Drama di Toko Mainan
Selasa, 20 Maret 2018
3 Komentar
Hari
libur, si bungsu sudah merengek meminta mainan. Kok mainan sih, bukannya
mainannya sudah banyak dan masih bisa dipakai. Tapi yang namanya anak, satu
mainan tak akan pernah cukup.
Sejenak
saya mengingat, kapan terakhir membelikan mainan. Bulan ini sudah hotwheel
tanpa kesepakatan. Oke, cuma satu. Lalu sekarang minta lagi. Tapi bukan
hotwheel.
“Aku
pakai uangku,” katanya merajuk. Matanya berharap sekali saya segera menyetujui
permintaannya.
*Uang
si bungsu berasal dari angpao saat lebaran lalu.
“Tapi
ikut ibu ke pasar dulu, ya. Jalannya sekalian. Ya, sekalian belanja, sekalian
beli mainan. Oke?”
Si
anak mengangguk. Setelah urusan belanja selesai segera saja saya mengajaknya ke
toko mainan.
“Jangan
ke toko itu, ibu. Mainannya jelek-jelek. Yang disana saja. Lengkap dan ada yang
baru,” jelasnya.
Ah,
anak kecil memang paham soal mainan. Tapi tetap uang dibawa ibu. Artinya dia
boleh kok memilih mainan sesuka hatinya, namun dengan persetujuan ibu. Tentu
saja dengan budget yang ada. Tidak boleh lebih. Kurang boleh.
Ada
drama di toko mainan
Pernahkah
si anak mogok saat jalan di depan toko mainan? Atau menangis, histeris karena
keinginannya untuk membeli mainan tak terpenuhi? Atau belanja mainan tidak
seperti kesepakatan bersama orang tua. Ah, drama di toko mainan itu seru. Kalau
mengingatnya bisa membuat kita tersenyum sendiri.
Pernah
pula secara tak sengaja saya belanja melewati deretan rak mainan di
supermarket. Mendadak si anak bengong. Berdiri menghadap mainan yang
diincarnya. Kemudian perlahan mendekat, menyentuh (bahkan memegang, melihat
dengan takjub dan menimangnya).
Kalau
seperti ini salah saya, yang kelewat lupa jalan. kalau tidak ada jadwal membeli
mainan mengapa lewat mainan. Seperti sedang memberi makan mangsa. Si anak
dengan gegap gempita langsung merengek dan meminta mainan yang sudah
dipegangnya.
Kalau
mainan itu sudah disukai bakal sulit melepaskannya. Tak apalah kalau sesuai
dengan usianya. Namun tetap waspada jika harga mainan itu justru tak sesuai
dengan isi dompet kita.
Untuk
mencegah drama di toko mainan ada baiknya jika sebelum berangkat belanja
diskusi dulu dengan si anak. Kira-kira boleh tidak ya membeli mainan. Lalu,
mainan seperti apa yang cocok untuk anak.
Agar tak terjadi drama di toko mainan, sebaiknya:
- Buat kesepakatan kapan boleh membeli mainan
- Dampingi anak memilih mainan
- Perhatikan budget
Ketika
si anak berada di toko mainan itu sekilas mirip dengan orang dewasa yang ingin
belanja. Hati-hati bisa kalap. Yang ini suka, itu juga. Tapi tetap ya, pilih yang sesuai dengan usia, aman dan bisa dimainkan. Banyak mainan yang
dipilih sementara isi dompet sedang kurus. Apa yang mesti diperbuat untuk
menyelamatkan kelangsungan hidup. Ea!
Bermain
adalah hak setiap anak untuk menikmati masa kecilnya. Dengan bermain anak-anak
mampu melatih imajinasi, kreativitas, dsb. Sayang bukan jika keinginan untuk
bermain tak terpenuhi.
Namun
membeli mainan bukan satu-satunya solusi untuk menyenangkan anak. Masih banyak
permainan gratis yang seru. Permainan yang bisa dilakukan bersama dengan
teman-teman. Permainan yang menguji kecerdasan dan ketangkasan. Bermain selalu
menyenangkan, bukan?
Saya
bersyukur anak-anak tidak pernah histeris atau tantrum yang sampai susah
dijinakkan. Katakanlah seperti menangis sampai guling-guling di lantai. Di
tempat umum pula. Yang kita tahu banyak orang bisa melihat tontonan gratis ini.
Kalau
menangis pernah. Tak lama. Saya tidak terlalu peduli. Saya rasa ketika sekali
saya mengabulkan permintaannya untuk membeli mainan dengan cara menangis,
menjerit dan histeris, si anak akan mengulanginya. Memaksa orang tua agar
memperhatikannya. Kalau tidak, siap-siaplah bersabar dengan segala kegaduhan.
Karena
memang tak ada jadwal membeli mainan, jadi tidak usah peduli. Apalagi kalau
harga mainannya mahal. Lama kelamaan si anak juga paham. Tidak semua keinginan
membeli mainan bisa terwujud begitu saja.
Sekali
saya tak mau memenuhi dia akan belajar untuk mengendalikan keinginannya. Pada
awanya saya membutuhkan waktu lama. Si anak yang sedih dan mogok. Tapi setelah
tahu bahwa senjata dia untuk menangis tak ada gunanya, akhirnya dia mengikuti
kita. Semakin bertambahnya usia anak-anak makin mudah mengerti.
^_^
Neyna kalau udah milih banyak selalu kuminta ayo pilih salah satu mau yang mana?lalu aku bilang budgetnya ga ada kalau beli banyak akhirnya nurut deh kalau sampe tantru jangan sampe tapi klau pas dirumah suka rebutan sama sepupunya mba nah ini yang bikin mamak sakit kepala :D
BalasHapusAnak-anak emang lucu ya mba :D
BalasHapusAdaaa aja akalnya.
Makanya kita harus lebih pandai mengakali mereka hehehe.
Kalau saya emang sebelum ke mana-mana selalu sounding tentang rule yang harus dipatuhi, Alhamdulillah selalu aman lewat toko mainan.
Dulu pernah sih nangis, tapi saya cuek, akhirnya dia nyerah hahaha
aku lagi mengalami ini minggu lalu, si adik suka banget es krim atau permen
BalasHapusawalnya nurutin, lama2 kecanduan dan tibalah sakau. Nangis sih tapi sbentar. Iya aku jg nyoba nyiapin telinga untuk tahan dengar tangisan mereka haha..
bener mbaaa, seperti orang dewasa. Semua mau dibeli, bando, makanan, susu haduh Kocaaak