Tips Agar Anak Mau Potong Rambut Tanpa Drama



Potong Rambut


Halo!

Adakah yang pernah mengalami kesulitan mengajak anak potong rambut? Please, drop your comment! (Maaf ya, belum kelar baca kok sudah disuruh komentar!)

“Dik, potong rambut ya!”

Rayuan pertama tak berhasil disusul dengan rayuan berikutnya. Hingga entah ke sekian rayuan akhirnya berhasil juga. Hore! saya bersorak kegirangan. Tapi itu saja belum selesai. Masih ada drama lainnya.

Kegagalan tersebut terjadi karena si anak yang memang belum mau. Kadang juga karena saya. Ya, karena saya lupa. Misalnya sudah janji untuk mengantarkan ke tukang cukur eh ternyata saya sedang sibuk atau memang benar-benar lupa. Sementara si anak, entah pura-pura lupa!

Kemudian diulangi hari berikutnya. Kalau sedang longgar dan si anak bersedia, langsung saja berangkat. Tidak perlu menunggu macam-macam.

Memiliki tiga anak laki-laki dengan karakter berbeda membuat saya harus jeli merayu mereka. Mencari gaya dan waktu yang tepat untuk mengajak potong rambut.

Pada anak pertama, tidak pernah ada masalah ketika rambutnya mulai panjang. Sudah mengerti waktunya potong rambut. Saat dia sudah bisa berjalan, saya dan suami langsung mengajak ke barber shop. Waktu itu masih tinggal di Jakarta. Barber shop ini rapi dan bersih. Si anak anteng saja ketika gunting tukang cukur beraksi hingga selesai.

Nah, mulai terjadi masalah ketika adik-adiknya butuh perlakuan khusus sebelum ke tukang cukur. Ada saja drama menjelang berangkat ke tukang cukur. Mulai dari hadiah yang belum ada, menangis di tempat hingga benar-benar mogok.

Begitulah, saya dan suami bergantian merayunya. Pernah juga saya menitipkan pesan kepada guru TK (waktu itu masih anak TK) untuk meminta si anak potong rambut. Sering ya.

Seiring berjalannya waktu, dua adiknya sudah mulai paham kapan waktunya potong rambut. Kira-kira mulai masuk SD. Saya sudah tidak lagi butuh ngomong berkali-kali. Sekali dua kali masih wajar, ya.

Tips agar anak bersedia potong rambut tanpa drama:


  1. Buat kesepakatan
  2. Tukang cukurnya ramah
  3. Tempatnya yang nyaman, bersih dan rapi
  4. Reward


Potong rambut bisa dilakukan di barber shop (ini terlihat lebih oke ya), tukang cukur, dan salon. Kalau tukang cukur pasti untuk laki-laki, baik anak-anak maupun dewasa. Sedangkan salon, bisa wanita maupun laki-laki. Semuanya sudah pernah.

Waktu potong rambut di salon, saya memilih yang memang tukang potongnya laki-laki. Jadi anak saya merasa nyaman saja. Tapi pernah juga mogok ketika tiba di tempat. Sampai tukang cukurnya bingung jadi potong rambut atau tidak. Akhirnya jadi, meski kewalahan memegangi anak yang sedang menangis.

Di salon termasuk jarang. Saya lebih suka membawa anak-anak ke tukang cukur. Berganti-ganti tempat. Kalau satu tempat sedang ramai dan kami malas mengantre, barulah ganti tempat lainnya. Atau karena jam buka tutupnya tidak jelas.

Untuk mencari tukang cukup yang ramah ini memang butuh uji coba dulu. Jika suami merasa nyaman dengan tukang cukurnya barulah direkomendasikan kepada anak-anak. Begitulah hingga semua anak ikut merasa nyaman juga.

Pernah mencari tukang cukur lain dan hasilnya kurang memuaskan. Anak saya protes, “Tukang cukurnya kasar.”

Sejak itu, si anak kapok. Kami juga tak akan mengulangi membawa ke tempat tersebut.

Potong Rambut


Yang paling sering adalah pergi ke tukang cukur. Biasanya milik orang Madura. Ya tahu karena di kiosnya ada tulisan “Tukang Cukur Madura”. Mau dimanapun asal orangnya nyaman, anak pasti mau. Lama kelamaan anak-anak menjadi terbiasa dengan tukang potongnya.

Kami tak terlalu mempermasalahkan tempat. Karena disini kebanyakan tukang cukur dengan kios yang sempit. Dinding kios ditempel gambar model-model potongan rambut. Tak ada hiasan yang menarik atau setidaknya enak dipandang. Tak ada dan tak masalah.

Karena tujuan saya membawa anak ke tukang cukur adalah untuk potong rambut aja. Anak-anak sudah terbiasa dengan suasana di kios-kios para tukang cukur yang merakyat. Yang penting tidak ada sampah yang menumpuk. Kalau ada ceceran sampah, pastinya dari rambut para langganan. Itu saja dan tak berlangsung lama. Setelah agak banyak sudah disapu dan dikumpulkan di tempat sampah.

Nah, kalau di tukang cukur ini harga memang murah, Rp 10.000 untuk anak-anak. Setelah itu saya tidak perlu mengeluarkan uang lagi. Tidak ada reward berupa barang untuk anak-anak. Saya tetap menghargai keberanian mereka untuk potong rambut.

Memberi pujian seperti, “Adik makin ganteng, cakep, keren!” membuat anak senang.

Kalau dulu pernah memberikan reward (anak masih balita hingga awal TK) berupa mainan. Saya membelikan mainan setelah potong rambut. Kalau membeli mainan dulu, si anak tidak jadi potong rambut. Meski tidak setiap potong rambut harus ada mainan, trik seperti ini berguna ketika saya sudah capek merayunya.

Saya bersyukur bahwa reward berupa barang tidak berlangsung lama. Karena untuk membeli barang, saya maupun suami pernah sampai keliling toko mainan di kota. Orang tua sudah capek, urusan potong rambut berakhir dengan kegagalan.

Mengingat masa-masa itu kadang saya tersenyum. Lucu juga tingkah anak-anak. Andai semua anak saya gampang diajak pergi ke tukang cukur, mungkin tak ada tulisan ini.

Semoga bermanfaat, ya!

^_^
Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

9 Komentar untuk "Tips Agar Anak Mau Potong Rambut Tanpa Drama"

  1. bermanfaat tipsnya buat anak kalo mau potong rambut, emang susah banget sich, kalo anak saya kalo disuruh potong rambut malas banget

    BalasHapus
  2. boleh juga tipsnya, masalah sama :)
    saya sampe beli alat cukur sendiri, reward tetep :)

    BalasHapus
  3. Aaa boleeh juga tipsnya dicoba buaat ponakan mbaak hehehe. . jadi inget dulu gimana susahnya adek laki-laki saya disuruh potong rambut, sampai diberi reward juga sama ibuk hehehe makasih sharingnya mbaaaaak :D

    BalasHapus
  4. Perlu ekstra sabar tukang cukurnya kalo memotong rambut anak-anak :)
    Dulu anak cowokku dari bayi sampai TK aku yang motong rambutnya. Tapi ya itu, bisanya cuma potong model doraemon hahaha. Setelah masuk SD baru kubawa ke salon, untung anaknya nggak rewel waktu dipotong rambutnya :)

    BalasHapus
  5. Kalo saya dulu saat masih kecil yg potong bapak sendiri
    tapi y itu pake drama kejer2an dlu
    hahaha saya kalo bayanginnya ketawa plus malu sendiri
    y Allah

    BalasHapus
  6. Dan aku pun lg ngalamin hal ini mbk. Bocah susah bgd mah diajak potong rambut. Ya udin akhirnya dipotong bpknya. Cuma ya gitu mbk. Jd blonteng2 gt potongannya aias nggak rata
    Boleh deh aku nyobak tipnya. Makasih ya mbk

    BalasHapus
  7. lagi anak masih kecil, aku potong sendiri jadi jarang ada drama, mungkin krn dipotong ibunya sendiri

    BalasHapus
  8. Hahaha... Jadi inget drama aku bikin petak kepala Kakak waktu dia masih kecil. Kayak gitu juga tuh, gak mau ke salon. Tapi bersyukur juga jadi petak. Gara-gara petak, dia mau juga ke salon *Mamak tersenyum lebar*

    BalasHapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel