak panen :)
BalasHapusKalau buah-buahannya aku kurang tahu sih. Aku terlalu fokus sama viewnya.
HapusMasyaa Allah...cantiikk sekali yaa mba pemandangannyaa. Ini Mangunan yang lg nge-heitsss itu yaaa mba? Thanks for sharing mba, jd lebih tau plus minusnya objek wisata ini :)
BalasHapusIya.
HapusKayaknya tempatnya cukup adem ya mba. Iya apalagi kalau musim liburan ya, mungkin akan lebih ramai ya, karena tempatnya memang keren banget sih. Memang untuk pagar pembatasnya mesti hati2 dan baiknya jangan duduk2 juga lah di pagarnya.
BalasHapusAdem. Bakal betah disini. Yang duduk di pagar banyak. Nggak ada yang jaga sih.
HapusAku ke Mangunan (waktu itu ke hutan pinusnya mba) pas tahun baru...ya ampun, muacettt parah mba. Mana medan kelok, nanjak gitu..
BalasHapusMending memang pas hari biasa, bukan liburan massal.
Aku skip di hutan pinus. Feelingku sih ramai, haha..
HapusPasti seru liat sun rise dari atas sini. Kunjungi balik blogku ya mbak
BalasHapusItu waktu yang tepat buat hunting foto.
HapusKalau lagi musim buah mungkin lebih seru lagi ya, betul kadang kita suka pertimbangkan biar lebih santai pakai angkutan umum, aku pernah ngalamin nih pulang rekreasi bete nunggu angkutan
BalasHapushehe
met menikmati liburannya
Memang pertimbanganku gitu. Biar nggak capek, pakai taksi online, tapi ternyata pulangnya yang susah.
Hapusibu yang satu ini traveling terus, jadi pengen ke yogya kembali.. seminggu pun serasa kurang kalo disana.
BalasHapusMumpung liburan mas.
Hapusselalu asyik kalau ada di ketingguan ya bisa melihat pemandangan lebih luas
BalasHapusIya, dataran tinggi seperti ini selalu menarik.
Hapussuasananya benar-benar seperti negeri di atas awan ya.
BalasHapussemoga suatu saat bisa berkunjung kesana
Aamiin.
Hapuskapan ia bisa jalan jalan ke Jogja lagi sudah lama terkurung dalam keadaan :D
BalasHapusHihi... kalau saya mesti nunggu liburan.
HapusSemoga bisa main ke Yogya ya, yang selalu orang kangen.
Tipe orang yang suka main tidak hanya satu tempat kita . terobos semua ..makanya banyak bertapa dulu nanti keluar deh.
HapusJogja jogja memang merupakan tempat yang paling ngangenin untuk di kunjungi
BalasHapusIya.
Hapusinsha allah sebelum balik aku mau ke sana
BalasHapussemoga gak ujan
keren banget pemandangannya mbak...
Aamiin. Jangan lupa foto2nya.
HapusPernah sekali ke tempat ini bertepatan dg liburan sekolah. Ya ampun, rame banget! Sampe mau foto aja susah, khususnya di spot2 favorit ��
BalasHapusNah, bener kan...
Hapus