Drama di Toko Mainan


Drama di Toko Mainan


Hari libur, si bungsu sudah merengek meminta mainan. Kok mainan sih, bukannya mainannya sudah banyak dan masih bisa dipakai. Tapi yang namanya anak, satu mainan tak akan pernah cukup.


Sejenak saya mengingat, kapan terakhir membelikan mainan. Bulan ini sudah hotwheel tanpa kesepakatan. Oke, cuma satu. Lalu sekarang minta lagi. Tapi bukan hotwheel.

“Aku pakai uangku,” katanya merajuk. Matanya berharap sekali saya segera menyetujui permintaannya.

*Uang si bungsu berasal dari angpao saat lebaran lalu.

“Tapi ikut ibu ke pasar dulu, ya. Jalannya sekalian. Ya, sekalian belanja, sekalian beli mainan. Oke?”

Si anak mengangguk. Setelah urusan belanja selesai segera saja saya mengajaknya ke toko mainan.

“Jangan ke toko itu, ibu. Mainannya jelek-jelek. Yang disana saja. Lengkap dan ada yang baru,” jelasnya.

Ah, anak kecil memang paham soal mainan. Tapi tetap uang dibawa ibu. Artinya dia boleh kok memilih mainan sesuka hatinya, namun dengan persetujuan ibu. Tentu saja dengan budget yang ada. Tidak boleh lebih. Kurang boleh.

Ada drama di toko mainan

Pernahkah si anak mogok saat jalan di depan toko mainan? Atau menangis, histeris karena keinginannya untuk membeli mainan tak terpenuhi? Atau belanja mainan tidak seperti kesepakatan bersama orang tua. Ah, drama di toko mainan itu seru. Kalau mengingatnya bisa membuat kita tersenyum sendiri.

Pernah pula secara tak sengaja saya belanja melewati deretan rak mainan di supermarket. Mendadak si anak bengong. Berdiri menghadap mainan yang diincarnya. Kemudian perlahan mendekat, menyentuh (bahkan memegang, melihat dengan takjub dan menimangnya).

Kalau seperti ini salah saya, yang kelewat lupa jalan. kalau tidak ada jadwal membeli mainan mengapa lewat mainan. Seperti sedang memberi makan mangsa. Si anak dengan gegap gempita langsung merengek dan meminta mainan yang sudah dipegangnya.

Kalau mainan itu sudah disukai bakal sulit melepaskannya. Tak apalah kalau sesuai dengan usianya. Namun tetap waspada jika harga mainan itu justru tak sesuai dengan isi dompet kita.

Untuk mencegah drama di toko mainan ada baiknya jika sebelum berangkat belanja diskusi dulu dengan si anak. Kira-kira boleh tidak ya membeli mainan. Lalu, mainan seperti apa yang cocok untuk anak.

Agar tak terjadi drama di toko mainan, sebaiknya:

Mainan Anak


  1. Buat kesepakatan kapan boleh membeli mainan
  2. Dampingi anak memilih mainan
  3. Perhatikan budget


Ketika si anak berada di toko mainan itu sekilas mirip dengan orang dewasa yang ingin belanja. Hati-hati bisa kalap. Yang ini suka, itu juga. Tapi tetap ya, pilih yang sesuai dengan usia, aman dan bisa dimainkan. Banyak mainan yang dipilih sementara isi dompet sedang kurus. Apa yang mesti diperbuat untuk menyelamatkan kelangsungan hidup. Ea!

Bermain adalah hak setiap anak untuk menikmati masa kecilnya. Dengan bermain anak-anak mampu melatih imajinasi, kreativitas, dsb. Sayang bukan jika keinginan untuk bermain tak terpenuhi.

Namun membeli mainan bukan satu-satunya solusi untuk menyenangkan anak. Masih banyak permainan gratis yang seru. Permainan yang bisa dilakukan bersama dengan teman-teman. Permainan yang menguji kecerdasan dan ketangkasan. Bermain selalu menyenangkan, bukan?

Saya bersyukur anak-anak tidak pernah histeris atau tantrum yang sampai susah dijinakkan. Katakanlah seperti menangis sampai guling-guling di lantai. Di tempat umum pula. Yang kita tahu banyak orang bisa melihat tontonan gratis ini.

Kalau menangis pernah. Tak lama. Saya tidak terlalu peduli. Saya rasa ketika sekali saya mengabulkan permintaannya untuk membeli mainan dengan cara menangis, menjerit dan histeris, si anak akan mengulanginya. Memaksa orang tua agar memperhatikannya. Kalau tidak, siap-siaplah bersabar dengan segala kegaduhan.

Karena memang tak ada jadwal membeli mainan, jadi tidak usah peduli. Apalagi kalau harga mainannya mahal. Lama kelamaan si anak juga paham. Tidak semua keinginan membeli mainan bisa terwujud begitu saja.

Sekali saya tak mau memenuhi dia akan belajar untuk mengendalikan keinginannya. Pada awanya saya membutuhkan waktu lama. Si anak yang sedih dan mogok. Tapi setelah tahu bahwa senjata dia untuk menangis tak ada gunanya, akhirnya dia mengikuti kita. Semakin bertambahnya usia anak-anak makin mudah mengerti.

^_^
Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

3 Komentar untuk "Drama di Toko Mainan"

  1. Neyna kalau udah milih banyak selalu kuminta ayo pilih salah satu mau yang mana?lalu aku bilang budgetnya ga ada kalau beli banyak akhirnya nurut deh kalau sampe tantru jangan sampe tapi klau pas dirumah suka rebutan sama sepupunya mba nah ini yang bikin mamak sakit kepala :D

    BalasHapus
  2. Anak-anak emang lucu ya mba :D
    Adaaa aja akalnya.

    Makanya kita harus lebih pandai mengakali mereka hehehe.

    Kalau saya emang sebelum ke mana-mana selalu sounding tentang rule yang harus dipatuhi, Alhamdulillah selalu aman lewat toko mainan.

    Dulu pernah sih nangis, tapi saya cuek, akhirnya dia nyerah hahaha

    BalasHapus
  3. aku lagi mengalami ini minggu lalu, si adik suka banget es krim atau permen
    awalnya nurutin, lama2 kecanduan dan tibalah sakau. Nangis sih tapi sbentar. Iya aku jg nyoba nyiapin telinga untuk tahan dengar tangisan mereka haha..
    bener mbaaa, seperti orang dewasa. Semua mau dibeli, bando, makanan, susu haduh Kocaaak

    BalasHapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel